Alex nampak menghela nafas. Kal yang dikenalnya dulu penurut, entah kenapa kini terlihat berbeda.
Lelaki yang dulu begitu mudah diperdaya, kini justru menunjukkan perlawanan.
“Hector meminta ayah menikahkan Joana dengan Putranya, Mark. Kau kenal bukan? Ayah tak mungkin bisa menolaknya, dan sebulan lalu mereka menikah.”
Kraakkk..
Semua orang terkejut melihat Kal, lelaki muda berusia 22 tahun, berontak dan berhasil menghancurkan baja yang mengurung lengan kanannya.
Hal yang sangat mustahil terjadi mengingat logam itu sangat kuat bahkan tidak bisa dihancurkan dengan palu besar sekalipun.
Namun Kal berhasil melepaskan sebelah tangannya lalu menarik paksa baja yang mengikat lehernya sehingga baja itu patah.
“Bodoh! Mengapa membiarkan Joana menikah dengan lelaki bejat itu!” Kal membentak sangat marah.
Ia tahu bagaimana liciknya Hector. Dan, ia jelas marah karena keluarga Joana justru menyerahkan putri mereka pada lelaki itu.
“B-bagaimana bisa? Tidak mungkin!”
Melihat Kal yang kini dapat berdiri meskipun dua kaki dan sebelah tangannya masih terbelenggu di kursi, Alex yang hanya berdua dengan Kepala Sipir di ruang itu menjadi sangat panik.
Sang Menteri Pertahanan itu pun langsung menekan angka tertentu di handphone-nya yang membuat para pengawalnya yang berjaga di luar masuk dengan senjata lengkap.
“Jangan coba menyerang, atau kematian yang kau dapatkan!” Alex mencoba menyembunyikan rasa takutnya dengan menodongkan senjata ke arah Kal. “Kedatanganku ke tempat ini hanyalah menawarkanmu kebebasan, asalkan kau mau menjalankan perintah ayahku untuk menyelamatkan Joana!”
Mendengar itu, Kal tersenyum sinis menambah kesan mengerikan bagi siapa saja yang melihat senyum itu.
“Apa kau kira aku takut dengan ancamanmu? Kalau aku mau, sejak tadi kau sudah tidak bernafas lagi.”
Sejenak suasana menjadi hening. Sementara Kal berpikir keras, membuat aura keangkerannya semakin jelas. Tak sedikitpun terlihat rasa gentar apalagi takut di raut lelaki tampan itu.
Ia masih menunjukkan kegarangannya dengan pandangan tajam ke arah Alex yang mulai bergetar melihat Kal seperti singa lapar yang siap menerkam mangsanya.
Setelah berpikir dengan matang, Kal pun memutuskan. “Baiklah, aku setuju dengan tawaranmu itu! Tapi aku tidak ingin bekerja di bawah perintah kalian. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri.” Kemudian, ia memajukan wajahnya dan berbisik pelan. “Kalau kau setuju, habisi Kepala Sipir Penjara itu, aku sangat muak melihat tampangnya!”
Dorrr!
Tanpa banyak bicara, Alex menembak Kepala Sipir Penjara itu. Sang Kepala Sipir langsung roboh dengan kepala berlubang dan mengeluarkan banyak darah.
Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi baja ditarik patah dan terlihat ceceran kepingan baja yang hancur.
Kraak!
Kal berhasil menghancurkan tiga baja yang membelenggu tangan kiri dan kedua kakinya.
Ia lalu berjalan menghampiri Alex dengan langkah yang cukup menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya.
“Habisi orang-orang yang namanya ada di kertas ini, dan beritakan mereka tewas di tangan pihak keamanan, karena membuat kekacauan dan menyebabkan puluhan narapidana melarikan diri.
“Masukkan namaku dalam daftar orang-orang yang tewas itu. Lalu habisi sepuluh narapidana lain dan buat mayat mereka tidak lagi dapat ditemukan. Sepuluh orang itulah yang menjadi daftar orang-orang yang melarikan diri dari penjara ini!”
Kal berlalu meninggalkan tempat itu tanpa bicara lagi. Ia sempat menyerang salah satu pengawal Alex dan membuatnya roboh karena hilang kesadaran.
Setelahnya, ia melepaskan semua yang dikenakan oleh pengawal itu dan menggunakannya untuk menggantikan pakaiannya. Apa yang dilakukan Kal tadi sedikitpun tidak dihalangi oleh Alex maupun anak buahnya yang lain.
Beberapa jam kemudian tersiar berita penyerangan di Penjara Jembatan Terakhir yang menewaskan sang kepala penjara, yang disimpulkan sebagai pelakunya. Media memberitakan persis seperti apa yang Kal perintahkan pada Alex tadi.
