Kontrasepsi di Kamar Adikku

Kontrasepsi di Kamar Adikku

By:  Ida Saidah  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings
232Chapters
80.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mataku membeliak ketika melihat bungkus kontrasepsi tergeletak di lantai. Kenapa ada benda seperti ini di kamar Dewi--adikku? Padahal, dia kan masih gadis. Dia baru kelas dua SMA! Sedang aku saja yang sudah menikah, tidak pernah menyimpan apalagi menggunakan benda seperti itu. Ada apa ini sebenarnya?

View More
Kontrasepsi di Kamar Adikku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
MOON
lanjutannya mana nih? dinamiknaya banyak dan panjang bgt.
2023-08-03 05:38:13
0
user avatar
Grace Fidia
update e setiap hari dong kak.....minimal 2 bab....makin seru ceritanya....
2023-06-05 14:15:45
0
default avatar
swikswok
Kok double thor 140
2023-04-13 11:49:34
0
user avatar
Lilis Haryati
bagaimana itu babnya
2023-04-13 11:48:05
0
user avatar
Novi maulinda
Good, cerita nye keren
2023-02-18 11:55:45
0
user avatar
Ida Saidah
Jangan lupa klik tombol subscribenya
2022-12-05 22:14:02
1
232 Chapters
Part 1
Krieeet ....Pelan-pelan membuka pintu kamar adikku karena jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka delapan pagi dan dia belum terlihat batang hidungnya.“Wi, Dewi!” panggilku seraya melongok ke dalam kamar bernuansa violet itu.Tidak ada jawaban. Aku menggeleng melihat kamar Dewi yang begitu berantakan serta acak-acakan. “Kamar anak gadis, kok, berantakan banget!” gumamku dalam hati.Aku meraba tembok, mencari sakelar dan menyalakan lampu hingga kamar tersebut menjadi terang benderang. Kupunguti baju-baju Dewi yang berserakan di lantai lalu merapikan tempat tidurnya yang begitu berantakan. Seprai tidak terpasang, pun dengan sarung bantal yang sudah lepas semua.Mataku membeliak ketika melihat bungkus kontrasepsi tergeletak di lantai. Kenapa ada benda seperti ini di kamar Dewi? Dia kan masih gadis, masih kelas dua SMA. Sedang aku saja tidak pernah menggunakan benda seperti itu.Aku memasukkan bungkus kontrasepsi tersebut ke dalam tong sampah. Mataku kembali membulat ketika melihat be
Read more
Part 2
Penasaran, aku turun dari tempat tidur lalu mendekati kamar adikku. Terdengar suara desahan saling bersahut-sahutan di dalam sana. Aku semakin penasaran dan ingin mencari tahu siapa yang bersama Dewi sekarang.“Wi, Dewi!” teriakku sambil mengetuk pintu.Suara aneh itu tiba-tiba berhenti. Aku mengetuk kamar Dewi berkali-kali, tetapi gadis berkulit putih itu tidak kunjung membukakan pintu.“Ada apa, Fit?” tanya Mas Akmal yang baru saja datang entah dari mana.“Kamu dari mana saja, Mas. Sudah jam dua belas malam baru pulang?” cecarku, menatap lelakiku curiga.“Tadi ketiduran di toko, Fit!” jawabnya seraya mengusap rambut.“Mas, tadi aku denger suara aneh di kamar Dewi. Tolong kamu dobrak kamar dia, Mas!” titahku.Belum sempat Mas Akmal mendobrak pintu kamarnya, Dewi keluar menggunakan piama sambil menggaruk kepala. Aku lihat kamar Dewi begitu berantakan, persis seperti hari kemarin.Aku menyelonong masuk dan memeriksa kamar adikku. Tidak ada siapa-siapa. Segera kusibak hordeng kamarnya d
Read more
Part 3
Pintu kamar Dewi sudah di betulkan oleh tukang. Pun dengan jendela yang sudah aku paku rapat. Namun, aku belum puas dengan semua itu. Ingin rasanya diri ini memberi pelajaran lebih kepada orang yang telah menghancurkan adikku itu.Aku masuk ke dalam gudang, mengambil gelas-gelas yang sudah tidak terpakai lalu menyuruh tukang untuk menghancurkannya menjadi serpihan-serpihan.“Memangnya mau buat apaan, Mbak Efita?” tanya si tukang penasaran.“Buat nangkep kucing garong, Kang!” jawabku, memiringkan senyuman.“Waduh, memangnya suka ada kucing garong di rumah Mbak Efita?” “Ada, Kang. Datengnya kalau malam-malam!”“Ini sudah jadi, mau ditaruh di mana, Mbak?”“Masukan ember saja, Kang. Nanti biar saya yang nyebar. Kalau Akang yang nyebar malah nanti saya yang kena, lagi!” Aku menyodorkan tiga lembar uang lima puluh ribuan kemudian segera mengambil sarung tangan dan menuang serpihan beling itu di bawah jendela.‘Pasti gurih-gurih enyoy, kalau dia nginjek pecahan beling ini. Siapa pune kamu,
