Share

Chapter 11

Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi.

"Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.

Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.

Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah.

"Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.

Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi.

"Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, mencium Ardi adalah hal yang biasa untukku. Bisa dibilang juga karena aku sudah menganggapnya seperti adik sendiri". Ujar Jessy.

Setelah mendengar jawaban Jessy tersebut, tatapan laki-laki itu berubah menjadi tatapan orang mesum, dan arah matanya selalu melihat ke bagian dada Jessy.

Perlahan-lahan tangan laki-laki itu mulai ingin merabanya. Karena melihat hal itu, dia langsung menepiskan tangan Frank. Tapi apa yang dilakukan Jessy berhasil ditahan oleh Frank. Laki-laki itu adalah senior Jessy di ekskulnya  pada saat masih kelas dua, dia lebih dahulu mendapatkan sabuk hitam, karena dia sangat berbakat dalam ilmu bela diri. Bahkan sampai sekarang Jessy masih belum bisa menandingi dia.

Setelah berhasil menahan tangan Jessy tadi, Frank langsung menarik kedua tangannya Jessy kebelakang dan kemudian menempelkannya di punggung perempuan itu. Dengan teknik itu, Jessy tidak bisa bergerak. Kalau dia bergerak sedikitpun, maka tangannya akan terasa sangat sakit.

Pada saat dia ingin berteriak, Frank langsung menutup mulutnya dan membisikkan sesuatu didekat telinga Jessy.

"Kalau kamu berteriak, tanganmu ini akan langsung aku patahkan!".

Kemudian dia membawa Jessy ke tempat yang lebih jauh lagi dari keramaian, dan tangan Jessy masih belum dia lepaskan.

Frank membawa Jessy ke dalam Toilet pria yang sudah jarang digunakan. Jessy tau apa ingin dilakukan oleh laki-laki itu, tapi dia tidak bisa berbuat apapun. Dia tidak berani berteriak karena ancaman tadi. Jadi dia hanya bisa pasrah dan menuruti kehendak Frank.

Sesampainya mereka di toilet, Frank langsung membawa Jessy masuk ke dalam salah satu kamar kecil yang ada di situ, lalu menguncinya.

Setelah dirasanya aman, Frank langsung meraba tubuh Jessy dengan penuh nafsu. Dia sangat menikmatinya, dia memegang dada Jessy, mencium lehernya, dan bahkan memasukkan tangannya kedalam rok Jessy untuk menyentuh bagian paling sensitifnya.

Jessy hanya bisa menangis kecil, dia sama sekali tidak bisa bergerak. Sangat ingin sekali baginya untuk berteriak dengan sangat keras, memanggil siapapun yang sedang melewati toilet itu. Tapi dia tau, kalau Frank adalah orang yang sangat kuat, dan jika dia tidak  menuruti kemauannya, maka dia yakin, pasti tangannya akan dipatahkan.

Semakin lama Frank semakin bergairah, dia bahkan langsung melepaskan pakaian Jessy. Setelah melihat Jessy yang hanya menggunakan bra dan celana dalam, nafsunya semakin memuncak. Kemudian dia melepaskan juga celananya dan bersiap melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

Jessy hanya bisa pasrah menangis, air matanya semakin banyak berjatuhan. Dalam pikirannya, kegadisannya akan hilang dengan cara yang sangat buruk.

Pada saat Frank akan melepaskan celana dalam Jessy, terdengar suara seorang laki-laki dari kamar kecil sebelah mereka, dia mengatakan;

"Hei! Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Saya mau buang air aja harus terganggu". Laki-laki itu menampakkan kepalanya dari samping di atas mereka.

Bagian atas kamar kecil itu tidak tertutup, sehingga orang-orang yang berniat jahil, akan bisa melihat bagian lain jika memanjatnya, dan lagi, dindingnya tidak terlalu tinggi.

Jessy dan Frank serentak melihat ke arah orang itu. Frank sangat marah ketika mengetahui ada orang yang mengganggunya, tapi Jessy merasa sangat bersyukur. Apalagi orang tersebut adalah Nathan, dia tidak tau bagaimana bisa Nathan bisa sampai di tempat itu, tapi dia memperdulikannya, baginya sudah cukup beruntung jika ada yang mau menolongnya, dan dia merasa sangat lega.

"Nathan, tolong aku. Aku enggak mau diperlakukan seperti ini, tolong aku Nathan". Dengan air mata yang masih berjatuhan, dan suara yang tersedu-sedu, Jessy sangat berharap besar pada Nathan untuk menolongnya.