Berita itu tentu saja menghebohkan para penduduk kota. Beberapa orang aktivis masyarakat langsung mendesak kepolisian untuk bisa menemukan para narapidana yang kabur dan segera memperbaiki sistem keamanan di Penjara Jembatan Terakhir itu.
**
“Tuan Presiden, Tuan Hector Damos meminta bertemu dengan Anda. Saat ini ia sedang berada di ruang tamu istana Kepresidenan.”
Sang ajudan pribadi Presiden yang berpakaian lengkap khas pasukan pengawal itu memberikan hormat lalu menghadap kepada Presiden Keith.
Ada keadaan yang tak biasa terlihat dari wajah pengawal Presiden itu. Hanya saja terlihat sekali ia berusaha menutupinya. Namun, Presiden Keith paham betul mengapa pengawalnya bersikap seperti itu.
Semua tidak lain dikarenakan tamunya yang juga besannya itu dianggap menyalahi prosedur kenegaraan dengan semaunya datang ke istana dan menemui Presiden.
“Bawa dia masuk!” ucap Presiden Keith cukup singkat.
“Siap!”
Tentara khusus yang menjadi Pengawal Presiden itu kembali memberi hormat lalu meninggalkan sang Presiden. Ia menuju ruang tamu istana negara untuk menjemput Tuan Hector Damos.
Tak berapa lama kemudian sang pengawal kembali dengan membawa tamunya.
“Kau bisa pergi! Aku ada pembicaraan empat mata dengan Tuan Hector!” perintah Sang Presiden.
Pengawal Presiden itu nampak seperti serba salah. Tidak mungkin ia meninggalkan Presiden dengan orang lain tanpa pengawalan meskipun orang itu adalah besan sang Presiden sendiri. Namun disisi lain Presiden itu sendiri yang memerintahkannya.
“Tunggu apa lagi? Apakah kau melawan perintah!” bentak Presiden Keith.
Setelah mendapatkan bentakan dari sang Presiden dengan menunjukkan rasa gusarnya, akhirnya dengan berat hati sang pengawal Presiden itu meninggalkan tempat.
“Mengapa tidak kau pecat saja pengawalmu itu karena berani membantah?” ucap Hector terlihat tidak senang.
Presiden Keith tidak menanggapi ucapan Hector. Ia balik bertanya, “Ada apa kau tiba-tiba saja datang ke istana? Bukankah aku sudah mengatakan, sebaiknya pembicaraan kita dilakukan di rumah pribadiku saja?” Wajah lelaki 65 tahun itu terlihat sangat serius.
Hector melangkah ke kursi kerja sang Presiden. Kemudian dengan sikap seenaknya ia duduk di tempat terhormat itu. “Mengapa kau membiarkan barang-barangku disita oleh pihak keamanan? Kali ini aku mengalami kerugian yang cukup banyak?” tanya Hector sambil mengangkat sebelah kakinya lalu meletakkannya di atas meja yang ada di hadapannya.
“Bersikaplah yang sopan, Hector! Ini Istana Negara! Apakah kau ingin para tentara menghabisimu apabila melihat sikapmu kepada seorang Presiden seperti ini!”
Hector hanya tertawa menanggapi amarah sang Presiden. Ia kemudian bangkit dari kursi kepresidenan itu lalu mengambil kursi tamu yang tersedia dan duduk di sana.
“Tuan Hector, aku sudah menanyakan kejadian itu kepada Kepala Kepolisian Negara. Yang melakukan penggerebekan itu juga bukan pihak kepolisian. Mereka hanya menerima kabar dari telepon tidak dikenal. Dan bukan hanya pihak kepolisian yang dihubungi, tapi juga para media dan aktivis masyarakat. Hal itu yang menyulitkan kepolisian untuk menutup kasus itu. Tapi kau tidak usah khawatir, namamu bersih dari kasus penggerebekan itu,” terang Presiden Keith.
Wajah Hector berubah bengis. Ia seperti sedang menahan amarah. “Siapa pun orang itu, dia telah menimbulkan kerugian yang tak sedikit! Dan kau harus mengganti semua kerugianku!”
Hector kemudian meninggalkan istana kepresidenan dengan menyimpan rasa gusar yang terlihat dari raut wajahnya.
Presiden Keith pun berjalan menuju kursi kepresidenan dan duduk dengan perasaan senang. Kedatangan Hector yang marah dan menebar ancaman bukan membuatnya takut, malah ia merasa senang.
Untuk pertama kalinya ia melihat keresahan dan kekhawatiran pimpinan mafia di negaranya itu.
"Aku yakin semua ini dilakukan oleh anak itu!"
