Share

KESAKSIAN PUTRI KECILKU
KESAKSIAN PUTRI KECILKU
Penulis: ananda zhia

bab 1. Keterangan dari Ana

"Ma, Mama tukang nyuntik ya?"

Aku mengangguk dan menjawil dagu Ana. "Iya, mama itu tukang nyuntik dan tukang bantu melahirkan pasien hamil."

"Pasien hamil? Kayak Papa?"

Mata mungilnya menatap ke arah pasien hamil yang baru saja turun dari mobil di area parkir klinik.

Aku mengerutkan dahi. "Apa maksud kamu, Sayang?"

"Iya, papa kayak orang hamil kadang, Ma. Perutnya gede dan pake selimut. Kayak orang hamil barusan, Ma." Tunjuk Ana ke arah ibu-ibu hamil yang baru masuk ke IGD.

"Lha, masa? Kapan Sayang?"

"Kalau malam. Kalau mama sedang di kerja di sini," celoteh Ana sambil menyuapkan es krim vanila yang tadi kubelikan ke dalam mulutnya.

"Papa nggak hamil, Sayang. Laki-laki nggak akan bisa hamil. Buktinya kalau siang papa perutnya biasa aja kan?" tanyaku pada putri kecilku.

Ana terdiam. "Beneran, Ma. Papa hamil. Lalu papa kayak merintih kesakitan gitu."

Aku semakin tercengang. "Emang kamu lihat papa sedang hamil dimana?"

"Kadang di kamar Ana, kadang di kamar Mbak Sumi. Kadang di kamar mama."

Deg!

Aku memang mempunyai satu asisten rumah tangga muda. Seorang janda yang merupakan tetangga dari desaku, membutuhkan pekerjaan. Dan karena aku juga bekerja, dia kuangkat sebagai asisten rumah tangga. Sudah selama 6 bulan ini dia bekerja di rumah. Pekerjaannya bagus dan orangnya bersihan.

Dan memang sejak umur lima tahun, Ana kuajarkan tidur sendiri. Kadang juga tidur dengan bi Inah di kamarnya, asisten rumah tanggaku yang lama. Yang sudah pulang kampung untuk mengurus suaminya yang stroke.

Jantungku berdebar tidak karuan. "Lalu kemana mbak Sumi saat kamu melihat papa hamil?"

"Nggak ada, Ma."

'Astaghfirullah. Seharusnya aku tidak menerima perempuan sembarangan untuk bekerja di rumah ku bila akhirnya justru menjadi bumerang untukku.'

"Kamu sudah lama melihat papa hamil?"

"Nggak tahu, Ma. Lupa."

Aku menghela nafas panjang. Sesak sekali rongga dada ini.

"Ya sudah sekarang kita pulang dulu ya. Dan Ana jangan bilang papa hamil di depan papa dan mbak Sumi ya?"

Kupakaikan helm mungil ke kepala putriku lalu melajukan motor untuk pulang.

**

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh Ibu sudah pulang. Gimana jalan-jalannya, Ana?" tanya Sumi sambil mendekat dan meraih kantung plastik berisi nasi Padang yang kubeli.

Aku menelan ludah saat mencium aroma samar parfum suamiku di tubuhnya.

Memang setelah dinas malam dua hari berturut-turut, aku mendapat libur dua hari. Dan saat libur kerja, aku mengajak Ana jalan-jalan. Tentu saja tanpa mas Arif, suamiku karena dia masih bekerja. Kecuali kalau libur dinasku bertepatan dengan hari Sabtu dan Minggu, kami sekeluarga bisa jalan-jalan bersama.

"Senang sekali, Mbak." Ana tersenyum.

"Bapak sudah pulang, belum Mbak Sum?" tanyaku.

"Belum, Bu."

"Tolong kamu tata lauk dan sayur di piring ya."

"Iya."

Mbak Sumi berjalan menuju ke arah dapur. Tubuhnya sintal walaupun anaknya sudah dua dan tinggal bersama ibunya di kampung. Kaus dan jarik berbentuk rok selutut mencetak jelas bentuk tubuhnya.

