Share

Bab 7. Godaan bibir Bella

Seharian ini Bella menemani Gio bermain sampai akhirnya Gio bertanya.

"Mommy, apa daddy sudah menikah dengan Mommy?"

Bella tersenyum hambar, pernikahan yang dilakukan bersama Kenneth memang tidak mengikut sertakan Gio, tapi apa bocah empat tahun juga perlu mengerti hal seperti ini? 

Bella punya beberapa foto yang sengaja di abadikan ketika sumpah pernikahan, tapi Kenneth tentunya tidak mengijinkan foto tersebut dipublikasikan.

"Gio," Bella menyentuh wajah Gio dengan lembut, "kenapa kamu tiba-tiba bertanya demikian?"

"Saat aku bermain dengan teman, mereka bilang ayah ibunya punya foto pernikahan besar di rumah mereka, tapi di rumah ini tidak ada satupun foto kebersamaan Mom dan daddy, jadi kalian tidak menikah?"

Bella tidak mengerti kenapa anak empat tahun bisa berpikiran sejauh ini, cara berpikir Gio di luar batas anak seusianya, mungkinkah kecerdasan sang ayah juga menurun pada anak? 

"Kemari, duduk di pangkuan Mommy." ucap Bella. "Mommy dan daddy-mu sudah menikah, tapi … Gio harus merahasiakannya okay?”

Mata Gio mengerjap. “Kenapa?”

Bella menelan ludah, mencoba mengeluarkan alasan yang masuk akal.

“Daddy-mu ingin menjadikan ini kejutan untuk semua orang, jadi Gio harus merahasiakannya dulu sampai Daddy-mu siap mengumumkannya, oke?” dalih Bella, setidaknya itu bisa menjawab rasa penasaran putranya sementara waktu.

“Oke!” balas Gio dengan semangat.

Setelah Gio menurut baru kemudian Bella memperlihatkan foto pernikahannya dengan Kenneth.

"Wah, Mommy terlihat sangat cantik!” puji bocah itu seraya memerhatikan foto. Beberapa detik kemudian, bocah itu merengut. “Tapi kenapa aku tidak ada di sana? Kenapa kalian tidak membawaku ikut serta?! Apa kalian tidak menyayangiku lagi?!!"

Bella terkekeh geli memeluk Gio dengan gemas, "Tentu saja Mommy dan Daddy menyayangimu!" jawab Bella.

"Tapi aku tidak ikut berfoto bersama Mommy dan daddy." ucap Gio sekali lagi.

Bella mencium puncak kepala Gio, hasil kesabaran Bella selama ini akhirnya terbayar lunas ketika mendengar Gio memanggilnya ibu, ini seperti hadiah yang luar biasa.

"Bagaimana kalau Mommy dan Gio berfoto berdua." Bella mengarahkan kamera ponsel untuk mengabadikan momen dirinya dan Gio, tapi belum sempat itu terjadi terdengar suara...

"I'm home!" seru Kenneth.

Gio bangkit dari pangkuan Bella kemudian berlari menuju ruang tamu, "Daddy!"

Kenneth siap menangkap lompatan putranya, "Wah, apa ini. Putraku sangat semangat menyambut ayahnya pulang."

"Dad, kamu menikah dengan Mommy kenapa tidak mengundangku?" protes Gio.

Kenneth melihat ke arah Bella.

"Gio bertanya apa kita sudah menikah, jadi aku menunjukkan foto pernikahan." jawab Bella ragu.

"Don't worry, Dad. Aku bisa merahasiakannya." Gio menutup bibir dengan tangan mungilnya.

Kenneth menurunkan Gio, "Pergi ke kamarmu, Daddy dan Mommy-mu ingin berbicara sesuatu." kalimatnya dipatuhi dengan baik oleh Gio, 

Kenneth memberikan kode agar Bella masuk ke dalam ruang kerja, di dalamnya kini hanya ada mereka berdua.

Kecanggungan masih terasa, atmosfer ruangan seperti menekan keberadaan Bella di dalam ruangan itu sampai rasanya menyesakkan, terlebih lagi aura bawaan yang Kenneth tunjukkan selalu dingin tak tersentuh, menghadapinya langsung seperti ini kerap kali membuat Bella berdebar takut.

"Kamu bisa memarahiku." ucap Bella pasrah, ia mengakui tindakannya salah.

"Aku tidak menyalahkanmu karena menunjukkan foto pernikahan kita pada Gio, tapi tindakanmu ini menunjukkan perilakumu terlalu semangat di hari pertama kau menjadi ibu untuk putraku."

Bella menunduk memainkan jari tangannya, Kenneth tidak berniat menjauhkannya dari Gio, kan? 

Hembusan nafas Kenneth terdengar sampai telinga Bella, apa lelaki ini benar-benar marah? Tiba-tiba saja dagu Bella diangkat oleh Kenneth untuk mendongak ke arah wajah dingin pria itu.

"Seberapa jauh kamu ingin bergabung di keluargaku, apa memang dari awal itu adalah rencanamu?"

Bella langsung menggeleng, tidak ada niat sedikitpun terlintas di pikiran Bella kalau suatu hari nanti akan menjadi istri dari seorang Kenneth Riegler. Tapi di sisi lain, Bella memang sangat ingin Gio memanggilnya ibu secara langsung, hal seperti itu tak perlu menikah dengan Kenneth, namun takdir berkata lain yang membuat Bella dengan Kenneth justru terikat hubungan pernikahan.

"Katakan sesuatu dari bibirmu, mengapa hanya diam?" 

Kenneth menatap bibir Bella, ranum berwarna merah muda alami tanpa polesan lipstik, apa wanita ini memang secantik itu tanpa Kenneth sadari selama empat tahun mengenalnya?

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa, aku yang salah menunjukkannya pada Gio tanpa izin darimu," jawab Bella, bibirnya yang bergerak semakin menarik perhatian Kenneth.

Lelaki itu tiba-tiba menghindari Bella lebih dulu, mundur satu langkah sebelum kegilaan semakin menguasai pikirannya. Sesaat ada keinginan yang menyarankan Kenneth mencium Bella, pikiran macam apa itu mendadak muncul begitu saja.

Pemikiran Kenneth terhadap wanita masih sama, mereka semua penuh tipu muslihat, jadi tak mungkin hatinya dengan mudah berpaling hanya dengan melihat wajah Bella dari jarak sedekat ini.

"Pergilah, aku harap tindakanmu tidak berlebihan untuk putraku."

Bella mengangguk, segera ia keluar sebelum Kenneth berubah pikiran.

Kenneth menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, menghembuskan nafas berat mengingat ada keinginan sesaat untuk merasakan seperti apa bibir Bella ketika ia menciumnya. 

Dia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun selama ini, baginya semua wanita itu sama-sama liciknya. Ada kebencian yang tertanam di hati Kenneth untuk kaum wanita. 

Tapi tadi, kenapa dia merasakan hal yang sangat aneh? Ingin menciumnya? Pikiran gila macam apa itu?!

“Menggelikan."

Kenneth berusaha menepis pikirannya mengenai Bella, tapi semakin ia paksa justru keinginan untuk mencium bibir Bella terus menghantui pikirannya.

"Sialan!" umpatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status