Share

Bab 7. Lima Keluarga Korban Sang Presiden

Ana si Kasir Supermarket dan Security yang menjadi rekannya dalam melakukan kecurangan di tempat mereka bekerja itu hanya terdiam. Tidak mungkin mereka membantah, karena apa yang diucapkan bos mereka itu adalah kenyataan. 

Lelaki pemilik supermarket itu kemudian menghampiri Kal, “Maaf atas ketidaknyamanannya tuan. Sebagai ganti rugi keadaan ini, tuan dan adik bertiga ini boleh mengambil sepuasnya, gratis!” ucapnya.

“Benarkah!” ucap gadis yang tadi dituduh sebagai pencuri. Ia langsung membekap mulutnya sendiri karena merasa kelepasan bicara.

Lelaki pemilik supermarket itu sendiri hanya tersenyum dan mengangguk ke arahnya. Wajah gadis itu terlihat sangat gembira. Ia langsung menuju tempat belanja dan memilih barang secukupnya. Sementara Kal dan anak lelaki itu nampak tidak tertarik dengan tawaran si bos pemilik supermarket.

Kal memutuskan untuk keluar dari supermarket itu. Tak lama setelahnya, anak lelaki itu mengikuti. Kal langsung menarik anak lelaki itu dan membawanya ke sebuah cafe yang tak jauh dari supermarket itu.

“Ada apa bang?” tanya anak lelaki itu tak mengerti.

Ia sedikit terkejut ketika Kal menariknya. Tapi karena yakin lelaki muda itu orang baik, ia pun menurut saja ketika diajak ke cafe itu.

“Siapa namamu?” tanya Kal tanpa menjawab pertanyaan anak lelaki itu.

“Wesly!” sahutnya singkat. Keningnya berkerut menatap serius ke arah Kal. Anak lelaki bernama Wesly itu seakan masih menanti jawaban atas pertanyaannya tadi.

“Apakah kau anak pemilik supermarket tadi?” tanya Kal lagi, tanpa menjawab pertanyaan Wesly sebelumnya yang membuat anak itu semakin penasaran.

Wesly menggelengkan kepalanya. “Ada apa?” tanyanya sedikit tegas.

“Hmmm.. bukankah video yang kau tunjukkan tadi adalah rekaman cctv supermarket itu. Bagaimana kau bisa memilikinya?” tanya Kal serius.

Ia memang sudah menebak bahwa Wesly tidak memiliki hubungan apa-apa dengan pemilik Supermarket itu. Karena keyakinannya itulah yang membuatnya penasaran terhadap anak lelaki itu. 

Meskipun jiwanya berasal dari masa lalu, namun sudah banyak pengetahuan masa modern yang ia pahami.  Begitu pula tentang rekaman CCTV yang ia tahu seharusnya hanya dimiliki oleh pemilik tempat itu sendiri.  Namun anak yang bernama Wesly itu memilikinya, sedangkan ia mengaku tidak ada hubungan apa-apa dengan Supermarket itu.

“Ohh… Itu hahaha… Kau tidak usah bingung bang. Mungkin di dunia nyata ini aku tidak terkenal, namun di dunia maya aku merupakan lima hacker terbaik dunia… Hahaha!”

Bukan jawaban yang didapat oleh Kal. Tapi anak itu malah memperkenalkan diri sebagai hacker terbaik dunia. Kal yang merasa tidak familiar dengan kata itu, langsung mencarinya di mesin pencari telepon genggam yang ia miliki.

“Hacker…” gumam Kal setelah mendapatkan jawaban di mesin pencariannya.

Dengan kecerdasan otak dari tubuh asli Kal dan kecerdasan jiwa yang ia miliki dari jiwa yang telah ditempa di masa lalu, mantan menantu Presiden itu dapat dengan mudah memahami. Ia pun dapat mengerti bahwa Wesly telah meretas dan mengambil data Supermarket itu.

“Heii kalian ternyata di sini!”

“Uhukk!”

Hampir saja makanan ringan yang berada di mulut Wesly tersembur. Ia dikejutkan oleh gadis yang dituduh pencuri tadi. Gadis itu menepuk pundaknya sehingga membuatnya terkejut dan sedikit terlonjak.

“Ini barang kalian! Kalau tidak karena jasa kalian yang menyelamatkanku, tentu aku tidak mau capek-capek membawakan ini untuk kalian!”

Gadis itu setengah mengomel. Ia terlihat sedikit tergopoh membawa tiga kantong belanja yang penuh dengan isinya. Ia lalu memberikan satu kantong belanja kepada Kal dan satu lagi kepada Wesly.

“Punyaku buat kakak saja. Aku masih banyak di rumah. Kalau ini aku bawa ke rumah bisa-bisa orang tuaku marah karena dikira aku mencuri,” ucap Wesly tersenyum dengan senyum kekanak-kanakan.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum. Ada ucapan terima kasih tersirat dari senyuman dan tatapan matanya itu. Ia lalu melirik ke arah Kal.

“Abang ini juga tidak memerlukan belanjaan itu. Buat kakak saja!” ucap Wesly lagi merespon gadis itu. “Iya kan bang!” ucapnya sambil berdiri dari tempat duduk lalu menepuk pundak Kal yang masih duduk dari belakang.

Kal yang langsung mengerti isyarat Wesly menganggukkan kepalanya. Ia lalu berpaling ke arah anak lelaki itu sambil sedikit mengangkat keningnya, isyarat meminta penjelasan.

“Ayo kak, kami antar kau pulang dan biar kami yang bawa ini semua!” 

Wesly langsung mengambil dua kantong belanja dan menyerahkannya kepada Kal. Sementara ia hanya membawa satu kantong belanja. Kal hanya menggeleng-gelengkan perlahan kepalanya. Meski sebenarnya ia kurang suka, tapi tetap saja melakukannya. Ada rasa penasaran menggelayuti pikirannya.

Gadis itu pun berjalan ke arah kanan tempat itu. Ia menyusuri trotoar berjalan sedikit cepat. Di belakangnya Kal dan Wesly mengikuti.

“Namanya Caithlyn. Kakak itu sangat malang,” ucap Wesly berbisik sangat pelan.

Kalau bukan Kal orangnya, tentu tidak akan mendengar ucapan Wesly yang sangat pelan itu. Namun dengan kemampuannya di masa lalu yang sedikitnya masih melekat di dirinya saat ini, Kal memiliki pendengaran yang sangat tajam.

Mereka terus berjalan mengikuti gadis yang ternyata bernama Caithlyn itu. Ada hal yang sebenarnya ingin ditanyakan oleh Kal tentang nasib malang Caithlyn yang dimaksud Wesly tadi.

Setelah cukup jauh berjalan, mereka tiba di pemukiman kecil kumuh di sudut kota. Kedatangan Caithlyn nampak disambut gembira orang-orang di pemukiman itu. Pemukiman yang terdiri sekitar lima keluarga itu terlihat sangat memprihatinkan.

“Ayah kak Caithlyn, dan empat kepala keluarga lainnya yang ada di sini adalah korban kekejaman  Presiden Keith jahanam itu,” desis Wesly dengan suara bergetar menahan amarah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status