Share

Mendadak Kawin
Mendadak Kawin
Penulis: Selfie Hurtness

BAB 1

"Bagaimana, Dok?"

Sebenarnya tanpa perlu tanya, Brian sudah bisa melihat bahkan memeriksa sendiri kondisi gadis ini. Tetapi itu menyalahi dan akan menyinggung sejawatnya kalau dia hanya diam saja tanpa menanyakan kondisi gadis yang tadi dia tabrak pada sejawatnya di rumah sakit ini.

"Semua baik, tidak ada cidera serius. Hanya tinggal menunggu dia sadar saja dan memastikan sekali lagi bahwa tidak ada cidera dalam yang dia alami."

Plong!

Lega rasanya hati Brian mendengar kalimat itu. Ia mengangguk pelan dan tersenyum menatap sejawatnya.

"Baik kalau begitu, terima kasih banyak, Dokter." desis Brian tulus.

Sosok dengan kacamata itu tersenyum, kepalanya terangguk pelan. "Kalau begitu saya permisi dulu. Bisa panggil saya kalau ada apa-apa, ya?"

Kini gantian Brian yang mengangguk, tersenyum dan membiarkan sosok itu melangkah pergi meninggalkan dia dan gadis ini seorang diri.

Pandangan Brian teralih, menatap risau gadis yang terbaring di brankar. Di tangan kanannya ada bekas parut yang lumayan menganggu mata dan pasti sangat perih sekali rasanya. Dahinya juga berdarah tadi, untungnya sih tidak harus dijahit. Dan yang membuat Brian ketar-ketir sekarang adalah kondisi gadis itu yang masih belum sadar meskipun sudah diberi penanganan medis.

Semua terjadi begitu saja. Brian yang post jaga malam terkejut ketika mendadak motor itu nyelonong begitu saja memotong jalannya. Perpaduan antara lelah dan mengantuk membuatnya tidak bisa memaksimalkan usahanya menghindari tabrakan dan boom! Motor yang dikendarai gadis ini sukses dia tubruk sampai terseret beberapa meter. Ya hanya beberapa meter. Untung saja dia pakai helm, kalau tidak, sudah bisa dipastikan Brian membuat anak gadis orang gegar otak!

Kini kantuk yang tadi menyergap dan menguasai Brian hilang seketika. Digerus perasaan khawatir yang luar biasa pada gadis cantik yang entah siapa namanya. Brian sendiri tidak berani pergi dari sisi brankar. Dia harus pastikan gadis ini baik-baik saja dan tidak perlu sampai cacat atau menderita sesuatu yang parah karena ulahnya.

"Dek ... Bangun dong!" Desis Brian sambil meraih tangan itu.

Vital sign-nya bagus. Dokter jaga yang memeriksa gadis ini mengatakan demikian tadi. Dan jangan lupa, Brian sendiri sudah memeriksa dan memastikan juga bahwa gadis ini baik-baik saja, kecuali lengan dan dahinya. Tapi kenapa dia tidak kunjung sadar juga?

Brian meletakkan tangan itu kembali ke atas brankar. Ditatapnya wajah itu dengan saksama. Hidung mancung itu begitu alami, beda dengan hidung para artis yang merupakan hasil permak dari senior di bagian bedah plastik. Bulu matanya lentik, apakah itu alami atau hasil eyelash extension? Entah, Brian tidak tahu. Rasanya ingin Brian pastikan dengan menyentuh langsung bulu mata itu, namun itu tidak sopan! Dan bibirnya ... bibir itu tipis dengan rona pink yang begitu cantik! Ah ... rasanya Brian ingin ... Tidak! Itu tidak etis dan sedikit kurang ajar!

Akhirnya setelah bertahun-tahun memproklamirkan hanya ada satu gadis yang tercantik menurut Brian, kini predikat itu sudah berganti. Bukan hanya Karina sudah bersuami, tetapi karena memang wajah gadis ini cantik! Sangat cantik dan menarik di mata Brian!

Ada secercah perasaan pedih yang teramat sangat ketika Brian teringat pada gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Karina? Adik dari sahabat Brian sendiri, Kelvin. Gadis yang sudah sejak dulu sekali Brian cintai dan mendadak dia mendapat kabar bahwa dia sudah menikah? Masih ingat betul Brian dengan suara Kelvin yang menelpon dan memberinya kabar kala itu.

"Besok Karina kawin."

Suara itu begitu lirih, namun di telinga Brian, suara itu mendadak berubah macam petir yang menggelegar, menyambar hati dan perasaannya.

