Share

Bab 6. Ciuman pertama

Bella langsung menjauh dari Kenneth setelah lelaki itu menurunkannya, satu alis Kenneth terangkat naik melihat respon Bella.

"Ini terlalu cepat kalau kita tidur di kamar yang sama, biarkan saya menyiapkan diri lebih dulu." Bella melewati Kenneth menuju pintu keluar tapi tangan Kenneth menahan lengan Bella.

"Kamu sudah menyetujui perjanjian lalu sekarang kamu akan melarikan diri?"

Bella menoleh, dari pada melarikan diri, Bella lebih merasa kondisi seperti ini terlalu mendadak. Pernikahan baru dilakukan tadi, lalu Kenneth langsung membawanya ke dalam kamar pribadi pria ini.

Kalau memang pernikahan tersebut dilakukan dengan perasaan saling mencintai satu sama lain maka Bella tidak akan keberatan, masalahnya ini berbeda dan Kenneth tentunya tidak akan percaya kalau sebelumnya Bella tidak pernah tidur dengan seorang pria manapun.

"Aku tidak melarikan diri, aku hanya belum siap." Dalam hati Bella berharap Kenneth tidak memaksanya, demi apapun kondisi sekarang sangat mendebarkan.

"Apa yang kamu pikirkan, apa kau membayangkan aku akan menidurimu?” tanya pria itu dengan alis kanan terangkat tinggi.

Bella membelalak. “B-bukan begitu, tapi ….” ninirnya mendadak bungkam.

Kenneth mendengus mengejek. “Aku tidak tahu kalau pikiranmu sedang membayangkan hal-hal kotor seperti itu.“ 

Melihat wajah Bella merona merah, Kenneth pun berkata, “Kita hanya perlu tidur bersama di tempat ini mulai sekarang, jadi naiklah ke tempat tidur dan jangan pernah berpikir untuk bisa kabur."

Kenneth melepaskan cengkeraman pada tangan Bella, dia lebih dulu membaringkan tubuhnya ke tempat tidur sedangkan Bella masih berdiri mematung tanpa bergerak dari posisinya.

"Aku tidak akan berkata dua kali." tambah Kenneth sambil berbaring membelakangi Bella.

Kenneth juga tidak mengerti kenapa ia mengambil tindakan begitu nekat sampai membawa Bella yang sedang tidur ke kamar pribadinya, tapi ini adalah cara bagaimana Kenneth mengatasi kehidupan baru, yaitu membiasakan diri.

Toh Bella resmi menjadi istrinya, cepat atau lambat orang lain juga akan mengetahui kenyataan tersebut, baik Bella maupun Kenneth tentunya sangat tidak nyaman tidur di tempat yang sama, alangkah lebih baiknya Kenneth mulai membiasakan diri kalau di sampingnya kini ada orang lain menemani.

Perlahan, Bella mulai berani menempati area kosong di sebelah Kenneth meskipun detak jantungnya menggila. Perasaan gugup kali ini adalah yang pertama Bella rasakan selama bekerja di rumah Kenneth.

"Ini pasti tidak nyaman untukmu jadi mulai sekarang kita perlu membiasakan diri," ucap Kenneth.

Bella menarik selimut, tidur dengan tegang di sebelah Kenneth sampai tiba-tiba saja lelaki itu mengubah posisinya menghadap Bella.

"Atau kamu ingin kita melakukan hubungan pengantin baru seperti apa yang kamu bayangkan?" katanya.

Bola mata Bella membelalak, tapi Kenneth berbaring lagi membelakangi Bella, "Jauhkan pikiran seperti itu, aku tidak akan melakukannya." Setidaknya untuk hari ini.

Kalimat itu pun menutup pembicaraan Kenneth sampai keesokan harinya.

