Share

bab 2. Sadap Wa Suami

"Mas, ngotak ngatik apa sih? Asyik bener kayaknya?"

Aku melongokkan kepala dan mencoba melihat apa yang sedang ditonton suamiku di layar ponselnya.

"Kerjaan. Nih, tim promosi nanyain tentang kerjaan tadi."

Dengan terburu-buru, mas Arif menutup layar ponsel. Sekilas aku sempat melihat kalau dia membuka pesan w******p.

"Yuk, tidur saja." Mas Arif meletakkan ponselnya di atas nakas dan tidur memelukku. Perlahan dia mulai mencium kening dan hidung.

"Mas pingin, Nas," bisiknya mendayu di telinga.

Aku menahan nafas. Biasanya kalau dia menginginkannya, aku akan langsung memberikan respon yang lebih agresif. Tapi begitu ingat perkataan Ana, tanda merah di leher Mbak Sumi, dan kejadian di dapur tadi, rasanya aku tidak bergai rah.

Lagipula aku sedang mendapat tamu bulanan. Ah, lebih baik, mas Arif kupermainkan sedikit. Siapa tahu ada jejak petualangan mbak Sumi di tubuhnya.

"Hm, tentu saja."

Aku tersenyum, mengedipkan sebelah mata dan membuka kaosnya. Sejenak berhenti karena mendadak terbayang yang membuka kaos mas Arif bukan hanya aku.

Aku memindai setiap inchi kulitnya. Dan ah, di sekitar pusar terdapat tanda merah. Aku yakin ini jejak mereka saat aku dinas malam dua hari lalu. Sekitar ada tiga tanda di tempat yang berdekatan.

Hm, ternyata memang mau main aman. Mas Arif tidak mau mengambil resiko dengan tanda merah di bagia tubuh yang mudah diekspos. Tapi di tempat yang tidak terlihat.

"Mas, ini kok merah-merah?" tanyaku menyentuh perut mas Arif.

"Ini kena resleting. Mungkin perutku menggendut. Saat menaikkan resleting akhirnya perutku kejepit. Tapi kamu nggak masalah, kan?" tanya Mas Arif seraya memeluk pinggangku.

"Hm, ada masalah. Aku mens," bisikku tertawa.

Mas Arif mengerucutkan bibirnya. "Ya sudah. Kalau begitu, kita tidur aja."

"Mas, tadi aku minta dibuatkan jus jeruk oleh Sumi. Dan ternyata aku kenyang sekali. Mas mau nggak minum jus jeruk milikku? Sayang kalau dibuang nih. Ini jus jeruknya."

Aku duduk dan meraih gelas berisi cairan kuning di atas nakas, lalu memberikannya pada mas Arif.

"Oh, iya tentu, Sayang." Mas Arif menerimanya dan meminumnya tanpa rasa curiga hingga licin tandas.

Aku menghitung dalam hati saat-saat mas Arif mulai terlelap karena aku telah mencampurkan obat tidur ke dalam jus jeruk tersebut.

*

Aku menunggu dengan sabar sampai terdengar suara dengkur halus dari mas Arif. Kulirik jam bulat yang menempel di tembok. Masih jam 11 malam.

Dengan perlahan aku bangkit dari ranjang mendekati mas Arif. Kukibaskan tangan di depan wajahnya. Aman. Tak ada respon. Dia sudah terbawa mimpi lelap.

Aku berjingkat meraih ponselnya di atas nakas. Ah, dikunci! Padahal biasanya tidak dikunci. Kami memang sudah lama tidak saling memperhatikan ponsel. Seakan sudah saling percaya satu sama lain, kami tidak saling kepoin ponsel pasangan.

Fokus mencari rejeki dan quality time dengan keluarga saat liburan. Tapi ternyata apa yang kudapat? Aku kecolongan!

Untung saja ponsel mas Arif terkunci dengan sensor sidik jari. Dengan membungkuk dan secara perlahan aku meraih jempol tangan kanannya dan menempelkannya ke layar ponsel miliknya.

Aku menarik nafas dengan hati-hati. Walaupun aku tahu dia telah tidur lelap, tapi rasanya aku tidak mau ketahuan sedang menyelidikinya.

Terbuka!

Aku menggulir layar, jantungku berdebar kian kencang saat membuka galeri ponsel nya. Aman. Tidak ada sesuatu yang membahayakan.

Jempolku beralih ke pesan w******p. Kubuka perlahan. Ada satu nama yang asing. Nama yang tidak pernah dibicarakan oleh mas Arif sebagai teman kerjanya.

Sam office. Sudah bisa kutebak, siapa nama dibalik Sam office itu.

[Merindukan saat berselimut denganmu, Mas!]

Kubuka perlahan pesan dari Sam office. Hanya ada satu kalimat yang dikirimkan setelah jus jeruk tadi kuberikan. Pasti mas Arif tadi sudah menghapus semua pesan sebelum tidur.

Segera kuhapus pesan terakhir dari Sam Office. Dan kukirim nomornya ke ponsel ku. Aku beralih membuka ponselku dan melihat nomor ponsel yang baru kukirim. Kucocokkan dengan nomor Mbak Sumi. Dan ternyata beda.

Apa Sumi mempunyai dua nomor hp dalam ponsel yang berbeda? Mungkin juga. Seingatku saat pertama datang kemari, hpnya hp jadul yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan.

Kalau benar Sumi mempunyai hp baru dari mas Arif, berarti aku benar-benar teledor menjaga rumah tanggaku. Sampai-sampai suami sendiri selingkuh, tidak ketahuan.

Aku membuka w******p web di ponselku. Kuklik titik tiga pada bagian atas w******p web. Dan kupilih dekstop site. Lalu muncullah kode QR, selanjutnya aku membuka kode QR di ponsel mas Arif. Dan kuarahkan kamera ponsel mas Arif ke layar ponsel ku.

Selesai. Maaf Mas, aku harus menyadap whatsAppmu. Kuletakkan lagi ponsel mas Arif di tempat semula agar dia tidak curiga saat bangun tidur.

Selanjutnya aku mengetik pesan pada Arum, temanku yang besok dinas siang.

[Besok aku hutang dines ya. Jadi kamu dinesnya pagi sore. Bisa kan? Aku minta tolong banget. Urgent!]

'Baiklah, Mas, kita akan lihat bagaimana aku membongkar perselingkuhan kamu.'

Next?

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rahmat
Seru ceritanya
goodnovel comment avatar
As'adi La
bagus lanjut dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status