Share

Bab 5. Perjanjian suami istri

"Aku tidak berpikir kamu akan menghabiskan semua uang itu hanya dalam waktu kurang dari sehari setelah pernikahan kita selesai dilakukan."

Bella menoleh melihat keberadaan Kenneth bersandar di samping pintu kamarnya sambil melipat tangan di depan perut.

"Saya hanya membayarkan utang seperti yang telah saya katakan pada Tuan sebelumnya." jawab Bella, mungkin sekarang Kenneth telah berpikir bahwa dirinya sangat gila uang, bagaimana tidak jika uang begitu banyak bisa langsung Bella habiskan.

Kenneth berdecak pelan sembari memalingkan wajah dari Bella. "Gio mencarimu, sejak tadi menangis hanya menyebut namamu." katanya bernada ketus entah karena apa.

Bella segera menuju kamar putranya melihat Gio yang tidur dengan wajah masih basah oleh air mata, dengan sangat hati-hati Bella mengusap air mata Gio dengan lembut. 

Mulai sekarang Gio tidak akan berpisah darinya lagi dan seandainya Gio memanggilnya dengan sebutan ibu, Kenneth juga tidak akan lagi marah. Ini … sempurna, bukan?

Kecupan lembut Bella berikan di kening Gio, bocah empat tahun itu membuka matanya, begitu menyadari Bella ada di sampingnya dia langsung memeluk Bella dengan erat.

"Kenapa pergi tanpa memberitahuku, apa kamu tidak sayang lagi padaku?"

Bella mengusap rambut halus Gio, "Bukan begitu, Gio. Tadi ada sedikit urusan yang perlu dikerjakan, jadi aku pergi sebentar."

"Jangan meninggalkanku lagi." titah Gio dengan manja.

Walau masih bocah, tapi dia sudah bersikap persis seperti sang ayah. Memberikan titah untuk bahkan menyampaikan kasih sayangnya. Hal itu membuat Bella tersenyum tak berdaya selagi menganggukkan kepala.

"Tidurlah, ini sudah larut malam. Aku akan menceritakan dongeng tidur untukmu," hiburnya. "Lelaki tidak boleh mudah menangis, okay? Sekarang kembali berbaring." kata Bella.

Gio menurut, Bella tidur di samping Gio sambil menceritakan dongeng tidur, pelukan kecil yang hangat dirasakan oleh Bella dari tangan Gio, seolah mengatakan agar Bella tidak pergi saat dia nanti terbangun.

Tidak lama Gio tidur, Bella terdiam dengan pikiran berkecamuk dalam kepalanya. Apakah uang yang begitu banyak itu digunakan dengan baik atau tidak, Bella tidak lagi mau terlibat. Sudah cukup segala permasalahan utang orang tua membuatnya harus mengorbankan masa depannya.

Perlahan Bella bergerak turun dari tempat tidur, menggantikan posisinya dengan boneka untuk Gio peluk.

"Tidur yang nyenyak, sayang." bisiknya sembari mendaratkan kecupan di kening Gio.

Langkah Bella keluar dari kamar putranya, pintu baru saja Bella tutup saat melihat Kenneth berdiri menghadap ke arahnya.

"Anda butuh sesuatu, Sir?"

"Kita perlu membahas hal yang bisa dan tidak untuk kamu lakukan." jawab Kenneth.

Bella mengikuti langkah Kenneth, selembar kertas diserahkan pada Bella. Tertulis beberapa poin di dalam kertas tersebut menyebutkan larangan yang tidak bisa dilanggar oleh Bella.

"Sepakati aturan ini, kamu juga bisa menambahkan yang lain jika dibutuhkan. Dan ya, karena kita sudah menikah sebaiknya kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan ‘Tuan’ atau ‘Sir’ lagi mulai hari ini. Kecuali kalau memang itu dibutuhkan."

“Bagaimana kalau saya melakukan kesalahan, seperti yang kita sepakati bersama jika pernikahan ini akan dirahasiakan,” ucap Bella.