"Lawak lu! Mana mungkin Ka--."

"Gue serius! Besok pagi Karina kawin."

Hati yang tadi coba Brian besarkan kini hancur sudah! Karina? Adik Kelvin itu akan menikah? Yang benar saja! Karina harusnya baru lulus sarjana, kan? Kenapa mendadak ...

"Dia kawin sama dosen dia sendiri. Sudah spesialis." Lanjut Kelvin yang makin membuat Brian membeku tidak berkutik sama sekali.

"Vin, elu nggak lagi nyoba nge-prank gue, kan?" Brian merasakan matanya memanas. Dia masih belum percaya, Karina besok menikah?

Terdengar helaan napas dari seberang. "Untungnya gue nge-prank elu apaan sih? Gue serius!"

"Berapa minggu, Vin? Bilang ke Karina, gue aja yang tanggungjawab nikahin dia!"

Tentu itu yang ada di dalam pikiran Brian saat ini. Karina baru saja lulus, mendadak dia hendak menikah, apalagi alasannya kalau bukan karena hamil duluan?

"Berapa minggu pala lu? Dia kagak hamil, Yan! Adek gue nggak bakalan seliar itu!"

Brian melongo, jadi bukan karena hamil duluan? Brian membisu, merasakan perih yang menjalar di hatinya. Tidak dia hiraukan Kelvin yang mengomel di seberang telepon karena fokusnya sekarang hanya satu, merasakan sakit dan perih hatinya karena berita itu.

Brian mengusap wajahnya dengan kedua tangan ketika ingat obrolan itu. Lelucon macam apa ini? Padahal demi Karina, Brian rela sampai merengek pada om-nya agar diberi posisi di rumah sakit tempat dia bekerja. Rumah sakit yang kebetulan merupakan rumah sakit tempat Karina menjalani pendidikan kepaniteraan klinik selepas mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran. Dan ketika Brian pindah ke sini, Karina malah sudah resmi jadi istri orang lain? Benar-benar sialan!

Brian mendesah, mana suami Karina bukan sembarang orang! Tapi memangnya apa yang hendak Brian lakukan jika suami Karina lelaki biasa? Dia akan jadi perebut bini orang, begitu? Rasanya itu tidak etis!

Brian kembali memandangi wajah itu. Kekhawatirannya makin menjadi-jadi. Bagaimana kalau gadis ini amnesia? Ah! Brian lihat betul kepalanya hanya terantuk stang motornya sedikit kok. Potensi untuk amnesia sangat minim kecuali mereka sedang bermain peran untuk drama di Indosiar, orang kepleset aja bisa amnesia kok di sinetron itu.

Brian menutup wajahnya dengan kedua tangan, menghirup udara banyak-banyak ketika kemudian Brian menyadari ada sebuah pergerakan kecil yang diikuti suara rintihan kecil.

"Aw."

Brian langsung membuka matanya lebar-lebar, hatinya lega luar biasa melihat kelopak mata dan tangan itu mulai bergerak. Ia sontak bangkit dan memberi sentuhan lembut di tangan gadis itu untuk membantu responsnya.

"Dek ... Bisa denger saya, nggak?" Panggil Brian lirih. "Dek? Bangun, Dek! Ada yang kerasa sakit lagi, nggak?" Kembali Brian memancing respons gadis itu. Bagaimana pun gadis itu harus sadar sepenuhnya.

Berhasil!

Kelopak mata itu perlahan-lahan terbuka. Rasanya Brian ingin melompat untuk mengekspresikan kelegaan hatinya. Namun, harus dia tunda, karena dia harus cek lagi betul-betul apakah benar gadis ini baik-baik saja? Fisiknya memang hanya luka di beberapa bagian yang tadi Brian sebutkan, tetapi itu tidak menjamin untuk bagian dalam tubuhnya, bukan?

Mata jernih itu menatap Brian dengan saksama, sebuah mata yang menyadarkan Brian bahwa gadis ini tidak hanya cantik, tetapi juga menarik!

Mata itu terus menatapnya, membuat Brian kembali panik. Jangan-jangan dia benar-benar amnesia? Atau bagaimana? Atau ada yang salah dengan matanya? Dia tidak pakai kacamata tadi, bisa dipastikan itu artinya mata gadis ini sehat wal afiat!

"Dek, kenapa?"

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Brian heni I:m here
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
ini cerita sambungan dri Annoying Merried kan??Karina..Kelvin..Heni dan Brian...
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
seprofesi..sesama dokter..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status