Share

Bab 3. Keputusan sepihak

*Beberapa saat yang lalu*

“Sir, saya ingin mengundurkan diri,” ucap Bella dengan senyum tipis selagi menatap Kenneth yang sibuk dengan dokumen di atas meja kerjanya.

Pria yang sibuk dengan tugas kantornya itu sontak membeku, dan fokusnya perlahan berpindah dari dokumen menuju wajah Bella yang ayu.

Ekspresi Kenneth yang setelah empat tahun telah lebih santai dan lembut pada Bella pun berubah dingin. Dia tidak suka mendengar permintaan wanita itu.

“Kenapa? Gio membuat ulah apa sampai kau memutuskan ini?” 

Bella tersenyum tak berdaya. “Tuan Muda Gio sangat baik, dia tidak berulah.” Wajahnya sedikit tertunduk, ada kesedihan yang tersirat. “Hanya saja, saya harus menikah.”

Kening Kenneth berkerut. “Menikah dengan kekasihmu?” Pria itu tampak bingung. 

Empat tahun bekerja, tidak pernah sekali pun Kenneth melihat Bella menaruh perhatian pada hal lain selain putranya. Lalu, bagaimana bisa wanita itu sekarang berkata akan menikah?!

Kepala Bella menggeleng. “Saya tidak punya kekasih, Sir.”

Mata Kenneth pun memicing lantaran dugaannya benar. Alhasil, dia pun merasakan ada yang aneh. 

“Lalu, siapa pria yang akan kau nikahi?”

Sungguh, Bella tidak menyangka Kenneth akan bertanya begitu jauh perihal urusan pribadinya. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, Bella merasa sangatlah wajar pria tersebut menanyakan semua hal itu. Lagi pula, bagi Kenneth, Bella adalah sesuatu yang tidak boleh kurang dalam hidupnya.

Wanita itu adalah sosok satu-satunya yang bisa mengendalikan sang putra!

Walau gelisah, tapi akhirnya Bella menjawab jujur, “Ayah saya memiliki utang, dan saya harus menikah dengan pria yang meminjamkan uang kepada Ayah saya demi melunasinya.”

Ya, sekali lagi, ayah Bella kembali melakukan kesalahan. Berbeda dari masalah utang empat tahun lalu yang mana Anthony menjadikan rumah mereka jaminan, kali ini pria itu malah menjadikan hidup putrinya jaminan demi melunasi utangnya!

Dan sama seperti empat tahun yang lalu, hati Bella terlalu lemah untuk menelantarkan sikap ayahnya yang tidak bertanggung jawab! 

“Menikah dengan saya,” ucap Kenneth membuat mata Bella sontak terbelalak.

Rasanya, Bella salah dengar. Jadi dia tersenyum dan berkata, “Maaf, Sir. Saya sepertinya salah dengar. Tadi Sir bilang apa?” 

Tidak mungkin Kenneth mengajaknya menikah. Untuk apa juga?!

Di luar dugaan, Bella kembali mendengar kalimat mencengangkan itu dari pria berparas rupawan di depan mata.

“Menikahlah denganku, setelahnya akan kubayarkan semua hutang itu.” Kenneth berdiri dari kursinya dan menghampiri Bella. Pria itu menjulang tinggi di hadapan wanita tersebut. “Dibandingkan dengan pria asing yang tidak kamu kenal, seharusnya aku adalah pilihan yang jauh lebih baik, bukan?”

Tawaran Kenneth membuat Bella membelalakkan matanya. Bagaimana bisa pria tersebut dengan begitu enteng mengatakan hal seperti itu?!

Melihat keterkejutan di mata Bella, alis kanan Kenneth meninggi, seakan tertarik dengan reaksi pengasuh putranya.

"Kenapa? Kau keberatan?” tanya Kenneth dengan pandangan mempelajari setiap perubahan ekspresi Bella. “Apa pria yang seharusnya kau nikahi itu lebih tampan dibandingkan diriku? Mungkin, dia lebih kaya dariku?”

