Share

Chapter 14

Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri.

"Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya.

"Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi.

"Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.

Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya.

"Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya.

"Kamu penipu ya?". Tanya Jessy.

"Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.

Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke kamarnya, setelah melihat apa yang dia ambil, mereka berdua akhirnya percaya kalau dia bukanlah orang yang jahat. Karena benda yang dia ambil tadi adalah ponselnya,dan  mereka berdua sempat melihat wallpaper utamanya tadi.

Setelah laki-laki tadi pergi, Ardi masih penasaran siapa dia sebenarnya?. Karena melihat Ardi seperti orang melamun, Jessy mencubit pipinya.

"Awww..... Sakit! Cubitan kamu lebih keras dari biasanya". Rintih Ardi.

"Lemah". Jawab Jessy sinis.

Mendengar jawaban itu, Ardi langsung memasuki kepala Jessy ke bawah ketiaknya, dan itu membuat Jessy marah. Dengan perlawanan yang kuat, Jessy memutar tubuhnya yang tadinya posisi tengkurap kini menjadi posisi telentang dan langsung menendang kepala Ardi menggunakan tumitnya.

"Aw...!!! Aw...!!!". Kali ini Ardi menjerit lebih keras.

"Rasain!!".

Ardi tidak bisa memarahi Jessy, karena itu adalah kesalahannya sendiri, karena berani membuat masalah seperti itu. Jadi dia hanya diam lalu pergi keluar sambil menahan rasa sakit di hidungnya. Tendangan Jessy cukup kuat, sampai membuat Ardi tertangis.

"Cup cup cup, maaf ya kalau kakak kamu kasar sekali". Jessy datang tiba-tiba dan kemudian menghapus air mata Ardi.

"Ish.. apa sih? Aku nangis bukan karena cengeng, tapi tendangan kamu tadi keras sekali". Ardi langsung mendorong Jessy.

Ketika sedang asyik menggodanya, kemudian datanglah ayah dan ibu Ardi, mereka berdua sepertinya cukup banyak membawa barang belanjaan turun dari mobil.

"Kalian berdua nanti aja pacarannya, sekarang bantu mama". Kata ibu Ardi menggoda mereka berdua.

"Ish.. Tante, Aku itu udah nganggap Ardi adik sendiri, sama Cherly juga!" Tegas Jessy.

Ibu Ardi tersenyum mendengar jawaban Jessy, kemudian meminta tolong dengan mereka berdua untuk membantunya memindahkan barang belanjaan dari mobil. Ibu Ardi tau seperti apa kedekatan Ardi dan juga Jessy dari mereka kecil dulu, mereka selalu bersama setelah Ardi bisa memberanikan diri untuk bermain bersama temannya kembali. Jessy sangat peduli dan perhatian dengan Ardi, bahkan sampai sekarang dia masih memperhatikan Ardi. Orang Tua Ardi dan Jessy sempat ingin menjodohkan mereka berdua, tapi keputusan itu mereka batalkan setelah melihat lebih dalam lagi kedekatan Ardi dan jessy, sikap perhatian dan perasaan kasih sayang yang mereka berdua saling berikan adalah perasaan saudara.

"Jessy, kalau kamu menganggap Ardi dan Cherly sebagai saudara, lalu Edy kamu anggap seperti apa?" Jessy tidak tau siapa yang dimaksud Edy oleh ibu Ardi.

"Edy itu siapa Tante?" tanya Jessy.

"Itu loh, cowok yang datang ke sini tadi. Dia namanya Edy, anak angkat Tante." jawab Ibu Ardi.

Bruuuurrr.....

Minuman yang ada di mulut Ardi semua tersembur ke luar, dia terkejut mendengar perkataan Ibunya tentang anak angkat tadi.

"Ma, maksudnya anak angkat itu gimana?" tanya Ardi dengan penuh penasaran.

Ibu Ardi menjelaskan sedetail mungkin agar bisa membuat anaknya mengerti.

"Jadi gini, kami mengangkat dia jadi keluarga kita karena kedua orang tuannya telah meninggal dunia, dia hidup sendirian tanpa rumah dan keluarga. Karena merasa kasihan, maka Mama sama papa mengadopsinya."

"Tapi kenapa enggak kasih tau Ardi dulu! memangnya Ardi ini bukan bagian keluarga ini!" Ardi marah, dia merasa seperti bukan bagian dari keluarga itu.

Intan, Ibu Ardi menenangkannya, dia tau Ardi pasti akan marah jika mendengarkan hal seperti itu. Bagi Ardi, membantu orang lain yang sama sekali tidak ada keuntungannya hanyalah akan mempersulit hidup mereka. Dan karena sifat yang seperti inilah, ayahnya terkadang sering memarahinya.

