Setiap hari Kenneth pastinya bertemu dengan Bella sejak perempuan itu menjadi pengasuh Gio, hari ini pun juga masih sama tapi dengan status yang berbeda.
Kenneth memperhatikan punggung Bella yang membelakanginya sambil membuat makanan untuk Gio. Semalam wanita ini membuatnya tidak bisa tidur hanya karena memikirkan seperti apa rasanya bibir ranum itu.
"Sepertinya aku benar-benar gila." gumam Kenneth.
Tidak tahan terus berhadapan dengan Bella, pria itu pun berdiri, sudah waktunya berangkat ke kantor.
“Aku berangkat." pamitnya.
Bella menoleh, "Tunggu sebentar." sambil mengeringkan tangan kemudian menghampiri Kenneth, "dasinya tidak rapi." katanya, tangan Bella terulur memperbaiki dasi Kenneth, sialnya tatapan Kenneth kembali tertuju pada bibir Bella.
Hal itu membuat pria tersebut mematung.
“Selesai.”
Bella mengambil satu langkah menjauh dari Kenneth, tapi dia malah mendapati pria itu terbengong.
“Kenneth?”
Tersentak dari lamunan, Kenneth mengerjapkan mata. Dia berdeham dan memalingkan wajah. Ujung telinganya sedikit memerah.
"Kau bertindak seperti layaknya istri yang baik." ucap Kenneth asal.
Tatapan Bella melihat wajah Kenneth sekilas, tidak menyadari ada yang aneh dari pria tersebut. "Aku punya OCD, benda yang tidak rapi sedikit saja sangat menggangguku," jelasnya dengan serius.
Alis Kenneth terangkat naik, pantas saja rumahnya selalu rapi setiap kali ia pulang dari kantor, Bella mengerjakan tugas lainnya di luar tugasnya sebagai baby sitter.
Sekarang … wanita itu istrinya. Dia tidak mungkin membiarkan Bella terus melakukan hal itu, ‘kan?
Sadar dirinya mulai berpikir terlalu jauh, Kenneth menggelengkan kepala. Lalu tanpa mengucapkan terima kasih ia berbalik akan pergi sampai suara Gio menghentikan langkah Kenneth sekali lagi.
"Dad, kamu lupa mencium Mommy!" teriaknya.
Kenneth menghela nafas. Pertama kali dalam hidupnya dia merasa ingin mencubit putranya sendiri saking gemas. Tapi, dia menahan perasaan itu dan berbalik menghampiri Bella.
Kenneth kemudian mencium kening Bella dan mencium kening putranya bergantian, senyum Gio terukir cerah sambil melambaikan tangan saat Kenneth berangkat kerja.
Kenneth tiba di kantor, tapi masih tidak bisa melupakan sosok Bella. Ia heran mengapa pikirannya kerap kali membayangkan sesuatu yang tidak penting?
Menghela nafas rendah, Kenneth menoleh saat mendengar suara ketukan pintu, orang di baliknya pun dipersilahkan masuk.
"Tuan, hasil dari rapat kemarin sudah saya rangkap jadi satu bagian," kata asisten Kenneth menyerahkan dokumen.
Carlo menatap wajah Kenneth sebentar, kenapa ekspresinya terlihat berbeda hari ini? Tapi Carlo juga tidak berani bertanya.
"Saya permisi kalau begitu."
"Carlo." panggil Kenneth.
"Yes, Sir?"
"Apa menurutmu normal pria sepertiku yang tidak menyukai wanita tiba-tiba saja memikirkan seorang wanita secara terus menerus?"
Carlo mengerjapkan mata. Bagian ‘tidak menyukai wanita’ kalau didengar orang lain pasti bisa membuat salah paham, tapi sebagai asisten pribadi Kenneth, Carlo paham maksud Kenneth yang sebenarnya.
Kenneth bukan menyimpang, tapi trauma masa lalu yang membuatnya memandang wanita secara sebelah mata.