Tapi sebelum Nathan mengatakan apapun, Frank langsung mengajaknya untuk ikut bersama dengannya. Baginya tidak masalah siapapun itu, asalkan dia mau menyembunyikan masalah ini, dia akan membagi hal yang sedang dia rasakan saat ini.

Nathan hanya terdiam, dan kemudian turun dari tempat itu, lalu mengetuk pintu kamar kecil tempat Jessy dan Frank berada.

Frank kemudian membuka pintu tersebut, dan tidak lupa masih mengunci tangan Jessy dengan kuat agar tidak terlepas. Pada saat pintu itu terbuka, dengan keras sebuah pukulan menghantam wajah Frank.

Buk.....

Pukulan itu sangat keras, sampai membuat Frank terjungkal. Jessy yang terlepas dari cengkeraman Frank, dengan cepat memasang kembali pakaiannya dan keluar dari kamar kecil itu.

Karena merasakan pukulan Nathan tadi, Frank sangat marah. Sehingga dia langsung bangkit dari tempatnya dan memberikan serangan balasan.

Tapi sepertinya tingkatan Frank dan Nathan dalam bela diri sangatlah jauh. Dengan mudahnya Nathan menghindari setiap serangan Frank, dan Nathan sama sekali belum memberikan serangannya.

Di sela-sela perkelahian itu, Ardi tiba-tiba datang sambil berteriak kepada temannya yang ada diluar.

"Sabar! Aku mau kencing dulu". Ujarnya ketika membuka pintu.

Ardi terkejut melihat ada tiga orang di dalam toilet itu, dan dia bahkan lebih terkejut ketika melihat Jessy juga ada didalamnya.

"Jessy? Kamu sedang apa disini?" Tanya Ardi sambil mengernyitkan dahinya.

"Enggak apa-apa kok. Aku tadi enggak sengaja dengar mereka berdua berkelahi, makanya aku datang mau meleraikan mereka".  Jawab Jessy membohongi Ardi. Dia tidak ingin temannya itu mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.

Perkelahian Frank dan Nathan juga terhenti saat Ardi memasuki tempat itu.

Karena Jessy berbohong, Nathan langsung hal yang sebenarnya kepada Ardi.

"Dia hampir diperkosa oleh laki-laki ini". Nathan menunjuk ke arah Frank "Untungnya aku ada ditempat ini tadi".

"Maaf, aku enggak tau bakalan seperti ini". Kata Jessy yang sudah tidak bisa menahan tangisannya.

Karena melihat Jessy yang menangis tersedu-sedu, Ardi merasa sangat marah. Dia kemudian mengambil sebuah tongkat yang ada di samping pintu tempatnya berdiri, dan kemudian menghampiri Frank. Tapi Jessy menahannya, dia mengatakan kepada Ardi kalau hal itu jangan terlalu dia pikirkan. Tapi Ardi mengabaikannya, dia tidak mendengarkan perkataan Jessy, dan terus berjalan untuk menghampiri Frank.

"Nathan! Tolong hentikan Ardi. Dia sangat berbeda kalau sudah marah, apalagi kalau ada senjata di tangannya". Teriak Jessy kepada Nathan untuk membantunya menghentikan Ardi.

Dalam benaknya, Nathan bertanya-tanya memangnya Ardi itu sekuat apa? Sedangkan kemarin aja Jessy yang membantu dia melawan ketiga mafia itu.Tapi sebenarnya Ardi adalah orang yang sangat berbakat dalam meniru gerakan. Dalam beberapa menit saja, dia sudah bisa menghapal gerakan bela diri yang Jessy ajarkan kepadanya. Apalagi Ardi pernah menunjukkan kepada Jessy gerakan yang dia tiru dari salah satu dari film terkenal, dan dia bisa melakukannya dengan sempurna hanya dalam tiga hari latihan. Pada saat masih berumur sepuluh tahun, Ardi bahkan pernah memukuli anak yang seumuran dengannya sampai masuk ke rumah sakit dan koma. Alasannya karena dia telah mengejek dan menghina Jessy.

"Nathan! Jangan diam aja. Bantu aku!". Teriak Jessy kembali.

Dengan terpaksa, Nathan akhirnya membantu Jessy. Tapi pada saat Nathan ikut menahannya, Ardi mengatakan sesuatu kepada Nathan.

"Jangan ikut campur! Aku sudah berterima kasih karena kamu telah menolong Jessy. Tapi jika kamu ikut menghalangiku, maka aku pastikan kalau salah satu tulang milikmu nanti akan patah!". Ancam Ardi kepada Nathan.

