Perjalanan ke pusat perbelanjaan mereka jalani bersama, Kenneth menggandeng tangan Gio dan Flo bersamaan melewati setiap toko di sebelah mereka, tapi tujuannya sekarang adalah baju cantik untuk Flo dan juga hadiah untuk gadis kecil mereka. Bella mengikut di belakang memperhatikan kedekatan Kenneth, tiba-tiba Gio berhenti, anak itu berbalik menghampiri Bella dan menggandeng tangan ibunya, Gio mendongak seraya tersenyum. "Kalau Flo untuk daddy, aku akan bersama mommy." katanya. Bella mengusap kepala Gio, "Kalian itu tidak ada bedanya, sama-sama kesayangan mommy." jawab Bella. "Dad," panggil Flo, Kenneth menoleh dan putrinya sudah mengulurkan tangan minta gendong, dengan senang hati Kenneth mengangkat putrinya dan mereka berjalan menuju sebuah toko pakaian anak. "Aku ingin baju biru itu!" tujuk gadis kecil di gendongan Kenneth. Bella mendongak, setinggi itu bagaimana Flo bisa tahu ada baju cantik di sana, "Tolong turunkan baju itu, kami ingin melihatnya." ucap Bella pada pegawai.
Beberapa bulan berlalu, Bella membuka salah satu ruangan kosong yang mana kini Kenneth sedang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran anak ketiganya, Kenneth bahkan membuat tempat tidur bayi seorang diri dan mendekorasi kamar. Antusias Kenneth tak pernah pudar sejak mengetahui Bella hamil, pria itu melakukan semuanya sendiri agar bisa membuat Bella tetap bahagia, sekarang saja Kenneth sedang menyiapkan kamar calon anaknya yang akan lahir sebentar lagi. "Ini sudah malam, sebaiknya kamu lanjutkan besok saja." Kenneth berbalik, "Aku tidak akan sempat, aku akan selesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kita tidak tahu kapan bayinya akan lahir, mengingat usia kandunganmu sudah memasuki bulan kelahiran, jadi aku harus siap semuanya." Bella tersenyum, "Tapi ini sudah jam sebelas malam, kalau kamu tidak berhenti, aku tidak akan tidur." ancamnya. Tanpa mengatakan apapun kenneth langsung meletakkan alat yang ia pegang untuk membuat tempat tidur bayi, pria itu menghampiri Bella, meng
"Rumah kita akan disita dalam waktu kurang dari satu bulan kalau tidak bisa melunasi hutang … jumlahnya terlalu besar dan kami tidak bisa membayarnya," jelas Anthony, ayah Bella. Bella Anastasya, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu baru saja lulus dengan gelar cumlaude. Namun, sepulangnya ke rumah, alih-alih sebuah perayaan, dirinya malah dikejutkan sang ayah dengan kabar mengerikan itu. Tangan Bella bergetar. Dirinya baru mengetahui semua uang yang ia habiskan ternyata adalah uang pinjaman yang totalnya sangat banyak! "Lalu, kita akan tinggal di mana? Rumah ini adalah satu-satunya tempat yang kita miliki. Apa tidak ada cara lain untuk membayar hutang?" suara Bella ikut bergetar menahan tangis. Dia merasa bersalah, sungguh merasa bersalah. Siapa yang mengira rumah masa kecilnya itu akan menjadi ganti untuk sertifikat kelulusan yang dia dapatkan? Delina, ibunda dari Bella, menatap sang suami yang tak kuat berkata-kata. Air mata mengucur seiring dirinya menjawab, “Seseorang ingi
Kediaman Riegler. Di kediaman mewah yang tampak mirip dengan mansion-mansion orang kaya di drama kesukaannya, terlihat sosok Bella duduk di sebuah kursi sembari menatap dengan khawatir situasi sekitar. Ada lima orang wanita lain dengan tubuh tegap dan sikap profesional yang berada di ruangan tersebut bersamanya. Mereka adalah kandidat ibu susu untuk putra tunggal ahli waris Keluarga Riegler yang ternama, Kenneth Riegler. Bella … adalah kandidat keenam. Saat pintu terbuka, suara tangis seorang bayi memekakkan telinga. Bella yakin itu adalah suara putranya! “Berikutnya!” teriak seorang pria yang ingin mengetes kandidat berikutnya. Detak jantung Bella begitu cepat. Gilirannya masih lama, dan dia berdoa agar putranya itu tidak akan memilih ibu susu lain selain dirinya. Satu persatu kandidat dipanggil, dan setiap dari antaranya keluar dengan wajah suram lantaran tidak diterima oleh bayi yang terus menangis itu. “Cengeng sekali sih! Heran anak orang kaya minum ASI aja rewel,” ge