Read more
Part 4
Pukul empat sore Dewi keluar dan meminta izin untuk pergi ke tempat lesnya. Aku melarangnya pergi sebelum dia memberitahuku, siapa laki-laki yang semalam bersamanya di kamar.Lagi-lagi dia hanya menangis tergugu di hadapanku. Apa sih, sebenarnya maunya anak ini. Asal ditanya selalu saja menjawab dengan air mata.“Kakak kenapa sih, tega banget nuduh aku begitu. Aku nggak ngapa-ngapain semalam. Kakak kan liat sendiri aku tidur!” tampiknya kesal.Dia lalu masuk ke dalam kamar dan membanting pintu hingga aku berjingkat kaget.Samar-samar terdengar suara azan magrib berkumandang. Aku duduk di ruang tengah menunggu kepulangan Mas Akmal dari toko, walaupun sebenarnya aku yakin dia pasti pulang tengah malam.Tiga puluh menit kemudian terdengar suara deru mesin kendaraan masuk ke pekarangan rumah. Bergegas diri ini mengenakan kerudung lalu keluar menyambut kepulangan suamiku.“Sudah pulang, Mas?” tanyaku seraya meraih tangan kanannya, serta mencium punggung tangan laki-laki itu dengan takzim.
Read more
Part 5
“Kamu kenapa, sih?” Laki-laki dengan garis wajah tegas tersebut menangkup wajahku dan mengunci mata ini dengan tatapannya.Ada rasa rindu menelusup dalam kalbu, ketika pandangan kami saling berserobok. Aku merindukan Mas Akmal yang dulu. Senyumnya, tatapannya, pokoknya aku tidak rela jika harus berbagi suami dengan adikku. Mas Akmal harus segera memilih aku atau dia yang akan menemaninya sampai tua nanti.“Efita, tolong percaya sama aku. Aku tidak pernah menghianati kamu!” Mas Akmal menarik tubuh ini ke dalam pelukannya, seperti mengetahui isi hatiku.Aku terus memindai wajahku di depan cermin. Masih terlihat cantik, apalagi aku termasuk orang yang memiliki wajah baby face. Banyak yang mengira kalau aku masih berusia sembilan belas tahun karena aku imut dan juga menggemaskan.Tetapi, kenapa Mas Akmal malah berpaling dariku. Sebenarnya salah aku ini apa?Apa mungkin karena aku belum bisa memberikan keturunan? Tapi, bukannya Mas Akmal sendiri yang mempunyai masalah kesuburan, dan dia ta
Read more
Part 6
“Dewi, Dewi!” teriakku sambil mengetuk kasar pintu kamarnya.“Ada apa, kak?” Seraut wajah menjijikkan muncul dari balik pintu.“Buruan ke rumah sakit. Temani Masmu di rumah sakit. Jangan mau enaknya saja kamu. Giliran sakit, kakak yang harus ngurusin dia!” ucapku dengan suara meninggi.Dewi memutar badan hendak masuk ke dalam kamar.Ya Allah, bertambah sesak dada ini melihat beberapa tanda merah di tengkuk wanita berusia tujuh belas tahun itu. Seperti ada yang teremas-remas dalam dada ini. Andai saja melenyapkan manusia tidak berdosa, sudah barang tentu akan aku habisi dia saat ini juga. “Dasar adik tidak tahu di untung, kamu benar-benar menjijikkan, Dewi. Saya tidak menyangka kamu bisa berbuat curang kepada kakak kandungmu sendiri!” Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba aku kalap dan menarik rambut Dewi, menariknya keluar dari rumah hingga sela-sela jariku dipenuhi rambut yang terbawa.“Ampun, Kak. Sakit!” pekiknya sambil menangis.“Sakitan mana sama hati kakak, Dewi. Kamu kakak uru
Read more
Part 7
"Fit, apa kamu menyesal menikah denganku?" Dia menatap netraku."Tadinya enggak, sekarang iya!"Mas Akmal menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Aku lihat sudut matanya sudah menganak sungai."Mas, Kak Fita ngusir aku, masa?" Tiba-tiba Dewi menghampiri kami dan duduk di samping Mas Akmal. "Apa bener, Efita?" "Iya, memangnya kenapa, kamu marah?!" "Kenapa harus usir Dewi? Enggak, aku nggak setuju Dewi keluar dari rumah ini!" Aku melirik ke arah Dewi yang terlihat tersenyum puas. Dasar adik laknat."Kenapa kamu keberatan, Mas. Berarti bener kan dugaanku selama ini, kamu laki-laki yang selama ini sudah tidur dengan Dewi?!""Iya, memangnya kenapa?" Dia menegakkan kepalanya. "Bukannya laki-laki boleh menikahi lebih dari satu wanita? aku mencintai Dewi juga. Kami melakukannya suka sama suka, bukan karena paksaan!" imbuhnya lagi, bagai belati menusuk tepat di hati."Tapi kenapa harus berzina, Mas?!" Aku menelan ludah yang terasa getir serta mengganjal di kerongkongan.