Dari perkataan Ardi tadi, Nathan merasa hawa yang sangat berbeda darinya. Sifat pengecut Ardi kemarin tidak dia lihat saat ini, dia melihat Ardi yang berbeda.

Kemudian Nathan mencoba memukul wajah Ardi dengan sangat cepat. Tapi pukulan itu dengan mudah Ardi hindari. Setelah melihat serangan Nathan tadi, Ardi menatap tajam ke arah Nathan.

"Jessy, biarkan Ardi meluapkan amarahnya. Tapi masih dalam pengawasanku". Kata  Nathan kepada Jessy. Kemudian dia menarik Jessy menjauh dari Ardi.

Ardi kini sudah berhadapan dengan Frank.

Dari matanya, Ardi terlihat sangat membenci Frank, dan cengkeraman dengan tongkat yang dia pegang semakin kuat. Frank hanya tertawa melihat sikap Ardi, dia mengatakan kalau Ardi hanyalah orang lemah yang selalu mengandalkan perempuan untuk menyelesaikan masalahnya. Memang benar, pada saat di sekolah, Ardi sangat sering meminta pertolongan Jessy untuk membantu dia menghentikan temannya yang berkelahi. Dia tidak berani menghentikannya karena takut ikut terpukul oleh mereka, dan dia selalu menghindar jika ada seseorang yang mengajaknya berkelahi.

"Aku tidak peduli dengan hal itu. Saat ini aku sangat marah karena kamu berani melakukan hal yang buruk kepada Jessy!". Kata Ardi sambil menahan amarahnya.

"Hah? Kamu bilang apa? Mau melawan aku? Jessy yang menjadi pahlawan kamu aja kalah, masa orang yang lemah berani melawanku". Kata Frank mengejeknya.

Karena sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, dengan cepat Ardi mengayunkan tongkat yang di pegang ke kepala Frank, dan dengan cepat juga Frank menangkis serang itu. Tapi Frank terlaku fokus dengan tongkat Ardi, sehingga dia tidak sadar kalau Ardi akan menendangnya. Karena tendangan Ardi, Frank terdorong sampai tersentuh dinding yang ada dibelakangnya. Dengan kesempatan itu, Ardi kemudian mengayunkan kembali tongkat yang dia pegang ke kepala Frank, dan bersamaan dengan kaki kirinya menendang kaki Frank.

"Tunggu-tunggu?. Itu gerakan yang ada di film Jack and mafia kan?". Tanya Nathan kepada Jessy.

"Iya, jika dia menyukai gerakan yang ada di film, maka pasti akan dia tiru. Dan itu hanya butuh beberapa hari saja untuk menyempurnakannya". Jawab Jessy.

Nathan hampir tidak percaya dengan kemampuan Ardi, tapi dia masih bingung, kenapa Ardi pada saat itu sangat ketakutan? jika dibandingkan dengan ke tiga anggota mafia tersebut, Frank adalah orang yang lebih kuat.

Serangan yang diberikan Ardi tadi membuat Frank terjatuh, dan di saat itulah Ardi memanfaatkannya untuk menghajar Frank habis-habisan.

Karena melihat Frank yang sudah tidak bisa melakukan apapun lagi, dengan cepat Nathan menarik Ardi untuk menghentikan pukulannya, karena dia melihat Frank sudah sangat babak belur dan tidak berdaya.

Setelah ditarik oleh Nathan tadi, Ardi sangat marah, soalnya dia masih belum puas untuk memberikan pelajaran kepada Frank, dan bahkan ingin membuatnya mati. Tapi karena tamparan dari Jessy yang tepat mengenai pipinya, Ardi akhirnya menuruti permintaan mereka berdua. Dia tidak ingin Jessy lebih khawatir lagi dari saat ini, apalagi dia masih melihat air matanya Jessy yang belum hilang sepenuhnya. Lalu  Ardi menghapus air mata Jessy yang masih melekat di matanya dengan tisu toilet yang ada di dekatnya.

"Aku takut... Kenapa kamu enggak datang dari tadi. Aku takut sekali Ardi...". Ujar Jessy sambil memeluknya dengan erat.

"Maaf, aku enggak tau kalau kamu punya musuh seperti ini". Jawab Ardi kembali dan membalas pelukan Jessy.

Nathan tidak memperdulikan mereka berdua, dia hanya melihat dan membalik-balikan wajah Frank yang saat ini sedang pingsan, dia melihat bagian-bagian yang tertampar oleh Ardi tadi.

"Gila! Tempat tamparannya sama persis dengan yang diberikan oleh Jack. Sepertinya dia adalah orang yeng hebat, cuman mentalnya aja yang kertas". Kata Nathan dalam benaknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status