Dress hitam yang dibeli tadi siang kini Bella pakai untuk bersiap datang ke pesta, rambutnya ditata sedemikian rupa untuk menampilkan leher jenjang dan aksesoris yang Bella gunakan. Penampilannya sepuluh kali lipat lebih cantik jika Bella merias dirinya dengan serius, tapi bagi Kenneth merias diri atau tidak, wanita berbaju hitam yang berjalan ke arahnya itu adalah yang paling cantik diantara wanita lainnya. "Perfect!" puji Kenneth seraya menawarkan lengannya untuk Bella gandeng. Bella tersenyum tipis, mereka pun pergi setelah mobil jemputan tiba, Kenneth membukakan pintu mempersilahkan Bella masuk ke dalam mobil lebih dulu. Tempat pesta digelar terlihat sudah ramai, banyak kendaraan juga yang tampaknya baru tiba, supir membukakan pintu agar penumpang di belakang turun. "Biarkan aku memperbaiki penampilanmu sedikit." ucap Bella sambil merapikan dasi kupu-kupu di leher Kenneth agar terlihat lebih nyaman dipandang. "Ayo kita masuk?" Kenneth kembali menawarkan lengannya, dengan senan
Satu minggu setelahnya, baik Kenneth maupun Bella disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan, mereka juga jarang di rumah sehingga sementara waktu Gio dan Flo di jaga oleh Delina. Tampaknya keinginan Delina pulang ke rumahnya harus tertunda demi menjaga kedua cucunya ketika orang tua mereka sibuk bekerja. Tiga hari terakhir, Bella dan Kenneth nyaris tidak saling sapa, jika Bella pulang ke rumah, terkadang Kenneth tidak ada karena dinas di kota lain. Kesibukan itu terus berlanjut sampai minggu kedua, dan hari ini Kenneth juga masih belum pulang. Ketika Bella tiba di rumah, Gio dan Flo sudah tidur. "Kamu dan Kenneth terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap Delina. Bella menoleh sambil meletakkan lembaran dokumen dan tasnya ke atas meja, "Ada proyek baru yang harus aku tangani di perusahaan, aku tidak bisa lepas tanggung jawab karena posisiku sebagai pemimpin di perusahaan cabang." "Jangan lupa untuk mengatur jadwal makan mu, meski sibuk, kau juga butuh tenaga."
Perjalanan ke pusat perbelanjaan mereka jalani bersama, Kenneth menggandeng tangan Gio dan Flo bersamaan melewati setiap toko di sebelah mereka, tapi tujuannya sekarang adalah baju cantik untuk Flo dan juga hadiah untuk gadis kecil mereka. Bella mengikut di belakang memperhatikan kedekatan Kenneth, tiba-tiba Gio berhenti, anak itu berbalik menghampiri Bella dan menggandeng tangan ibunya, Gio mendongak seraya tersenyum. "Kalau Flo untuk daddy, aku akan bersama mommy." katanya. Bella mengusap kepala Gio, "Kalian itu tidak ada bedanya, sama-sama kesayangan mommy." jawab Bella. "Dad," panggil Flo, Kenneth menoleh dan putrinya sudah mengulurkan tangan minta gendong, dengan senang hati Kenneth mengangkat putrinya dan mereka berjalan menuju sebuah toko pakaian anak. "Aku ingin baju biru itu!" tujuk gadis kecil di gendongan Kenneth. Bella mendongak, setinggi itu bagaimana Flo bisa tahu ada baju cantik di sana, "Tolong turunkan baju itu, kami ingin melihatnya." ucap Bella pada pegawai.