__

Pagi harinya Bella sudah bangun lebih dulu menyiapkan sarapan sebelum memandikan Gio. Tidurnya semalam sangat tidak nyenyak, beberapa kali Bella terbangun karena rasa cemasnya yang berpikiran Kenneth akan menyerangnya tiba-tiba.

Nyatanya sampai pagi pria itu tidak melakukan apapun, tapi Bella sudah terlanjur takut lebih dulu. Hal tersebut membuat Bella merasa sedikit malu karena berpikiran tidak-tidak.

Setelah memandikan Gio dan memakaikan baju, Bella mengajaknya ke meja makan untuk makan bersama, di sana sudah akan Kenneth menyantap makanan lebih dulu.

"Good morning, Daddy!"

"Good morning, Son." balas Kenneth, pupil matanya melihat Bella tapi perempuan itu tidak berani balas menatap Kenneth, pagi ini penuh kecanggungan sampai akhirnya Kenneth memilih segera berangkat ke kantor.

Ciuman Kenneth berikan di kening putranya, "Jadi anak yang baik selama Daddy tidak rumah." Kenneth berjongkok, menyentuh wajah Gio, "apa kamu tidak keberatan memanggil Nanny dengan sebutan Mommy mulai hari ini?"

Bella langsung menoleh bersamaan dengan Gio yang juga melihat ke arah Bella.

"Tapi apa aku boleh melakukannya?" tanya Gio pada Bella.

Kenneth dan Bella saling tatap, bukannya Bella sendiri yang ingin Gio memanggilnya ibu? Itu artinya Bella tidak akan keberatan, tapi kenapa perempuan itu justru terdiam?

"Tentu saja boleh." jawab Bella setelah menepis rasa kaget, putra yang ia lahirkan akhirnya memanggilnya dengan sebutan ibu, rasanya sangat membahagiakan.

"Aku punya mommy!" Gio berlari ke arah Bella, memeluk sebelah kaki perempuan itu.

"Jaga Gio dengan baik, aku berangkat." pamitnya, tapi langkah Kenneth dihentikan seruan Gio.

"Dad, aku sudah punya Mommy. Apa Daddy tidak memberikan ciuman untuk Mommy juga?"

Kecanggungan semakin membesar, Kenneth dan Bella saling tatap akibat permintaan dari kepolosan Gio barusan.

"Kenapa daddy diam, ayo cium Mommy!" Gio menarik tangan Kenneth menghampiri Bella.

"Gio, tidak seharusnya kamu memaksa seperti ini pada orang yang lebih dewasa darimu." tegur Kenneth.

Bibir Gio cemberut, tangannya melipat kesal di depan perut. "Temanku bilang ayahnya selalu mencium ibunya ketika akan berangkat kerja, kenapa kalian tidak? Apa Daddy tidak menyukai Mommy?"

Kenneth sudah tahu kalau Gio sudah menunjukkan wajah itu, bocah tersebut akan segera tantrum jika tidak dituruti. Akhirnya, Kenneth pun menghela napas dan langsung menarik pinggang Bella. 

Saat Bella mendelik kaget, wanita itu mendengar Kenneth berucap, “Bekerja samalah di depan putraku." 

Cup!

“Waaah!” Mata Gio membulat senang.

Kenneth kembali menatap putranya yang tengah berbinar-binar, "Kalau begitu daddy berangkat kerja."

"Have a good day, Daddy!" ucap Gio kemudian bersorak dengan girang mengantarkan kepergian sang ayah.

Masuk ke mobil, Kenneth melihat ke arah teras rumah. Dengan tangan bersandar di jendela mobil, pria itu menyunggingkan senyuman penuh arti untuk sesaat.

Pemula …,’ batin pria itu sebelum akhirnya meninggalkan tempat tersebut.

Di tempatnya, Bella berdiri membeku. Wajahnya begitu merah sampai-sampai dia tampak seperti kepiting rebus.

Dengan tangan menyentuh dahinya, wanita itu membatin, ‘Aku … bisa gila ….’ 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status