Share

Bab 8. Keinginan Kenneth

Setiap hari Kenneth pastinya bertemu dengan Bella sejak perempuan itu menjadi pengasuh Gio, hari ini pun juga masih sama tapi dengan status yang berbeda.

Kenneth memperhatikan punggung Bella yang membelakanginya sambil membuat makanan untuk Gio. Semalam wanita ini membuatnya tidak bisa tidur hanya karena memikirkan seperti apa rasanya bibir ranum itu.

"Sepertinya aku benar-benar gila." gumam Kenneth. 

Tidak tahan terus berhadapan dengan Bella, pria itu pun berdiri, sudah waktunya berangkat ke kantor.

“Aku berangkat." pamitnya.

Bella menoleh, "Tunggu sebentar." sambil mengeringkan tangan kemudian menghampiri Kenneth, "dasinya tidak rapi." katanya, tangan Bella terulur memperbaiki dasi Kenneth, sialnya tatapan Kenneth kembali tertuju pada bibir Bella.

Hal itu membuat pria tersebut mematung. 

“Selesai.”

Bella mengambil satu langkah menjauh dari Kenneth, tapi dia malah mendapati pria itu terbengong. 

“Kenneth?”

Tersentak dari lamunan, Kenneth mengerjapkan mata. Dia berdeham dan memalingkan wajah. Ujung telinganya sedikit memerah.

"Kau bertindak seperti layaknya istri yang baik." ucap Kenneth asal.

Tatapan Bella melihat wajah Kenneth sekilas, tidak menyadari ada yang aneh dari pria tersebut. "Aku punya OCD, benda yang tidak rapi sedikit saja sangat menggangguku," jelasnya dengan serius.

Alis Kenneth terangkat naik, pantas saja rumahnya selalu rapi setiap kali ia pulang dari kantor, Bella mengerjakan tugas lainnya di luar tugasnya sebagai baby sitter. 

Sekarang … wanita itu istrinya. Dia tidak mungkin membiarkan Bella terus melakukan hal itu, ‘kan?

Sadar dirinya mulai berpikir terlalu jauh, Kenneth menggelengkan kepala. Lalu tanpa mengucapkan terima kasih ia berbalik akan pergi sampai suara Gio menghentikan langkah Kenneth sekali lagi.

"Dad, kamu lupa mencium Mommy!" teriaknya.

Kenneth menghela nafas. Pertama kali dalam hidupnya dia merasa ingin mencubit putranya sendiri saking gemas. Tapi, dia menahan perasaan itu dan berbalik menghampiri Bella.

Kenneth kemudian mencium kening Bella dan mencium kening putranya bergantian, senyum Gio terukir cerah sambil melambaikan tangan saat Kenneth berangkat kerja.

Kenneth tiba di kantor, tapi masih tidak bisa melupakan sosok Bella. Ia heran mengapa pikirannya kerap kali membayangkan sesuatu yang tidak penting? 

Menghela nafas rendah, Kenneth menoleh saat mendengar suara ketukan pintu, orang di baliknya pun dipersilahkan masuk.

"Tuan, hasil dari rapat kemarin sudah saya rangkap jadi satu bagian," kata asisten Kenneth menyerahkan dokumen.

Carlo menatap wajah Kenneth sebentar, kenapa ekspresinya terlihat berbeda hari ini? Tapi Carlo juga tidak berani bertanya.

"Saya permisi kalau begitu."

"Carlo." panggil Kenneth.

"Yes, Sir?"

"Apa menurutmu normal pria sepertiku yang tidak menyukai wanita tiba-tiba saja memikirkan seorang wanita secara terus menerus?"

Carlo mengerjapkan mata. Bagian ‘tidak menyukai wanita’ kalau didengar orang lain pasti bisa membuat salah paham, tapi sebagai asisten pribadi Kenneth, Carlo paham maksud Kenneth yang sebenarnya. 

Kenneth bukan menyimpang, tapi trauma masa lalu yang membuatnya memandang wanita secara sebelah mata.

Akhirnya, dengan senyum tipis, Carlo menjawab, "Tentu saja itu normal, Tuan. Anda adalah pria dewasa.” Dia pun menambahkan dengan tatapan penuh makna, “Apa wanita yang membuat Tuan kepikiran adalah Nyonya?"

Mendengar Bella disebut Carlo, Kenneth melemparkan tatapan mematikan. "Kau bisa keluar sekarang," usir pria itu.

Carlo mengangguk. Sesuai dugaannya, ternyata yang membuat ekspresi Kenneth seperti itu adalah Bella, wanita yang baru Kenneth nikahi beberapa hari lalu.

Mengetahui itu, Carlo merasa lebih antusias kalau memang Kenneth sudah berani membuka hatinya untuk wanita.

Pria normal mana yang mau melajang seumur hidup tanpa menyalurkan hasrat biologisnya?

"Akhirnya setelah sekian lama ada harapan untuk Tuan Riegler," ucap Carlo sambil menutup kembali pintu ruang kerja Kenneth.

Dan kini Kenneth hanya bisa diam memikirkan, benar kata Carlo jika Kenneth sudah dewasa, memikirkan wanita adalah tindakan normal. Tapi Kenneth sangat membenci kaum wanita, itu karena ingatan saat ia masih kecil melihat sang ibu meninggalkannya begitu saja tanpa rasa tanggung jawab.

Kenneth pun menghela napas kasar.

‘Bella … kamu membuatku gila!’ 