Akhirnya, dengan senyum tipis, Carlo menjawab, "Tentu saja itu normal, Tuan. Anda adalah pria dewasa.” Dia pun menambahkan dengan tatapan penuh makna, “Apa wanita yang membuat Tuan kepikiran adalah Nyonya?"
Mendengar Bella disebut Carlo, Kenneth melemparkan tatapan mematikan. "Kau bisa keluar sekarang," usir pria itu.
Carlo mengangguk. Sesuai dugaannya, ternyata yang membuat ekspresi Kenneth seperti itu adalah Bella, wanita yang baru Kenneth nikahi beberapa hari lalu.
Mengetahui itu, Carlo merasa lebih antusias kalau memang Kenneth sudah berani membuka hatinya untuk wanita.
Pria normal mana yang mau melajang seumur hidup tanpa menyalurkan hasrat biologisnya?
"Akhirnya setelah sekian lama ada harapan untuk Tuan Riegler," ucap Carlo sambil menutup kembali pintu ruang kerja Kenneth.
Dan kini Kenneth hanya bisa diam memikirkan, benar kata Carlo jika Kenneth sudah dewasa, memikirkan wanita adalah tindakan normal. Tapi Kenneth sangat membenci kaum wanita, itu karena ingatan saat ia masih kecil melihat sang ibu meninggalkannya begitu saja tanpa rasa tanggung jawab.
Kenneth pun menghela napas kasar.
‘Bella … kamu membuatku gila!’
__
Tidak terasa langit mulai gelap, kali ini Kenneth sengaja pulang lebih larut dari biasanya meskipun pekerjaan tidak begitu banyak. Pukul sembilan malam, Kenneth baru beranjak dari kursi kerja untuk pulang.
Saat tiba di rumah nanti, Kenneth pasti akan berpapasan dengan Bella, kemudian wajah wanita itu serta godaan bibirnya akan membuat Kenneth kembali kepikiran, namun sekarang tanpa sadar Kenneth sudah ada di depan pintu rumahnya sendiri, menghela nafas rendah sebelum masuk.
Baru saja masuk, Kenneth melihat seseorang keluar dari kamar putranya.
Ah! Itu tersangka kegilaannya hari ini!
“Sudah pulang?” tanya Bella dengan senyum tipis.
Kenneth tidak menjawab Bella, tapi dia malah balik bertanya, "Apa Gio sudah tidur?"
"Iya, baru saja." Bella menerima tas kerja Kenneth untuk di simpan ke tempat biasanya.
Sambil melonggarkan dasi, Kenneth berkata. "Sebaiknya barang milikmu kau pindahkan juga ke kamar yang sama denganku, tapi ini sudah malam jadi kamu lakukan besok saja."
Bella hanya mengangguk, ini adalah malam ketiga ia tidur di kamar yang sama dengan Kenneth, rasanya masih tetap mendebarkan meskipun Kenneth tidak melakukan apapun.
Selesai mandi, Kenneth tidak melihat Bella di kamar. Pria itu segera berpakaian menuju kamar pribadi Bella sejak tinggal di rumah Kenneth, tapi karena tindakannya membuka pintu tanpa permisi, Kenneth tak sengaja melihat Bella sedang berganti pakaian, spontan Kenneth berbalik badan.
Sementara Bella terkejut setengah mati, dengan tergesa-gesa memakai bajunya kembali. Detak jantungnya kembali menggila, barusan Kenneth melihat di balik baju yang Bella pakai tidak memakai pakaian dalam.
"Aku tunggu di luar." Kenneth menutup pintu kembali.
Brak!
Rasa canggung semakin membesar, bagaimana tidak kalau Kenneth tak sengaja melihat Bella setengah tak berbusana.
Keluar dari kamar, Bella membuka pintu perlahan. Dia melihat Kenneth sedang memainkan tabletnya di ruang tamu.
"Ada apa?" tanya Bella.
