Share

Pengumuman dari Papa

"Hari ini Papa akan mengumumkan pembagian warisan. Papa sengaja membagi warisan ketika Papa masih hidup agar nanti kalian tidak rebutan harta yang Papa wariskan ketika Papa sudah meninggal nanti." 

"Semua anak sudah mendapatkan jatah masing-masing," kata Papa menambahkan.

"Yang pertama untuk Mama. Mama mendapatkan rumah di kawasan Kelapa Hijau dan perusahaan Papa."

"Untuk Rona mendapat rumah yang ada di kawasan Semanggi. Resa mendapatkan rumah di kawasan Mengkudu." Papa melanjutkan.

"Kemudian. Rian dan Hilda mendapatkan rumah di kawasan Manggis beserta satu buah mobil pajero yang Papa miliki." 

"Loh kenapa kami hanya mendapatkan rumah, Pa? Sedangkan suami kami kok nggak di beri? Malah Rian dan Hilda mendapatkan rumah tiga tingkat? Sedangkan rumah yang kami dapat hanya tingkat dua?" protes Kak Rona. 

"Iya nih, Pa. Rian dan Hilda malah dapat mobil juga. Ini namanya nggak adil kalo gini," sahut Kak Resa juga ikut-ikutan. Padahal mereka juga sudah mempunyai mobil pajero, sedangkan Mas Rian hanya mempunyai mobil biasa, itupun hasil keringatnya sendiri.

"Loh bukannya kalian maisng-masing sudah Papa belikan mobil pajero dua tahun lalu? Sedangkan kalian kan anak perempuan. Kalian juga sudah mempunyai suami juga. Otomatis mendapatkan harta yang lebih sedikit. Sedangkan Rian anak laki-laki jadi mendapat harta yang lebih banyak karena dia mesti membiayai istrinya dan anak-anaknya kelak," jawab Papa dengan bijaksana.

Kulihat Mas Rian hanya tersenyum. Tapi senyuman Mas Rian ini lain daripada biasanya. Aku menangkapnya begitu. Entahlah, apa Mas Rian punya maksud lain dengan harta warisan yang akan dia dapat dari Papa.

Kak Rona dan Kak Resa hanya terdiam mendapatkan jawaban dari Papa karena suami mereka berdua hanya bekerja di perusahaan Papa. Berbeda dengan Mas Rian yang berani bekerja di perusahaan lain dan bahkan kini dia menjadi manajer.

"Oh iya, ada syaratnya untuk Pak Rian agar Pak Rian dan Bu Hilda sah menerima harta warisan dari Pak Wiratama." Pak Aldi, pengacara Papa menimpali. 

Pak Wiratama adalah nama Papa mertua. Sedangkan Mama mertua bernama Bu Ersi.

"Apa itu Pak Pengacara?" tanya Mas Rian dengan penuh semangat. Mendengar akan mendapat harta, semangat Mas Rian langsung membara. 

"Begini, Pak. Karena status pernikahan Pak Rian dan Bu Hilda masih sirri, jadi Pak Wiratama akan membagikan warisan setelah Pak Rian dan Bu Hilda menikah secara resmi di KUA. Pak Wira meminta anda berdua secepatnya mengesahkan pernikahan resmi secara negara."

Senyum yang tadi begitu lepas terlukis di wajah Mas Rian secara mendadak langsung menghilang. Wajahnya jadi berubah agak pucat.

"Benar Rian yang di katakan Pak Aldi. Alangkah baiknya kalian segera mengesahkan pernikahan kalian di KUA. Kalau perlu besok, Papa akan membantu mendaftarkan pernikahan kalian," balas Papa seolah Papa bisa membaca pikiran Mas Rian yang mungkin saja keberatan meresmikan pernikahan kami.

"Kenapa harus secepat ini Pa? Rian dan Hilda harus menikah resmi?" Lagi-lagi Kak Rona memprotes.

"Loh pikiran kamu ini bagaimana sih, Ron? Malah bagus kan Rian dan Hilda menikah resmi. Lagipula terlalu lama tidak di resmikan membuat Papa malu! Masa punya anak lelaki tapi hanya menikah sirri!" 

"Tapi Rian belum siap, Pa," celetuk Mas Rian secara tiba-tiba.

"Apanya yang belum siap, Yan? Bukankah enak kalau sudah menikah resmi? Tidak pusing lagi dengan masalah dokumen dan administrasi." 

Mas Rian hanya mengangguk dan menelan ludah. Mungkin dia kaget dengan keputusan Papa yang secara mendadak ini.

"Oh iya, satu lagi. Harta yang Papa berikan untuk Rian, Papa sudah buatkan sertifikatnya atas nama Hilda." 

Aku lihat wajah Mas Rian, Kak Rona, dan Kak Resa kaget. Apalagi Mas Rian pasti tidak menyangka. Tapi mereka tentu sudah tidak bisa membantah perkataan Papa lagi.

"Nggak bisa gitu dong, Pa. Lagipula kan Hilda belum menjadi anggota keluarga kita. Dia dan Rian kan belum menikah secara resmi," sanggah Kak Resa. 

"Tapi kan besok mereka akan menikah di KUA. Ya sudah! Jangan ada yang membantah Papa lagi. Keputusan Papa sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat!"

"Jadi besok ya, kalian berdua harus segera meresmikan pernikahan kalian," tambah Papa lagi. 

"Baik, Pa," jawab Mas Rian dengan nada yang tidak yakin.

Mama menatapku dengan tajam, karena sedari tadi kuperhatikan Mama hanya diam saja. Apa ya kira-kita maksud Mama?

* * 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status