"Nak, kamu sudah dewasa, kan? pasti cara berpikir kamu bukan anak-anak lagi ... dia membutuhkan tempat tinggal, dan karena dia orang yang pekerja keras, maka Mama sama papa memberikan dia tempat tinggal. Jadi kamu jangan seperti itu sama kakak angkat kamu, harus bisa berteman baik dengannya, sama seperti kamu dengan Jessy." Intan mengelus kepala Ardi.

"Terserah kalian!" Ardi pergi meninggalkan mereka berdua lalu menuju ke kamarnya.

Melihat sikap Ardi yang seperti itu, Intan menyuruh Jessy untuk menghampiri Ardi dan menasihatinya, dia sangat yakin kalau Jessy pasti bisa melakukannya, karena Jessy lah yang sangat mengerti Ardi dari mereka.

"Tapi Tante, Jessy masih nyuci sayur ini." Sahut Jessy ketika disuruh oleh Intan.

"Biar Tante aja yang mencucinya, kamu bantuin nasihati adik kesayanganmu itu aja." pinta Intan.

Jessy kemudian menghampiri kamar Ardi lalu mengetuknya.

tok ... tok ... tok ...

Ardi tidak membukanya, dia juga tidak menyahut panggilan Jessy. Lebih dari sepuluh menit Jessy mengetuk pintunya, tapi tetap saja tidak dibukakan, sampai pada akhirnya Jessy berbicara dari luar.

"Ardi ... kalau kamu enggak bukain pintunya, aku janji bakalan menuruti satu permintaan kamu." kata Jessy.

Dari dalam Ardi kemudian mengatakan sesuatu, "Kamu janji, kan?".

"Iya, aku janji." sahut Jessy kembali.

Kemudian Ardi membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Jessy masuk. Di dalam kamar Ardi, Jessy kemudian bertanya beberapa hal tentang penilaian Ardi kepada kakak angkatnya itu.

"Ardi, apa kamu enggak suka dengan kakak angkat kamu itu? apa dia orang yang tidak baik? menurut kamu dia seperti apa?" Jessy memberikan Ardi pertanyaan yang cukup banyak.

"Ini kebiasaan buruk kamu, bertanya suatu hal tanpa jeda untuk setiap pertanyaannya." keluh Ardi.

Jessy hanya tersenyum. Kemudian Ardi menjawab satu-persatu pertanyaan Jessy, tapi sebelum itu dia menarik napas panjang terlebih dahulu.

"Pertama, aku bukannya enggak suka dengan dia, cuma aku itu enggak suka dengan mama sama papa yang sama sekali enggak beritahu aku dulu. Apalagi dia orang asing, dan juga kamu tau, kan! dari dulu aku enggak suka sama orang yang enggak ada hubungannya dengan aku, apalagi sampai seperti ini. Kedua dan ketiga aku belum tau, soalnya baru ketemu." Setelah itu Ardi langsung menuju tempat tidurnya lalu menyelimuti seluruh tubuhnya, memberi isyarat ke Jessy kalau dia sudah tidak ingin ditanya lebih banyak lagi.  Jessy kemudian menarik selimut Ardi dengan paksa, lalu menatap dia tajam.

"Ardi! kamu harus dengar perkataan aku dulu. Sikap kamu itu seperti anak-anak, kalau masih umur delapan atau sepuluh tahun itu enggak masalah, tapi sekarang kamu udah tujuh belas tahun lebih!."

"Jessy, aku mau kamu kabulkan permintaan yang kamu bilang tadi, tolong hentikan ocehan mu, sesuai dengan yang kamu janjikan tadi." pinta Ardi yang kemudian menutup wajahnya dengan bantal.

"Ardi! kamu harus mendengarkan aku dulu! jangan langsung menutup wajah kamu lagi! kamu itu udah mau dewasa, masa terus seperti ini! dengar, kalau kamu seperti ini terus saat aku ngomong, siap-siap aja  tidur di luar! Ardi! Lagipula aku enggak ada bilang akan menuruti permintaan kamu!" Jessy berbicara dengan suara yang cukup keras.

Kebetulan pada saat itu Edy melewati kamar Ardi, dan tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua. kemudian dia bertanya kepadanya Cherly yang saat itu juga baru tiba.

"Dek, mereka berdua bertengkar tuh, coba kamu bantu." pinta Edy.

"Udah biasa itu kak, Kak Ardi sama kak Jessy selalu seperti itu kalau kak Ardi udah buat kesalahan." kata Cherly kepadanya.

Kemudian sampai Intan telah selesai memasak makanan untuk makan malam, Jessy juga baru selesai menasihati Ardi dengan cukup keras. Dia menyuruh Ardi duduk didepannya dan mendengarkan dia tanpa berpaling sedikitpun, dan itu membuat Ardi merasa seperti disiksa. Tapi Ardi terselamatkan karena ibunya yang memanggil mereka berdua untuk makan malam, sehingga ocehan Jessy terhentikan.