Mata Bella mengerjap, kepalanya dengan cepat menggeleng. “B-bukan begitu, Sir. Hanya saja–”

Kenneth memotong ucapan Bella, “Kau sudah mengenalku selama empat tahun, seharusnya kau tahu aku orang yang seperti apa.”

Kenneth tidak menerima penolakan. Itu maksud pria tersebut, dan Bella tahu itu.

Bella menundukkan kepalanya. Dia kehabisan kata-kata, "Ini terlalu mendadak," ucap Bella.

"Kau hanya perlu menerima tawaranku, lalu hutang keluargamu akan selesai.”

Tangan Bella mengepal. Kenneth memang lebih baik daripada orang yang belum Bella temui untuk menjadi suaminya suatu hari nanti. Akan tetapi, menikah dengan Kenneth terasa seperti takdir konyol!

Bukan hanya Bella tidak mencintai pria itu, tapi pria tersebut juga yang telah membuat hidupnya terombang-ambing dengan menyewa rahimnya!

Melihat kesulitan di wajah Bella, Kenneth pun berbalik dan berkata, “Kalau kau tidak mau, maka tidak ap–”

“Kenapa?”

Pertanyaan Bella yang memotong ucapannya membuat Kenneth menoleh ke arah wanita itu. Bella tampak menggigit bibirnya yang ranum.

“Kenapa Anda menawarkan pernikahan?” tanya Bella pada akhirnya.

Sungguh Bella penasaran, kenapa Kenneth memberikan penawaran konyol itu? Apa keuntungannya bagi pria tersebut?

“Gio,” jawab Kenneth singkat membuat Bella mengerjapkan mata. “Dia tidak akan suka kalau kau pergi.” 

Kenneth melihat keluar jendela, pada sosok sang putra yang berlarian di taman kediaman. Pria itu pun berbalik untuk menatap Bella lurus.

“Karena dia sudah memperlakukanmu seperti ibunya, maka kenapa tidak jadikan saja dirimu ibu Gio yang sesungguhnya?” Kenneth memasukkan dua tangannya ke dalam kantong celana. “Lagi pula, dengan begitu bukan hanya aku tidak perlu lagi khawatir mengenai siapa yang mengurus bocah itu, tapi aku juga bisa membungkam mulut orang-orang yang terus memaksaku untuk menikah.”

Mendengar ucapan Kenneth, Bella mematung di tempat. Mengenai siapa yang menjaga Gio, Bella paham jalan pemikiran pria itu. Akan tetapi, mengenai membungkam mulut orang-orang yang terus memaksanya untuk menikah, Bella tidak mengerti.

Melihat wajah Bella, Kenneth tahu apa yang wanita itu pikirkan. Akhirnya, dia pun berkata dengan tidak sabar, “Bella, aku tidak punya banyak waktu. Mau atau tidak, berikan aku jawabannya sekarang.”

Bella menggigit bibir. Apa dirinya memiliki pilihan lain yang lebih baik?

Akhirnya, Bella pun berkata, “Saya akan menerima tawaran Anda.”

Jawaban Bella membuat Kenneth menganggukkan kepala. Pria itu pun kembali duduk di kursinya dan berkata, “Kita laksanakan pernikahan ini besok.”

Bella kembali ternganga. Namun, sebelum dia bisa bertanya, Kenneth kembali menjelaskan.

“Akan aku berikan uang yang kau perlukan setelah akta pernikahan sudah di tanganku.” Mata Kenneth menatap Bella lurus. “Ingatlah bahwa pernikahan ini tidak akan diketahui oleh banyak orang, apa kamu paham mengenai maksudku?”

Ucapan pria itu sangat jelas, Kenneth tidak ingin ada sembarang orang yang tahu mengenai pernikahan ini untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan. Bella tidak masalah, toh pernikahan mereka berawal dari sebuah perjanjian, bukan cinta dan perasaan.

Karena tidak ada masalah lain, Bella pun tersenyum simpul dan berkata, “Tidak ada masalah, Sir. Saya akan mengikuti semua perintah Anda.”

Menikah dengan pria yang merupakan ayah dari anaknya … takdir sepertinya sungguh mempermainkan Bella!

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status