Share

BAB 2. Sebuah Penawaran

Iring-iringan mobil mewah terlihat melintas di jalan utama kota Golden City. Mereka melaju tanpa hambatan, menuju sebuah penjara khusus dan dikecam paling kejam seantero negeri bernama Penjara Jembatan Terakhir.

“Selamat datang, Tuan Menteri Pertahanan!” ucap Kepala Sipir Penjara itu dengan gugup. “Maaf kami tidak mengetahui kedatangan Tuan sehingga tidak melakukan penyambutan dengan baik.”

Orang yang dipanggil sebagai Menteri Pertahanan itu masih berusia sekitar empat puluh lima. Usia yang terbilang muda untuk seorang menteri di Negara Red Diamond ini. Namun, hal itu menjadi wajar sebab presiden negara ini adalah ayahnya sendiri.

Alex Damian, sang Menteri Pertahanan hanya tersenyum dipaksakan menanggapi ucapan Kepala Sipir itu. 

Ia pun kemudian berkata, “Aku datang atas perintah Presiden! Siapkan ruangan khusus dan bawa tahanan bernama Kal Altair ke ruangan itu dengan pengamanan ekstra!”  

“Baik Tuan!” jawab Kepala Sipir sambil membungkuk dalam penuh penghormatan.

Tak terlalu lama menunggu di ruang lobby kantor utama penjara itu, Kepala Sipir kembali muncul ditemani beberapa orang anak buahnya. Ia pun kemudian berkata bahwa semua yang diminta oleh Menteri Pertahanan itu sudah disiapkan.

"Apakah pengamanan terhadap orang itu sudah kau periksa dengan teliti? Kalau sampai terjadi apa-apa dengan pak menteri maka kepalamu yang akan menjadi taruhannya!" ucap salah seorang pengawal Alex Damian mengancam. 

“Tu-tuan tenang saja. Dia tidak akan bisa berkutik sama sekali dari kursi yang ia tempati kecuali hanya berbicara.  Jangankan menyerang menoleh saja ia tidak akan bisa,” jawab Kepala Sipir sedikit gugup. 

Alex berdiri dari tempat duduknya. Ia pun kemudian melangkahkan kaki mengikuti Kepala Sipir yang memandunya ke sebuah ruangan yang ia minta tadi. Ruangan yang memang disiapkan untuk menginterogasi seorang tahanan yang dianggap sangat berbahaya.

 Di ruangan itu nampak seseorang di tutup kepalanya menggunakan kain hitam. Kedua lengan dan kakinya terikat dengan rantai baja yang terlihat sangat kuat pada kursi yang ia duduki. Bahkan lehernya pun tidak lepas dari jeratan baja yang membuatnya tidak bisa bergerak kecuali sekedar berbicara.  

“Apa kabar Kal Altair? Sudah hampir setahun rasanya kita tidak bertemu?” Alex berujar dengan senyum menyeringai. “Bagaimana keadaanmu adik ipar?  Upsss… Tepatnya mantan adik ipar!” 

Lelaki yang ditutup kepalanya itu tidak bereaksi sedikitpun. Ia sepertinya memang tidak ingin berbicara dengan Alex, sang Menteri Pertahanan itu. 

Kepala Sipir Penjara yang melihat lelaki itu tidak merespon menjadi sangat marah. Ia bahkan menampar lelaki yang kepalanya ditutup kain hitam itu.

“Bangsat! Apa kau tidak mendengar tuanmu ini bicara!” 

Plakk!

Namun betapa terkejutnya sang sipir ketika tamparan itu mendarat ke pipi orang yang dituju, sedikitpun kepala orang itu tidak bergerak. Yang ada sang sipir merasakan tangannya sakit dan pergelangannya ngilu.

Melihat hal janggal, Alex pun berkata, “Lepas penutup kepalanya!” 

Tutup kepala itu ditarik paksa oleh Kepala Sipir sehingga menunjukkan wajah Kal yang sangat tampan namun terkesan bengis itu. 

Bukan takut, Kal justru kini seperti menggeram dan menatap tajam ke arah Alex Damian.“Mau apa kau membawaku ke tempat ini?” tanya Kal Altair dingin. 

“Hmmmm… Sepertinya kau tidak suka berbasa basi. Baiklah kalau kau memang ingin aku to the point!” Alex terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya, “Ayah mengutusku memintamu untuk menyelamatkan Joana!” 

“Menyelamatkan Joana?” Kal mengerutkan keningnya ketika nama sang istri–mantan istrinya disebut. Sekilas terlihat raut wajah cemas ia tunjukkan. “Apa yang terjadi padanya?” 

“Dia berada dalam cengkraman Hector!” jawab Alex sedikit merendahkan suaranya.

Kal menajamkan matanya. Pandangannya menusuk ke arah Alex. 

Ia mendengus kemudian berkata tajam, “Bukankah ayahmu seorang Presiden, dan kau sendiri Menteri Pertahanan yang memimpin ratusan ribu pasukan tentara? Apa kalian masih memerlukan pertolongan orang lain?”

Kal yang saat ini dihuni oleh jiwa Dewa Racun tahu, jika nasib malang yang menimpanya karena ulah keluarga sang istri.

Mereka dengan kuasanya mampu memisahkan ia yang notabene sebagai suami sah. Bahkan, mendekamnya Kal di penjara pun adalah ulah dari mereka.

Ingatan Kal telah utuh dalam otaknya. Pemuda itu divonis seumur hidup karena dituduh mengedarkan narkotika. 

“Kalian meminta tolong pada orang yang telah kalian singkirkan?”

Wajah Alex mendatar. Tatapannya sinis menatap Kal. Ia berujar dengan angkuh, “Kalau bukan karena Ayah yang meminta, aku tidak akan sudi menemui menantu tak berguna sepertimu!”

Kal tak terpancing emosi. Ia justru membalas dengan tak kalah dingin. “Kalau begitu, kenapa bukan Tuan Presiden saja yang menyelesaikannya? Bukankah dia punya begitu banyak kuasa?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status