Share

Menantu Terkuat Sang Presiden
Menantu Terkuat Sang Presiden
Penulis: Junaidi Al Banjari

BAB 1. Bangkit Dari Kematian

September, 1054

Jeledarrr! Jeledarrr!

Suara petir terdengar tepat di hari Dewa Racun akan dieksekusi mati. Dia merupakan penjahat yang terkenal karena membunuh seorang kaisar.

“Yang Mulia Hakim, apakah eksekusi akan tetap dilaksanakan? Tidak banyak saksi yang datang karena hujan yang sangat lebat ini.”

Seorang pegawai pengadilan berbisik pada hakim yang menjadi pemimpin eksekusi mati saat itu. Namun, sang hakim tetap pada pendirian tegasnya. “Laksanakan!”

Tak lama, beberapa ajudan menyeret seseorang. Lelaki itu berlutut dengan tangan terikat di belakang, menghadap ke arah tiang pancungan. Kepalanya ditutup kain hitam.

Mendengar ucapan sang hakim, Algojo yang jaraknya tak jauh dari tempat terdakwa berada pun semakin mendekat. Ia dengan pedang besarnya bersiap melaksanakan eksekusi.

Algojo itu membuka penutup kepala orang yang siap ia akhiri hidupnya. Nampaklah sesosok pemuda dengan wajah tampan tetapi terkesan bengis.

Dialah Dewa Racun, membunuh seluruh targetnya menggunakan racun. Dan hanya orang yang dikehendakilah yang ia sasar.

“Dewa Racun, apakah kau memiliki permintaan terakhir?”

Ia justru tertawa mendengar pertanyaan basa-basi itu.

“Aku tidak memiliki permintaan.” Tak ada sedikitpun raut wajah ketakutan, padahal ia sebentar lagi akan dikirim ke akhirat. “Nanti kalian akan mengetahui, betapa berterima kasihnya kalian kepadaku karena sudah menghabisi Kaisar lalim itu.”

“Penggal!” Mendengar orang yang dihukum malah berbicara menjelekkan kaisar, hakim pun langsung memerintahkan Algojo untuk memenggal kepala orang itu.

Pedang pun berayun ke arah leher yang sudah diletakkan di tempat penyangga antara dua tiang pancung.

Craakkkk!

**

Brankkkk!

Suara jeruji besi dipukul begitu nyaring.

Siapapun yang mendengar pasti akan terkejut. Terutama suara benturan pentungan dengan jeruji besi itu. Membuat telinga berdengung bising.

Tahanan lain langsung bangun. Namun, ada satu pemuda yang masih berbaring di sudut ruangan kecil, kotor, sumpek dan padat orang itu.

Orang-orang yang sudah bangun di ruangan itu hanya memandang pemuda 20 tahun itu dengan perasaan iba.

“Cepat bangunkan dia atau aku akan menyeretnya!” bentak Sipir dengan bengis.

Mendengar bentakan itu, salah seorang dari mereka yang berada di ruang sempit itu pun menghampiri si lelaki yang berbaring. Ia menggoyang-goyangkan tubuh lelaki itu sambil sesekali menyuruhnya bangun. Perlahan terlihat gerakan pada kelopak mata lelaki itu.

‘Di-di mana ini? A-apakah aku belum mati?’

Ia mengedarkan pandangan, dan menyadari dirinya berada di sebuah jeruji besi bersama tahanan lainnya.

Prankkkk..

Jeruji besi kembali dipukul. “Cepat keluar! sudah saatnya kalian kerja bakti!”

Lelaki muda itu dibuat terkejut oleh seorang yang memukul teralis dengan pentungan.

Kemudian, pintu teralis di buka. Dua orang sipir masuk lantas menyeretnya. “Cepat keluar, dasar kau pemalas!” bentak salah satu dari mereka.

Ia sempat ingin melawan. Namun entah kenapa tiba-tiba saja ia mengurungkan niatnya.

‘Aneh sekali, mengapa kekuatanku tidak bisa dikerahkan? Padahal pusat tenaga itu tidak mengalami kerusakan.’

Ia berpikir keras hingga tiba-tiba sebuah ingatan asing berjalan cepat di kepalanya. Hal itu membuat ia membiarkan tubuhnya diseret paksa oleh orang-orang itu.

Saat itulah, ekspresi wajahnya berubah. Ia yang tadinya terlihat culun dan polos, tiba-tiba memiliki sorot mata yang menakutkan.

Petugas sipir itu membawa tubuhnya melewati beberapa lorong dan ruangan, hingga akhirnya lelaki muda itu sampai itu sebuah lapangan.

Beberapa orang terlihat sudah berkumpul di tempat itu. Melihat ia memasuki lapangan, mereka memasang wajah garang seperti ingin memangsa pemuda itu.

Dua orang sipir itu kemudian mendorong si lelaki muda hingga membuatnya tersungkur dan jatuh ke tanah. Semua orang menertawakannya. Sesaat ia diam terduduk di tanah, sementara kedua sipir sudah meninggalkannya.

“Kal Altair… Seorang menantu terbuangnya Presiden. Malang bagimu, hanya dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas!”

Lelaki berkepala gundul dengan wajah penuh codetan terlihat penuh dendam, seolah siap menelannya hidup-hidup.

Semua orang tahu, jika Kal diangkat menjadi menantu karena berita viralnya saat itu. Keakraban putri sang presiden padanya yang hanya seorang pegawai bengkel biasa menjadikannya alat sempurna untuk menaikkan popularitas sang presiden.

Dewa Racun yang kini mengetahui namanya adalah Kal itu kini tersenyum. Perlahan, ia mulai memahami situasi.

Ia tidak mati, tetapi terjebak ke masa depan dan masuk ke raga pemuda yang adalah sosok menantu terbuang sang presiden.

‘Baiklah, Kal. Mulai sekarang kehidupanmu aku ambil alih!’ ucapnya dalam hati.

Tepat saat lelaki gundul itu mendekati dan nyaris menyentuh, Kal tiba-tiba bergerak.

Kraakkkk!

“Akkkk!”

Lelaki gundul itu pun roboh dengan kedua belah tangannya patah. Ia berteriak kesakitan, sementara Kal berdiri dengan gagah sambil tersenyum menyeramkan.

Beberapa saat kemudian sipir berdatangan. Mereka langsung menangkap Kal dan beberapa orang yang dianggap sebagai pengacau.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Junaidi Al Banjari
bukan reinkarnasi bang, seperti pindah jiwa begitu
goodnovel comment avatar
Surya Darma
Ini ringkarnasi seperti kepercayaan orang Budha ya
goodnovel comment avatar
Lafiza
udah tegang di awal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status