Kenneth tidak melirik Bella, tapi dia mengeluarkan black card dan meletakkannya di atas meja. "Kamu gunakan isinya sesuai kebutuhanmu, aku bertanggung jawab atas keperluan pribadimu sejak pernikahan dilakukan." katanya.
Melihat Kenneth tidak meliriknya, Bella agak bingung. Harusnya dirinya yang marah, bukan Kenneth ‘kan?!
"Aku mengerti," jawab Bella lirih.
Jawaban Bella membuat Kenneth menganggukkan kepala dan berdiri dari sofa, berniat kembali ke kamar. Namun, mendadak langkahnya berhenti.
“Lain kali … kunci kamarmu.”
Setelah mengatakan itu, Kenneth lanjut berjalan untuk masuk ke kamar.
Ucapan Kenneth membuat wajah Bella merona.
Pria itu … benar-benar!!!
Tidak lama, Bella menyusul masuk ke dalam kamar Kenneth. Aroma khas yang sering Kenneth gunakan seperti telah melekat di kamar itu.
Bella menoleh ketika mendengar suara air mengalir sebelum pintu terbuka dan Kenneth keluar dengan handuk melingkari lehernya.
Keduanya saling beradu pandangan, tapi sekali lagi Kenneth tergoda oleh bibir itu lagi. Jantung pria itu berdebar, tapi dia berusaha menepisnya dengan langsung mengeringkan rambut.
Setelah selesai, Kenneth berbaring di atas ranjang dan berusaha untuk tidur. Namun, dirinya kesulitan memejamkan matanya sampai merasakan pergerakan di sebelahnya, Kenneth menoleh melihat Bella berpakaian sexy.
"Kau mencoba menggodaku?" ucap Kenneth lirih tapi tangan Bella justru dengan berani membelai bagian dada Kenneth sambil memperlihatkan senyum manis di bibir yang menggoda itu.
Kenneth bangkit dari posisi berbaring menerjang Bella tanpa ragu, wanita ini sangat berbahaya ternyata, mengapa begitu mempesona ketika menggodanya. Kenneth mendorong Bella, tanpa permisi mencium bibir menggoda itu dengan kasar seolah ingin memakan Bella.
Tangan Kenneth menarik pengait baju Bella satu persatu sampai tangannya merasakan benda kenyal dan lembut di balik baju wanita di bawahnya, pikiran Kenneth semakin kacau ketika gelora panas mulai menguasainya.
Hingga mendadak saja suara dering ponsel membangunkan Kenneth, perlahan ia mulai sadar yang barusan terjadi adalah mimpi. Kepalanya menoleh ke sampingnya dimana Bella tidur dengan tenang memakai baju tertutup rapat.
Mengacak rambutnya frustasi, Kenneth mematikan ponsel yang masih berdering dengan kesal mengetahui bahwa di dalam mimpinya ia hampir meniduri Bella, sedalam itukah pesona yang wanita ini miliki.
Dengan perasaan geram, Kenneth perlu mendinginkan kepalanya dengan air dingin. Ketika Kenneth berada di dalam kamar mandi, Bella terbangun dan mendapati suara air shower.
Kening Bella berkerut dan dia pun bertanya-tanya, "Mandi di tengah malam begini? Ada apa dengannya?"
Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Kenneth belum juga keluar dari kamar, biasanya lelaki itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum berangkat ke kantor, tapi tidak biasanya Kenneth terlambat bangun. "Mommy, di mana Daddy?" tanya Gio karena memang saat Gio bangun, Kenneth akan duduk menghadap segelas teh hangat di meja makan. "Gio makan dulu ya, Mom akan melihat apa yang daddy lakukan." ucapnya, Gio mengangguk. Bella melepaskan apron sebelum menuju kamar Kenneth. Tidak biasanya Kenneth masih tidur jam segini, dan benar saja lelaki itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. "Kenneth," panggil Bella, "sarapan sudah aku siapkan." tambahnya sambil membuka korden jendela, tapi Kenneth tidak merespon. Kening Bella mengernyit, ia pun mendekat menyentuh lengan Kenneth merasakan suhu tubuhnya tidak biasa, tangan Bella menyentuh kening Kenneth untuk memastikan. "Astaga, kau demam." seru Bella dengan panik. Kenneth membuka mata, mengapa wanita ini mengganggu t
Kalimat Kenneth mengejutkan Bella, tapi tatapan penuh arti di mata Kenneth juga tidak bisa Bella hindari, ia adalah seorang istri dari pria di depannya ini, jadi bukan hal baru jika pasangan saling menginginkan. “Kamu bisa menyentuhku.” jawab Bella memberikan izin. Dan saat itu Bella merasakan kembali ciuman Kenneth, bibirnya terasa panas ketika saling beradu, sampai tak sengaja Bella jatuh di tempat tidur, berada di bawah tubuh Kenneth. Rasanya aneh ketika tiba-tiba Kenneth meminta izin untuk menyentuh Bella, sikap Kenneth tidaklah demikian, pria ini biasanya bertindak tanpa izin Bella lebih dulu, tapi kali ini sikapnya yang berbeda terasa lebih menghargai sosok Bella dalam hidup Kenneth. Sentuhannya terasa lembut tapi menuntut lebih dalam, detak jantung Bella berdebar tak karuan ketika tangan Kenneth mulai menyusup ke bagian dalam bajunya. Membelai kelembutan dua buah kembar milik Bella, tak sadar suara erangan tipis tak bisa Bella tahan. “Ternyata kau punya wajah yang menawan ji
Gio masuk ke dalam kamar, tanpa ragu naik ke tempat tidur di sebelah Kenneth. "Dad, apa kamu sudah sembuh?" tangan Kecil Gio menyentuh kening Kenneth, melihat itu Kenneth hanya bisa terkekeh geli menyadari putranya sangat peduli."Daddy akan sembuh tidak akan lama lagi, ini hanya kelelahan.""Benarkah?"Kenneth mengangguk, "Dimana mommy?" tanya Kenneth."Mom sedang keluar, dia bilang ingin membeli sesuatu jadi aku harus menjaga daddy di sini." jawab Gio, kening Kenneth setengah mengernyit tapi setelahnya ia memeluk Gio.Sekarang putranya sudah tumbuh menjadi anak yang pandai bicara dan aktif, Bella cukup baik merawat Gio hingga saat ini, di usia yang masih empat tahun tapi Bella sudah mengajarkan dua bahasa untuk Gio."Apa Gio sayang dengan mommy?"Kepala kecil Gio mengangguk, "Mom sangat baik, dia memasak makanan lalu memeluk Gio saat tidak bisa tidur, aku senang punya mommy." jawabnya antusias dan bangga.Sesaat Kenneth merasa ia tidak salah menikah dengan Bella demi kebahagiaan Gi
Setelah memastikan Gio tidur, Bella masuk ke kamar Kenneth dan melihat pria itu duduk memegang ipad.Dengan ragu bibir Bella berkata, "Mengenai tadi...," kalimatnya belum selesai ketika tangan Kenneth terangkat kemudian menariknya mendekat.Bella duduk di sebelah Kenneth, sebenarnya Bella masih malu jika ingat kejadian ketika ia berciuman dengan lelaki ini justru kepergok oleh Gio."Sepertinya aku yang terlalu terburu-buru, hubungan ini terlalu mendadak dan kita perlu membiasakan diri lebih dulu." Kenneth menyadari tindakan yang ia lakukan, bagaimanapun ia dan Bella sudah menikah jadi tentunya butuh membiasakan diri untuk saling mengerti posisi mereka sekarang seperti apa."Aku tidak mempermasalahkan tindakanmu, bagaimanapun sekarang ini statusku adalah istrimu." jawab Bella.Kenneth menggenggam satu tangan Bella, "Empat tahun aku mengenalmu, sepertinya aku terlalu banyak mengabaikan keberadaanmu di sini.""Itu hal wajar, posisiku di rumah ini hanyalah seorang pengasuh untuk Gio." uc