Beberapa bulan berlalu, Bella membuka salah satu ruangan kosong yang mana kini Kenneth sedang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran anak ketiganya, Kenneth bahkan membuat tempat tidur bayi seorang diri dan mendekorasi kamar. Antusias Kenneth tak pernah pudar sejak mengetahui Bella hamil, pria itu melakukan semuanya sendiri agar bisa membuat Bella tetap bahagia, sekarang saja Kenneth sedang menyiapkan kamar calon anaknya yang akan lahir sebentar lagi. "Ini sudah malam, sebaiknya kamu lanjutkan besok saja." Kenneth berbalik, "Aku tidak akan sempat, aku akan selesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kita tidak tahu kapan bayinya akan lahir, mengingat usia kandunganmu sudah memasuki bulan kelahiran, jadi aku harus siap semuanya." Bella tersenyum, "Tapi ini sudah jam sebelas malam, kalau kamu tidak berhenti, aku tidak akan tidur." ancamnya. Tanpa mengatakan apapun kenneth langsung meletakkan alat yang ia pegang untuk membuat tempat tidur bayi, pria itu menghampiri Bella, meng
"Rumah kita akan disita dalam waktu kurang dari satu bulan kalau tidak bisa melunasi hutang … jumlahnya terlalu besar dan kami tidak bisa membayarnya," jelas Anthony, ayah Bella. Bella Anastasya, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu baru saja lulus dengan gelar cumlaude. Namun, sepulangnya ke rumah, alih-alih sebuah perayaan, dirinya malah dikejutkan sang ayah dengan kabar mengerikan itu. Tangan Bella bergetar. Dirinya baru mengetahui semua uang yang ia habiskan ternyata adalah uang pinjaman yang totalnya sangat banyak! "Lalu, kita akan tinggal di mana? Rumah ini adalah satu-satunya tempat yang kita miliki. Apa tidak ada cara lain untuk membayar hutang?" suara Bella ikut bergetar menahan tangis. Dia merasa bersalah, sungguh merasa bersalah. Siapa yang mengira rumah masa kecilnya itu akan menjadi ganti untuk sertifikat kelulusan yang dia dapatkan? Delina, ibunda dari Bella, menatap sang suami yang tak kuat berkata-kata. Air mata mengucur seiring dirinya menjawab, “Seseorang ingi
Kediaman Riegler. Di kediaman mewah yang tampak mirip dengan mansion-mansion orang kaya di drama kesukaannya, terlihat sosok Bella duduk di sebuah kursi sembari menatap dengan khawatir situasi sekitar. Ada lima orang wanita lain dengan tubuh tegap dan sikap profesional yang berada di ruangan tersebut bersamanya. Mereka adalah kandidat ibu susu untuk putra tunggal ahli waris Keluarga Riegler yang ternama, Kenneth Riegler. Bella … adalah kandidat keenam. Saat pintu terbuka, suara tangis seorang bayi memekakkan telinga. Bella yakin itu adalah suara putranya! “Berikutnya!” teriak seorang pria yang ingin mengetes kandidat berikutnya. Detak jantung Bella begitu cepat. Gilirannya masih lama, dan dia berdoa agar putranya itu tidak akan memilih ibu susu lain selain dirinya. Satu persatu kandidat dipanggil, dan setiap dari antaranya keluar dengan wajah suram lantaran tidak diterima oleh bayi yang terus menangis itu. “Cengeng sekali sih! Heran anak orang kaya minum ASI aja rewel,” ge
*Beberapa saat yang lalu*“Sir, saya ingin mengundurkan diri,” ucap Bella dengan senyum tipis selagi menatap Kenneth yang sibuk dengan dokumen di atas meja kerjanya.Pria yang sibuk dengan tugas kantornya itu sontak membeku, dan fokusnya perlahan berpindah dari dokumen menuju wajah Bella yang ayu.Ekspresi Kenneth yang setelah empat tahun telah lebih santai dan lembut pada Bella pun berubah dingin. Dia tidak suka mendengar permintaan wanita itu.“Kenapa? Gio membuat ulah apa sampai kau memutuskan ini?” Bella tersenyum tak berdaya. “Tuan Muda Gio sangat baik, dia tidak berulah.” Wajahnya sedikit tertunduk, ada kesedihan yang tersirat. “Hanya saja, saya harus menikah.”Kening Kenneth berkerut. “Menikah dengan kekasihmu?” Pria itu tampak bingung. Empat tahun bekerja, tidak pernah sekali pun Kenneth melihat Bella menaruh perhatian pada hal lain selain putranya. Lalu, bagaimana bisa wanita itu sekarang berkata akan menikah?!Kepala Bella menggeleng. “Saya tidak punya kekasih, Sir.”Mata
Bella mengenakan gaun putih yang membungkus tubuhnya dengan cantik sementara Kenneth memakai setelan tuksedo rapi, menegaskan betapa rupawan lelaki itu.Pernikahan yang terjadi tanpa berdasarkan cinta, tapi perasaan Bella berdebar tidak karuan karena ini adalah hari ia akan mengucapkan janji suci pernikahan dengan Kenneth.Saat orang lain menikah disaksikan oleh banyak orang, Bella dan Kenneth hanya berdua dan saksi pernikahan hanya asisten pribadi Kenneth, seorang pendeta, dan satu orang lain yang membawa akta nikah sebagai pertanda bahwa pernikahan itu resmi.Sempat Bella gugup hingga pada akhirnya sumpah pernikahan terjadi, ia telah resmi menjadi istri dari seorang Kenneth Riegler."Seperti yang aku janjikan padamu, uang akan kamu dapatkan setelah pernikahan ini selesai dilakukan," ucap Kenneth setelah mereka tiba di rumah.Kenneth memberikan kode pada asistennya untuk datang membawa satu koper uang di depan Bella yang masih memakai gaun pernikahan. Tindakan Kenneth menegaskan sang