...

Beberapa hari setelah itu, Ardi kini mulai terbiasa dengan kehadiran kakak angkatnya, walaupun terkadang dia menyimpan rasa tidak suka terhadapnya. Tapi karena Jessy yang cukup hebat mengurus Ardi, semua yang Ardi rasakan tadi bisa dilupakannya dengan cepat. Karena mendapatkan satu anggota keluarga baru, Intan dan suaminya membawa anak-anaknya datang ke studio foto, untuk membuat foto keluarga yang baru. Dalam foto tersebut Jessy juga ikut bergabung, karena dia meminta kepada Intan untuk menjadikan dia anak angkatnya juga, walaupun tidak secara hukum. Dan setelah hari-hari itu, Ardi kemudian menjalankan kehidupannya seperti biasa. Dia, Jessy dan Cherly berjalan-jalan ke kota hampir setiap hari, mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi selama ini, dan datang ke tempat makan yang kulinernya berbeda dari tempat lain.

...

Sekarang tiba waktunya bagi mereka berdua berangkat menuju bandara, untuk pergi ke universitas Veulla di kota Byla.

"Akhirnya ... kita tiba juga di kota ini."  ujar Ardi setelah turun dari pesawat.

Ardi dan Jessy kini tiba di sebuah kota yang terkenal dengan pendidikannya yang luar biasa di negara itu. Sekarang mereka berdua sudah dijemput oleh seseorang dari universitas Veulla. Orang yang menjemput mereka berdua itu adalah calon pemimbingnya. Setelah saling berkenalan, Ardi dan Jessy masuk ke dalam mobil laki-laki itu, dan kemudian mereka berangkat. Laki-laki yang bernama Brown tersebut adalah orang yang ramah, dia sangat mudah sekali diajak bercanda oleh Ardi dan Jessy ketika masih dalam perjalanan. Dia memberitahukan kepada Ardi dan Jessy untuk menganggap dia sebagai orang tua kedua mereka di tempat ini, karena dia tau kalau mereka berdua berasal dari tempat yang jauh.

Setibanya mereka di wilayah luar Universitas Veulla, mereka disambut dengan sejumlah pohon yang ditanam dengan rapi dan cantik  sebelum mereka memasuki pintu gerbang Universitas tersebut. Dan di balik gerbang itu juga terdapat gedung-gedung fakultas yang besar dan tinggi, lalu terdapat juga sebuah taman yang besar dan sebuah air mancur yang sangat besar di tengah-tengahnya. Mereka berdua sangat kagum melihat keindahan dan kebersihan universitas itu, sampai satupun sampah plastik tidak terlihat sama sekali.

Setelah sampai di asrama yang akan mereka berdua tempati, mereka bertiga disambut oleh seorang pasangan suami-istri yang sedang berdiri menunggu di depan pintu asrama.

"Selamat datang calon mahasiswa Veulla, kalian berdua adalah orang yang beruntung bisa tinggal di tempat ini, jadi silahkan ikuti kami untuk menunjukkan kamar kalian." Kedua pasangan itu mempersilahkan mereka masuk.

"Baiklah, sekarang kalian berdua ikuti pemilik tempat ini, mereka berdua adalah suami istri yang sampai sekarang belum mempunyai anak, jadi kalian pasti akan diurus dengan baik olehnya. Dan saya akan tinggalkan kalian disini, karena ada beberapa hal lainnya yang harus diurus." kata Brown kepada mereka berdua.

Kemudian Brown pergi meninggalkan mereka, dan mereka berdua mengikuti pemilik asrama itu yang menunjukkan arah kamar mereka berdua.

"Baiklah, ini kamar untuk Jessy, dan ini kamar untuk Ardi. Kalian berdua akan tidur dengan kamar yang berhadapan." Kata perempuan yang bernama Kyle tersebut sambil menunjukkan kamarnya.

Setelah mereka berdua beristirahat, Ardi kemudian berjalan keluar mengelilingi asrama tersebut, dia ingin mencuci matanya dengan pemandangan yang indah di sekitar asrama itu. Tapi pada saat sedang berjalan-jalan, ada seseorang yang menabraknya dengan sengaja.

"Aduh ... maaf, sengaja." kata perempuan itu.

Ardi tidak tau harus memberikan reaksi apa, dia berpikir apakah perempuan ini salah bicara atau bagaimana?

"Maksudnya apa?" tanya Ardi.

"Ya sengaja, mau cari maksud apa lagi?" ketus perempuan itu. "Tapi karena kamu manusia, maka aku biarkan. kenalkan nama aku Susi, perempuan yang paling cantik di tempat ini." dia menyodorkan tangannya  meminta Ardi bersalaman dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status