“Selama di rumah ini kamu tidak perlu bersikap formal, kamu bisa memanggilku dengan nama secara langsung.” jawab Kenneth.

Pupil mata Bella melirik Kenneth sekilas lalu membaca dengan cermat poin yang tertulis. 

Poin pertama, Bella tidak boleh mencampuri masalah pribadi maupun masalah perusahaan Kenneth. 

Poin kedua, ke mana pun Kenneth pergi bertugas di luar kota, maka Bella harus ikut dengan Gio. 

Poin ketiga, segala kebutuhan pribadi Bella akan Kenneth cukupi, dan wanita itu tidak boleh menolak.

Poin keempat ….

Mata Bella terbelalak dan dia langsung menatap Kenneth.

Kedua alis Kenneth terangkat naik, "Apa ada poin yang membuatmu keberatan?" 

Mulut Bella agak terbuka, tapi kemudian tertutup lagi seraya mengalihkan pandangan dari Kenneth kepada kalimat poin keempat. 

“Ini ….” Bella agak tergagap. Dia tidak bisa melanjutkan dan hanya berakhir berucap dalam hati. ‘Kebutuhan lahir dan batin?’

Ya, poin keempat menyatakan bahwa Bella dan Kenneth adalah suami istri secara sah, jadi mereka harus memenuhi kebutuhan masing-masing, termasuk … kebutuhan biologis setiap pasangan harus tercukupi.

Bella agaknya terintimidasi dengan poin tersebut. Akan tetapi, setelah berpikir lebih lama, dia merasa keputusan pria itu masuk akal.

Bella tidak berkewajiban membayar uang yang diberikan oleh Kenneth, tapi sebagai ganti, dia harus menjadi istri pria itu. Sebagai seorang pebisnis, tentunya Kenneth akan memaksimalkan hal-hal yang bisa dia dapatkan dari Bella, termasuk menghasilkan keturunan … mungkin?

Akhirnya, Bella menggeleng. Dia tidak memiliki pilihan selain setuju. Wanita itu pun meraih pena untuk meninggalkan tanda tangan kesepakatan di dalam kertas tersebut. 

Sekarang … bukan hanya harga dirinya, tapi tubuhnya pun telah menjadi milik Kenneth.

"Saya punya satu pertanyaan." sahut Bella.

"Katakan."

"Bagaimana kalau Gio mulai memanggilku dengan sebutan ibu?"

Kenneth terdiam sesaat, ia meraih kertas dari tangan Bella.

"Selama Gio mau, maka terserah saja.m Bahkan, itu lebih baik karena kamu sudah menjadi istriku." Kenneth berdiri dari duduknya. “Ada yang lain? Mungkin … kamu ingin bertanya tentang poin keempat?”

Gluk.

Detak jantung Bella berdetak di luar kendali, apa pria itu menebak isi hatinya yang agak panik membayangkan dirinya harus memenuhi kebutuhan biologis Kenneth? 

Bella segera menyadarkan dirinya, melihat sifat Kenneth yang tidak tersentuh, pria itu tidak mungkin akan tidur dengannya.

“Tidak, tidak ada masalah.”

Malam hari setelah membersihkan diri, Bella akhirnya bisa berbaring dengan nyaman di kamarnya mengistirahatkan pikiran serta tubuh yang kelelahan. Tak sadar rasa lelah mengantarkan Bella ke alam mimpi.

Di antara sadar dan tidak, tubuhnya terangkat yang membuat Bella berpikir ia sedang bermimpi terbang, kesadarannya perlahan mengambil alih tubuhnya kembali, kelopak matanya terbuka lalu dengan sangat jelas Bella melihat dagu Kenneth dari tempat ia membuka mata.

"Apa yang Anda lakukan!?" Bella terkejut setengah mati, ia di gendong oleh Kenneth Riegler?

"Kita sudah menikah, tentu saja kita akan tidur di kamar yang sama."

Sontak Bella membelalak kaget luar biasa, apa ini mimpi?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status