Baru saja ia duduk, sang Presiden dikejutkan oleh suara seseorang.“Kau boleh senang, Tuan Presiden. Apa yang kulakukan itu baru permulaan. Selanjutnya kau akan melihat betapa dunia ini seperti Neraka bagi Hector.” Presiden Keith benar-benar dikejutkan oleh kemunculan Kal Altair, bekas menantunya itu tanpa ia tahu bagaimana caranya ia masuk. Seorang lelaki muda yang masa depannya ia hancurkan dan keluarganya ia buat berantakan, bahkan kedua orang tuanya pun telah tewas. Dalam keadaan seperti itu, sebagai seorang Presiden ia tetap menunjukkan ketenangan, walau di dalam ia sangat tegang. "Mau apa kau datang ke tempat ini? Apakah kau mau merusak semua rencana dengan datang ke istana kepresidenan ini?""Kau tidak perlu khawatir, Tuan Presiden! Semuanya sudah aku perhitungkan dan tidak ada seorangpun yang mengetahui aku masuk ke tempat ini. Jangankan para pengawalmu yang tidak becus itu, CCTV di istana ini pun turut tidak becus kerjanya.” Cukup terkejut juga Presiden Keith dengan ucapa
Sementara itu, di markas besarnya, Hector Damos tengah mengumpulkan orang-orangnya."Loki, barang yang kau kirim kali ini harus berhasil. Meski ini tidak sebesar kemarin, tapi cukup merepotkan kalau harus gagal lagi. Tidak mungkin kita kembali meminta Presiden untuk menggantinya. Bisa-bisa para birokrat akan mencurigai." "Kau tidak usah khawatir, Boss. Kali ini pasti tidak ada hambatan. Waktu itu Jack saja yang terlalu ceroboh hingga kecolongan. Kali ini aku pastikan tidak akan terjadi. Akan kupenggal leher orang yang mengacau itu kalau dia berani muncul. Kepalanya akan kupersembahkan kepadamu!" Loki sesumbar di depan bos besarnya.Loki merupakan salah satu anak buah utama sekaligus kepercayaan Hector. Ia memiliki lima orang kepercayaan yang dianggap paling dekat dengannya. Salah satunya bernama Jack, orang yang memimpin transaksi sebelumnya. Namun, Jack kini dipenjara karena kegagalan transaksi mereka tempo hari yang didalangi oleh Kal. Namun, tentu saja, karena pekerjaan Kal yang
“Sialan! Tubuh ini benar-benar lemah!” Sementara itu, Dewa Racun yang kini menghuni tubuh Kal menjadi berang. “Mengapa ia terus memikirkan perempuan bernama Joana itu!”Ia baru saja menyelesaikan misi memutuskan untuk pulang ke kamar mewahnya. Namun, ia begitu kesal karena tubuh dan pikirannya seolah tidak membiarkannya istirahat.Jiwa Kal yang sebenarnya telah mati itu terus memikirkan mantan istrinya. Perasaan lelaki itu menjadi begitu perasaannya cemas.Tidak seorang pun tahu kalau Kal memang sebenarnya telah mati. Ia tewas saat terjadi kerusuhan di penjara yang melibatkan banyak tahanan. Beruntung, seorang profesor meminumkan sebuah ramuan dan membuatnya hidup lagi.Ramuan itu bernama “Menghidupkan yang Mati”, ditemukan di reruntuhan bangunan kuno oleh Profesor yang menjadi satu-satunya teman setia Kal di dalam penjara.Saat itulah, tanpa disadari sang Profesor sudah menarik jiwa seseorang di masa lalu yang tewas akibat pertarungan–Dewa Racun.“Sial!”Kal bangkit dari tempat ia me
Ana si Kasir Supermarket dan Security yang menjadi rekannya dalam melakukan kecurangan di tempat mereka bekerja itu hanya terdiam. Tidak mungkin mereka membantah, karena apa yang diucapkan bos mereka itu adalah kenyataan. Lelaki pemilik supermarket itu kemudian menghampiri Kal, “Maaf atas ketidaknyamanannya tuan. Sebagai ganti rugi keadaan ini, tuan dan adik bertiga ini boleh mengambil sepuasnya, gratis!” ucapnya.“Benarkah!” ucap gadis yang tadi dituduh sebagai pencuri. Ia langsung membekap mulutnya sendiri karena merasa kelepasan bicara.Lelaki pemilik supermarket itu sendiri hanya tersenyum dan mengangguk ke arahnya. Wajah gadis itu terlihat sangat gembira. Ia langsung menuju tempat belanja dan memilih barang secukupnya. Sementara Kal dan anak lelaki itu nampak tidak tertarik dengan tawaran si bos pemilik supermarket.Kal memutuskan untuk keluar dari supermarket itu. Tak lama setelahnya, anak lelaki itu mengikuti. Kal langsung menarik anak lelaki itu dan membawanya ke sebuah cafe