Bella masih teringat pesan singkat yang masuk di ponsel Kenneth tengah malam tadi, siapa wanita bernama Jessy sampai dia berani menyatakan kerinduannya pada Kenneth.Tatapan Bella melihat Kenneth sudah rapi berjalan ke arah meja makan, beberapa jenis makanan sudah Bella siapkan termasuk makanan kesukaan Kenneth."Aku lupa mengatakan sesuatu," ucap Kenneth, Bella pun menoleh dan Kenneth menatapnya, "kamu sering menyiapkan sarapan setiap hari untukku dan Gio, semua masakanmu adalah kesukaanku tapi aku tidak pernah bertanya, apa makanan kesukaanmu.""Aku bukan pemilih makanan." jawab Bella."Setidaknya kamu pasti punya salah satu jenis makanan favorit." balas KennethBella tersenyum tipis, ingin rasanya bertanya siapa wanita bernama Jessy yang mengirim pesan pada Kenneth semalam, tapi Bella tidak berani bertanya karena itu termasuk hal pribadi Kenneth yang tidak bisa Bella ganggu.Tapi pikiran Bella yang terganggu mengenai sosok Jessy."Aku suka seafood." jawab Bella pada akhirnya.Tapi
Hari ini Kenneth pulang terlambat, dalam pikiran Bella apa mungkin Kenneth menemui Jessy lagi? Mau di lihat dari mana pun juga terlihat jelas bahwa Jessy cantik dan sexy, dia juga ternyata seorang artis di perusahaan Kenneth.Bella menghembuskan nafas, tangannya membelai kening Gio yang sudah tidur. Sebuah kecupan Bella berikan, selimut ia perbaiki untuk Gio sebelum keluar.Kenneth terlihat baru pulang, tapi ada aroma alkohol ketika Kenneth melewati Bella."Kau mabuk?" tanya Bella."Ada acara kantor yang mengharuskan aku untuk hadir, tadi hanya segelas yang aku minum jadi itu tidak membuatku mabuk." jawab Kenneth.Bella mengikuti Kenneth sampai di kamar mereka, Kenneth melepaskan kemeja miliknya kemudian baru menyadari ada be
Bella dan Kenneth masih tidur ketika Gio membuka kamar dan naik ke tempat tidur memeluk Bella."Mom, Dad. Ayo bangun, ini akhir pekan!" seru Gio.Kenneth menarik Gio, mendekapnya sampai tubuh kecil Gio hilang di dekapan Kenneth, "Apa yang kamu inginkan kalau sekarang akhir pekan, hm?" tanya Kenneth."Daddy tidak bekerja hari ini, aku ingin melihat ikan yang banyak. Ayo pergi denganku, mommy juga akan ikut dengan kita."Kenneth mencium kening putranya sementara Bella bergerak duduk, mengusap wajahnya dengan telapak tangan."Akan aku siapkan sarapan untuk kalian lebih dulu." ucap Bella tapi Gio justru menarik bajunya."Tidak perlu, aku ingin makan bersama kalian di luar. Jadi ayo be
Satu jam berlalu, Gio sudah lelah dengan aktivitasnya mengagumi biota laut yang ada di akuarium besar. Sekarang Kenneth menggendong Gio sementara Bella berjalan di sampingnya."Biar aku yang membawa Gio." ucap Bella.Kenneth menoleh, "Kamu akan lelah karena Gio sudah bukan bayi lagi, jadi biar aku saja yang menggendongnya." jawab Kenneth, mereka berjalan keluar dari tempat wisata akuarium bersama.Di jalanan menghampiri mobil, sesekali Kenneth memperhatikan beberapa orang melihat ke arah Bella dengan tatapan aneh, Kenneth berbalik melihat Bella tetap santai tidak terpengaruh tatapan tidak mengenakkan dari orang lain."Apa dia istrinya, astaga mereka sangat tidak cocok." bisik seseorang.