Share

PETAKA STATUS WA
PETAKA STATUS WA
Penulis: anggikartika93

Ketika petaka itu datang

PETAKA STATUS WA 

Aku dan Mas Rian baru saja menikah tiga bulan lalu. Seperti pengantin baru pada umumnya, kami pasangan yang sangat bahagia. Apalagi kami juga baru saja berbulan madu. Setelah beberapa bulan lalu terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Mas Rian bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar. Sedangkan aku mempunyai sebuah usaha konveksi yang masih berkembang.

Kami berbulan madu di pulau Bali dengan menyewa hotel yang lumayan mewah. Meski Mas Rian harus merogoh kocek agak dalam, tetapi itu tak masalah demi bisa memiliki waktu berdua yang berkualitas.

Senja ini kami menghabiskan waktu di pantai Sanur. Kami duduk berdua beralaskan pasir putih. Kami saling bercerita, sesekali mengungkapkan rasa cinta yang menggema di dada.

"Kamu bahagia, Dek?" tanya Mas Rian sambil memandangku penuh cinta.

"Sangat. Mas sendiri?"

"Enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata," sahutnya. "Terima kasih, ya, Dek. Terima kasih sudah melengkapi hidupku."

Mas Rian meraih jemariku dan menciumnya mesra. Angin sepoi seolah ikut merayakan kebahagiaan yang tercipta di antara kami. Diantara manusia-manusia yang sedang menghabiskan waktu di bibir pantai ini seolah kami berdualah yang paling bahagia.

Melihat matahari yang hendak kembali keperaduan, aku meminta Mas Rian mengambil potretku. Berbagai pose dengan berlatar belakang sunset pun diabadikan melalui ponsel pintar yang kami bawa. 

Tak terasa matahari telah usai melaksanakan tugasnya hari ini. Mas Rian mendekatiku kemudian mengajakku meninggalkan pantai.

"Udah mulai gelap, nih, Dek. Kita mau makan di kafe atau di hotel aja?" tawar Mas Rian saat aku melihat-lihat hasil jepretannya di ponselnya.

"Emmm. Kita makan di kafe aja deh, Mas. Mumpung kita liburan di Bali, jarang-jarang loh kita bisa liburan di sini," jawabku dengan sumringah.

"Iya juga, ya. Ya udah, ayo kita makan di kafe itu!" ajak Mas Rian sambil menunjuk kafe yang menjual makanan laut.

Setiba di kafe sana, aku memutuskan untuk makan makanan kesukaanku yaitu kepiting jumbo asam manis. Sedangkan Mas Rian memilih menu cumi udang tepung porsi besar. Kami makan dengan lahap di temani es kelapa muda yang segar.

Setelah kenyang kami memutuskan untuk kembali ke kamar hotel.

"Mas mau mandi nih, udah gerah," kata Mas Rian sambil mengambil handuk yang di gantung di balik pintu. 

"Iya, Mas. Kalau begitu kamu mandi duluan saja, ya!" jawabku sambil melepas hijabku.

"Kenapa kita nggak mandi berdua aja, Hil? Mas kangen nih mandi berdua dengan kamu," goda Mas Rian.

"Ah, Mas! Kan, kita sudah sering melakukannya di rumah. Hehe," balasku malu-malu.

"Ya udah. Kalau begitu, aku mandi duluan, ya?" Mas Rian mengeringkan matanya dengan manja kepadaku.

Aku kembali mengambil ponsel Mas Rian karena aku ingin mengirim foto-foto tadi ke ponselku. Muncul keinginanku untuk mengupload salah satu foto tadi. Selama ini Mas Rian jarang memasang foto kami berdua. Baik sewaktu masih pacaran dulu maupun sekarang kami telah menikah. Alasannya karena katanya kurang nyaman memamerkan hal-hal bersifat pribadi kepada publik.

Aku pun memasang fotoku sebagai status di WA Mas Rian. Kuberi judul, "kecantikanmu seperti indahnya senja di hari ini." Terkesan berlebihan memang, tetapi sekali-kali, kan, tidak apa-apa. 

Beberapa menit kemudian sebuah pesan muncul. Tertera nama Anita sebagai pengirimnya. Sepertinya Anita ini temannya Mas Rian. Karena sebelumnya Mas Rian pernah bercerita tentang Anita. 

Dengan penasaran kubuka pesan itu. Biasanya aku tak pernah mau membuka pesan dari teman Mas Rian karna menurutku itu privasi masing-masing tetapi entah mengapa hatiku tergerak untuk membuka pesan dari Anita. 

Kuusapkan jariku pada layar ponsel Mas Rian. Kubuka pesan dari Anita.

[Loh, ini yang namanya Hilda ya, Yan?]

[Iya, emang kenapa, Nit?] Aku membalas pesan dari Anita berpura-pura seolah Mas Rian yang membalas. 

Karena penasaran aku tak langsung menutup chat Anita. Aku malah menggeser chat Anita dan Mas Rian ke atas karena ingin tahu apa saja yang mereka bicarakan lewat WA.

Aku pun membaca satu persatu chat mereka dari awal. Dadaku dibuat panas oleh pesan-pesan yang Mas Rian kirim pada Anita. Mas Rian membahas usiaku yang terpaut beberapa tahun darinya. Malukan dia?

Ia juga membahas tentang uang yang ia berikan padaku. Bukankah memang seorang suami wajib menafkahi istrinya?

Lalu uang untuk kedua orang tuaku pun diungkit juga. Dadaku benar-benar terbakar membacanya. Apa maksudnya Mas Rian membahas semua ini pada Anita?

Sampai akhirnya mataku terpaku pada sebuah nama disebut Mas Rian dalam percakapan itu. Sekar. Hatiku benar-benar terbakar.

Benarkah? Benarkah Mas Rian telah menipuku?

Ponsel di tangan akhirnya terjatuh memecah keheningan kamar ini.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status