Aku membuntuti mbak Sumi sampai ke dapur berlagak akan mengambil air minum.

Dan saat dia sedang mengambil piring di rak, aku bisa melihat dengan jelas. Di leher mbak Sumi terdapat beberapa tanda merah. Kulitnya memang tidak begitu putih. Tapi bersih dengan rambut yang selalu dikuncir.

Uhukkk!

Uhukkk!

Tanpa sadar aku tersedak. "Leher kamu, kenapa Sum?" tanyaku.

"Astaga!" serunya.

Sumi hampir saja menjatuhkan piring di tangannya. Dengan cepat, dia melepas kunciran dan menutupi lehernya dengan rambut.

"I-itu Bu, saya digigit nyamuk. Lalu saya garuk. Memang membekas, Bu."

Terasa ada yang meremas hati saat melihat kebohongan terpancar di matanya yang terlihat ketakutan.

"Hm, ya sudah."

Aku berlalu dari hadapan mbak Sumi lalu menuju ke kamar mandi. Kubasuh wajah karena pikiranku sedang kalut. Aku harus menangkap basah perselingkuhan mereka.

*

"Sayang, Mas pulang!" seru mas Arif.

"Yeee, papa pulang!" Ana berseru sambil mengulurkan tangannya ke arah mas Arif.

Mas Arif menggendong dan menciumi pipi gembil Ana. Sedangkan aku melihatnya dengan dada yang menghangat.

'Ya Allah, apa mungkin lelaki tampan ini, yang telah menghalalkan aku sejak tujuh tahun lalu telah berpaling?'

"Ma, kok ngelamun! Uang gaji sudah papa transfer ke rekening mama ya." Mas Arif mencium pipiku dengan masih menggendong Ana.

"Iya Mas. Makasih banyak ya. Itu tehnya sudah kusiapkan sama pisang goreng krispi."

Ingin rasanya menanyakan langsung tentang perkataan Ana tadi siang. Tapi mana mungkin ada maling ngaku? Kalau maling ngaku, pasti penjara sudah penuh!

"Mas, ini lima juta? Biasanya kan delapan juta?" tanyaku saat melihat saldo terakhir di ponsel.

"Hm, aku mentransfer mami tiga juta. Kasihan mami ingin beli baju baru."

"Oh, ya sudah. Aku malah senang kalau kamu masih ingat mami, Mas. Aku nggak keberatan sama sekali kalau kamu memberikan sebagian gaji kamu ke mami. Asal nggak diberikan ke pelakor aja."

"Uhuk!"

Mas Arif tersedak saat minum teh. "Kamu ini ngomong apa? Sama sekali aku tidak akan tergoda dengan perempuan lain. Karena aku sudah punya kamu, Sayang."

Prangggg!!!

Mendadak terdengar suara kaca jatuh dari dapur.

Aku dan mas Arif berpandangan, lalu seolah mendapat aba-aba, kami bergegas ke dapur.

Tampak mbak Sumi memunguti pecahan piring di lantai. Kuamati wajah suami ku. Dia tampak khawatir.

"Hati-hati tangan kamu, Sum. Biar aku saja yang bersihkan!" seru suamiku tapi sedetik kemudian dia terdiam.

"Lain kali jangan sembrono kalau bekerja," tukas suamiku dan berlalu meninggalkan dapur.

*

"Mas, aku mau minta tolong."

Aku memakai selimut saat hampir tidur dan menatap suamiku yang tengah menggulir layar ponsel.

"Kamu mau minta tolong apa?"

"Besok Minggu kan aku dinas pagi, sedangkan kamu libur. Tolong belikan peralatan mandi dan peralatan dapur dengan Sumi di mall, bisa nggak?"

Suamiku langsung mengalihkan pandangan nya dari layar ponsel ke wajahku.

"Oke. Bisalah. Apa sih yang enggak buat kamu." Mas Arif tersenyum dan menjawil pipiku. Aku tersenyum padahal dalam hatiku ada perih-perihnya.

'Kena kamu, Mas! Ini langkah pertama untuk membuktikan perselingkuhanmu dengan Sumi!' batinku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status