__

Tidak terasa langit mulai gelap, kali ini Kenneth sengaja pulang lebih larut dari biasanya meskipun pekerjaan tidak begitu banyak. Pukul sembilan malam, Kenneth baru beranjak dari kursi kerja untuk pulang.

Saat tiba di rumah nanti, Kenneth pasti akan berpapasan dengan Bella, kemudian wajah wanita itu serta godaan bibirnya akan membuat Kenneth kembali kepikiran, namun sekarang tanpa sadar Kenneth sudah ada di depan pintu rumahnya sendiri, menghela nafas rendah sebelum masuk.

Baru saja masuk, Kenneth melihat seseorang keluar dari kamar putranya.

Ah! Itu tersangka kegilaannya hari ini!

“Sudah pulang?” tanya Bella dengan senyum tipis.

Kenneth tidak menjawab Bella, tapi dia malah balik bertanya, "Apa Gio sudah tidur?" 

"Iya, baru saja." Bella menerima tas kerja Kenneth untuk di simpan ke tempat biasanya.

Sambil melonggarkan dasi, Kenneth berkata. "Sebaiknya barang milikmu kau pindahkan juga ke kamar yang sama denganku, tapi ini sudah malam jadi kamu lakukan besok saja."

Bella hanya mengangguk, ini adalah malam ketiga ia tidur di kamar yang sama dengan Kenneth, rasanya masih tetap mendebarkan meskipun Kenneth tidak melakukan apapun.

Selesai mandi, Kenneth tidak melihat Bella di kamar. Pria itu segera berpakaian menuju kamar pribadi Bella sejak tinggal di rumah Kenneth, tapi karena tindakannya membuka pintu tanpa permisi, Kenneth tak sengaja melihat Bella sedang berganti pakaian, spontan Kenneth berbalik badan.

Sementara Bella terkejut setengah mati, dengan tergesa-gesa memakai bajunya kembali. Detak jantungnya kembali menggila, barusan Kenneth melihat di balik baju yang Bella pakai tidak memakai pakaian dalam.

"Aku tunggu di luar." Kenneth menutup pintu kembali.

Brak!

Rasa canggung semakin membesar, bagaimana tidak kalau Kenneth tak sengaja melihat Bella setengah tak berbusana.

Keluar dari kamar, Bella membuka pintu perlahan. Dia melihat Kenneth sedang memainkan tabletnya di ruang tamu.

"Ada apa?" tanya Bella.

Kenneth tidak melirik Bella, tapi dia mengeluarkan black card dan meletakkannya di atas meja. "Kamu gunakan isinya sesuai kebutuhanmu, aku bertanggung jawab atas keperluan pribadimu sejak pernikahan dilakukan." katanya.

Melihat Kenneth tidak meliriknya, Bella agak bingung. Harusnya dirinya yang marah, bukan Kenneth ‘kan?!

"Aku mengerti," jawab Bella lirih.

Jawaban Bella membuat Kenneth menganggukkan kepala dan berdiri dari sofa, berniat kembali ke kamar. Namun, mendadak langkahnya berhenti.

“Lain kali … kunci kamarmu.”

Setelah mengatakan itu, Kenneth lanjut berjalan untuk masuk ke kamar.

Ucapan Kenneth membuat wajah Bella merona.

Pria itu … benar-benar!!!

Tidak lama, Bella menyusul masuk ke dalam kamar Kenneth. Aroma khas yang sering Kenneth gunakan seperti telah melekat di kamar itu.

Bella menoleh ketika mendengar suara air mengalir sebelum pintu terbuka dan Kenneth keluar dengan handuk melingkari lehernya.

Keduanya saling beradu pandangan, tapi sekali lagi Kenneth tergoda oleh bibir itu lagi. Jantung pria itu berdebar, tapi dia berusaha menepisnya dengan langsung mengeringkan rambut.

Setelah selesai, Kenneth berbaring di atas ranjang dan berusaha untuk tidur. Namun, dirinya kesulitan memejamkan matanya sampai merasakan pergerakan di sebelahnya, Kenneth menoleh melihat Bella berpakaian sexy.

"Kau mencoba menggodaku?" ucap Kenneth lirih tapi tangan Bella justru dengan berani membelai bagian dada Kenneth sambil memperlihatkan senyum manis di bibir yang menggoda itu.

Kenneth bangkit dari posisi berbaring menerjang Bella tanpa ragu, wanita ini sangat berbahaya ternyata, mengapa begitu mempesona ketika menggodanya. Kenneth mendorong Bella, tanpa permisi mencium bibir menggoda itu dengan kasar seolah ingin memakan Bella.

Tangan Kenneth menarik pengait baju Bella satu persatu sampai tangannya merasakan benda kenyal dan lembut di balik baju wanita di bawahnya, pikiran Kenneth semakin kacau ketika gelora panas mulai menguasainya.

Hingga mendadak saja suara dering ponsel membangunkan Kenneth, perlahan ia mulai sadar yang barusan terjadi adalah mimpi. Kepalanya menoleh ke sampingnya dimana Bella tidur dengan tenang memakai baju tertutup rapat.

Mengacak rambutnya frustasi, Kenneth mematikan ponsel yang masih berdering dengan kesal mengetahui bahwa di dalam mimpinya ia hampir meniduri Bella, sedalam itukah pesona yang wanita ini miliki.

Dengan perasaan geram, Kenneth perlu mendinginkan kepalanya dengan air dingin. Ketika Kenneth berada di dalam kamar mandi, Bella terbangun dan mendapati suara air shower. 

Kening Bella berkerut dan dia pun bertanya-tanya, "Mandi di tengah malam begini? Ada apa dengannya?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Naga
ceritanya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status