*Beberapa saat yang lalu*“Sir, saya ingin mengundurkan diri,” ucap Bella dengan senyum tipis selagi menatap Kenneth yang sibuk dengan dokumen di atas meja kerjanya.Pria yang sibuk dengan tugas kantornya itu sontak membeku, dan fokusnya perlahan berpindah dari dokumen menuju wajah Bella yang ayu.Ekspresi Kenneth yang setelah empat tahun telah lebih santai dan lembut pada Bella pun berubah dingin. Dia tidak suka mendengar permintaan wanita itu.“Kenapa? Gio membuat ulah apa sampai kau memutuskan ini?” Bella tersenyum tak berdaya. “Tuan Muda Gio sangat baik, dia tidak berulah.” Wajahnya sedikit tertunduk, ada kesedihan yang tersirat. “Hanya saja, saya harus menikah.”Kening Kenneth berkerut. “Menikah dengan kekasihmu?” Pria itu tampak bingung. Empat tahun bekerja, tidak pernah sekali pun Kenneth melihat Bella menaruh perhatian pada hal lain selain putranya. Lalu, bagaimana bisa wanita itu sekarang berkata akan menikah?!Kepala Bella menggeleng. “Saya tidak punya kekasih, Sir.”Mata
Bella mengenakan gaun putih yang membungkus tubuhnya dengan cantik sementara Kenneth memakai setelan tuksedo rapi, menegaskan betapa rupawan lelaki itu.Pernikahan yang terjadi tanpa berdasarkan cinta, tapi perasaan Bella berdebar tidak karuan karena ini adalah hari ia akan mengucapkan janji suci pernikahan dengan Kenneth.Saat orang lain menikah disaksikan oleh banyak orang, Bella dan Kenneth hanya berdua dan saksi pernikahan hanya asisten pribadi Kenneth, seorang pendeta, dan satu orang lain yang membawa akta nikah sebagai pertanda bahwa pernikahan itu resmi.Sempat Bella gugup hingga pada akhirnya sumpah pernikahan terjadi, ia telah resmi menjadi istri dari seorang Kenneth Riegler."Seperti yang aku janjikan padamu, uang akan kamu dapatkan setelah pernikahan ini selesai dilakukan," ucap Kenneth setelah mereka tiba di rumah.Kenneth memberikan kode pada asistennya untuk datang membawa satu koper uang di depan Bella yang masih memakai gaun pernikahan. Tindakan Kenneth menegaskan sang
"Aku tidak berpikir kamu akan menghabiskan semua uang itu hanya dalam waktu kurang dari sehari setelah pernikahan kita selesai dilakukan."Bella menoleh melihat keberadaan Kenneth bersandar di samping pintu kamarnya sambil melipat tangan di depan perut."Saya hanya membayarkan utang seperti yang telah saya katakan pada Tuan sebelumnya." jawab Bella, mungkin sekarang Kenneth telah berpikir bahwa dirinya sangat gila uang, bagaimana tidak jika uang begitu banyak bisa langsung Bella habiskan.Kenneth berdecak pelan sembari memalingkan wajah dari Bella. "Gio mencarimu, sejak tadi menangis hanya menyebut namamu." katanya bernada ketus entah karena apa.Bella segera menuju kamar putranya melihat Gio yang tidur dengan wajah masih basah oleh air mata, dengan sangat hati-hati Bella mengusap air mata Gio dengan lembut. Mulai sekarang Gio tidak akan berpisah darinya lagi dan seandainya Gio memanggilnya dengan sebutan ibu, Kenneth juga tidak akan lagi marah. Ini … sempurna, bukan?Kecupan lembut
Bella langsung menjauh dari Kenneth setelah lelaki itu menurunkannya, satu alis Kenneth terangkat naik melihat respon Bella."Ini terlalu cepat kalau kita tidur di kamar yang sama, biarkan saya menyiapkan diri lebih dulu." Bella melewati Kenneth menuju pintu keluar tapi tangan Kenneth menahan lengan Bella."Kamu sudah menyetujui perjanjian lalu sekarang kamu akan melarikan diri?"Bella menoleh, dari pada melarikan diri, Bella lebih merasa kondisi seperti ini terlalu mendadak. Pernikahan baru dilakukan tadi, lalu Kenneth langsung membawanya ke dalam kamar pribadi pria ini.Kalau memang pernikahan tersebut dilakukan dengan perasaan saling mencintai satu sama lain maka Bella tidak akan keberatan, masalahnya ini berbeda dan Kenneth tentunya tidak akan percaya kalau sebelumnya Bella tidak pernah tidur dengan seorang pria manapun."Aku tidak melarikan diri, aku hanya belum siap." Dalam hati Bella berharap Kenneth tidak memaksanya, demi apapun kondisi sekarang sangat mendebarkan."Apa yang k