“Apa maksudmu Wes?” tanya Kal.Wajah lelaki muda itu sedikit berubah serius. Keadaan itu sedikit membuat salah paham Wesly.“Bang, aku tahu kau sangat mengidolakan Presiden Keith. Tapi kau harus juga membuka mata. Semua orang kecil tahu siapa dia dan siapa orang-orang sekelilingnya. Hanya saja tidak ada yang berani bersuara.”Sejenak Wesly diam, melihat respon Kal. Beberapa saat kemudian ia meneruskan perkataannya.“Para pejabat dan pengusaha yang berada di pihaknya semakin makmur, sementara yang berseberangan dengannya terancam. Belum lagi rakyat kecil sering jadi korban. Seperti para keluarga di sini. Tanah dan rumah mereka direbut dengan muslihat bangunan liar, padahal di sana hendak di bangun tempat hiburan malam!” geram Wesly.Kal diam tidak menanggapi. Namun otaknya sedang berpikir keras memahami keadaan yang diceritakan Wesly. Ia tidak menyangka keadaan Presiden Keith saat ini sedemikian buruk. “Apa mungkin aku sedang dimanfaatkan untuk menghancurkan orang yang dianggap ancama
Kal mengangguk. “Tentu bisa,” jawabnya. “Tapi untuk sementara waktu biarkan seperti ini. Aku punya rencana, kita akan buat terkejut mereka yang sudah menindas kalian. Akan ku kembalikan semua, bukan hanya hak kalian, tapi juga kesehatan para kepala keluarga.”“Terima kasih kak!”Tiba-tiba saja Caithlyn memeluk Kal sambil mengucapkan kata terima kasih. Sesaat pemuda itu diam. Jiwa seorang legenda dahulu terusik. Ini untuk pertama kalinya ia dipeluk seorang perempuan, di kehidupan dahulu maupun kehidupannya yang sekarang.Perlahan Kal melepaskan pelukan gadis itu. “Belum saatnya mengucapkan terima kasih,” bisiknya dengan suara sedikit dingin.Caithlyn mundur setapak. Ia baru sadar telah memeluk orang. Gadis itu khawatir Kal berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.Kal tidak peduli dengan keadaan itu. Ia tersenyum lalu beranjak pergi. Sempat ia berpesan agar jangan pernah mengatakan apa-apa terhadap siapapun. Sampai rencananya berhasil ia jalankan.Pemuda itu menggunakan motor sport yang
“Aku tidak tau siapa yang kau maksud. Aku sudah membayar banyak uang keamanan kepadamu. Secepatnya selesaikan masalah ini!” ucap Gladwin.Hector tersenyum mencoba menenangkan rekannya. “Kau tenang saja! Hakim itu tidak akan melihat matahari esok.”Kekhawatiran Gladwin akan persidangan itu bukan tidak beralasan. Yang menjadi hakim ketua pada persidangan itu adalah Hakim yang terkenal tidak bisa disogok dan memiliki prinsip yang kuat.Hakim itu memang dikenal dengan kejujurannya. Tidak sedikit pejabat yang ia jebloskan ke penjara dan berhasil membuktikan kesalahan mereka. Presiden Keith beberapa kali mencoba mengintimidasi namun tak berhasil. Apalagi Hakim itu memiliki saudara seorang jurnalis media cetak sekaligus media online yang cukup banyak pengikutnya. Apabila ia ditekan seringkali Hakim itu mengancam akan membeberkan semua ke media bersamaan dengan buktinya.Akhirnya presiden pun mengalah. Hanya ia meminta untuk tidak mencampuri urusan Hakim lain kecuali kasus yang ia tangani. Da
Hakim Madhiaz memeriksa melalui monitor CCTV pemantau apa yang terjadi sesaat setelah mendengar teriakan. Ia melihat salah satu anak perempuannya di Jambak oleh penyusup. Di samping anaknya terlihat tubuh seorang perempuan yang bersimbah darah.“Bedebah!” geramnya marah.Salah satu pembantu rumahnya telah tewas, sementara putri semata wayangnya dijadikan bulan-bulanan kawanan penjahat itu.“Aku tidak tahu siapa kalian, tapi aku yakin ini ada hubungannya dengan persidangan itu. Tapi jangan harap kalian bisa menakutiku dengan cara seperti itu. Sekalipun seluruh anggota keluargaku kalian habisi, tidak akan sejengkal pun aku mundur. Mati bagi mereka lebih terhormat dari pada harus menjadi bagian kekuasaan yang dzolim!”Suara Hakim Madhiaz terdengar menggelegar keluar dari pengeras suara yang terpasang di rumahnya. Lima orang anak buah Alkhor yang berada di tempat itu langsung mengedarkan pandangan mencari asal suara.“Keluar kau pengecut! Jangan bersembunyi. Apa kau mau anak gadismu ini a