Read more
Part 8
“Kak Fita, ini kalungnya. Terima kasih karena kakak sudah mengikhlaskan Mas Akmal buat aku!” ucap Dewi menarikku dari lamunan.Dia lalu keluar menenteng tas besar yang aku tidak tahu apa isinya. Mungkin semua baju-bajunya atau, jangan-jangan dia pergi membawa barang-barang berharga yang ada di rumah ini.Ah, aku tidak peduli. Aku tidak menginginkan harta. Aku hanya ingin keutuhan rumah tanggaku kembali walaupun tidak akan mungkin terjadi. Segera mengunci pintu garasi serta pintu rumah, tidak akan kubiarkan kedua makhluk tidak bermoral itu kembali masuk.Setelah semuanya terkunci rapat aku memutuskan untuk masuk ke kamar Dewi dan memeriksa isi lemari wanita tersebut, mengeluarkan barang-barang milik Dewi lalu membakarnya tanpa sisa. Mataku membeliak kaget ketika melihat galeri foto di ponsel wanita yang sudah aku beri tumpangan itu, dan ternyata banyak sekali foto-foto Mas Akmal yang ia simpan di dalam album di ponselnya.Apa dia sengaja tidak menghapus foto tersebut supaya aku tahu k
Read more
Part 9
Anita mengajakku makan di sebuah restoran khas Jawa Timur, duduk di pojokkan memilih tempat paling sepi dari pengunjung lainnya.“Makan yang banyak, biar gemuk,” mas Akmal mencubit hidungku.“Nanti kalau aku gendut kamu malah berpaling dari aku lagi!” Mengerucutkan bibir manja.“Aku akan setia mendampingi kamu sampai ke jannah, Fit. Kamu juga jangan tinggalkan aku, ya. Walaupun aku tidak bisa memberikan kamu keturunan.” Dua bulir air bening mengalir dari sudut mata Mas Akmal. Aku menghapus buliran-buliran kristal itu dengan ibu jari dan Mas Akmal meraih tangan ini, meletakkan telapak tanganku di pipinya sambil menatap manikku dengan penuh cinta.“Fit, nglamun terus, deh!” Anita menepuk bahuku, menyentakku dari lamunan.Memang tidak bisa dipungkiri, bayang-bayang kenangan bersama Mas Akmal terus saja menari-nari di ingatan. Aku tidak bisa melupakan kenangan indah yang telah kami lewati bersama selama hampir lima tahun itu.“Maaf, Nit. Aku....”“Aku faham kok, Fit!” potong Anita seraya
Read more
Part 10
‘Kamu harus bangkit Efita, kamu nggak boleh terpuruk seperti ini.’Aku beranjak dari dudukku, menekan sakelar lampu karena rumah sudah seperti gua. Gelap gulita. Menyalakan keran air, mengguyur tubuh ini lalu mengambil wudu dan lekas melaksanakan ibadah salat magrib dilanjut dengan bermuroja’ah untuk menghibur hati yang sedang lara.Aku harus berprasangka baik terhadap Tuhan. Mungkin Sang Maha Rahim sedang menyiapkan rencana indah untuk diriku nanti, jika tidak di dunia mungkin di alam keabadian kelak.Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sepuluh malam. Aku mengambil gawai, melihat aplikasi berwarna hijau yang sudah dipenuhi ratusan notifikasi pesan masuk. Ternyata dari grup RT yang sedang ramai membahas masalah perzinaan yang dilakukan Dewi dan Mas Akmal. Bahkan, ada yang sengaja menjadikan kasus ini sebagai candaan.Kenapa harus itu yang di bahas? Apa mereka tidak tahu kalau di sini ada hati yang sedang tersakiti saat membaca cuitan mereka yang seolah menertawakan diriku yang s
Read more
DMCA.com Protection Status