Share

Chapter 12

 Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.

Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.

Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat merasa bersalah karena terlambat menolongnya. Ardi bisa memahami apa yang dirasakan oleh Jessy, karena dia tau, rasa takut yang Jessy rasakan pasti sama atau bahkan lebih dari yang dia rasakan saat itu.

"Jessy, maaf. Aku enggak bisa datang tepat waktu". Kata Ardi setelah selesai memeluknya.

"Hm... Itu bukan salah kamu juga kok. Dan aku merasa sangat bersyukur juga dengan kehadiran Nathan di situ, dan kamu yang udah kasih dia pukulan Jack". Kata Jessy sambil terkekeh kecil dan kemudian menghapus air matanya.

Setelah melihat kejadian yang baru saja terjadi, Ardi merasa khawatir jika harus berpisah dengan Jessy setelah kelulusan ini. Perasaannya tidak bisa tenang.

"Jessy, Aku khawatir sama kamu. Jadi, kali ini aku mau masuk universitas yang sama denganmu. Soalnya aku takut kejadian seperti tadi terulang lagi". Kata Ardi kepadanya.

"Kamu itu terlalu berlebihan..." Sahut Jessy dengan mencubit kedua pipinya. "Lebih baik kamu daftar di universitas itu aja, biar bisa dapat pekerjaan dengan mudah. Apalagi kudengar dari orang tua aku, kalau perusahaan ayah kamu hampir gulung tikar".

"Kalau kemauan tuan putri seperti itu, maka hamba dengan senang hati melakukannya". Kata Ardi sembari berlutut di hadapan Jessy.

Karena terlarut dengan pembicaraan tersebut, mereka berdua tidak sadar kalau Nathan sudah tidak bersama mereka lagi, dan tidak tau pergi kemana.

Ardi bertanya kepada Jessy, bagaimana bisa Nathan ada di tempat itu. Jika Nathan adalah murid di sekolah itu juga, mengapa dia baru melihatnya. Tapi Jessy tidak bisa memberikan jawaban yang dinginkan oleh Ardi, Jessy  sebenarnya juga penasaran bagaimana bisa dia ada di toilet itu.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Ardi dan Jessy tiba di tempat papan pengumuman. Walaupun awalnya tidak ada rencana kembali ketempat itu setelah dari toilet, tapi tanpa sadar mereka bisa berada di situ. Mereka berdua saling memandang satu sama lain setelah melihat nilai ujian akhirnya.

"Kamu lihat nama aku nggak?". Tanya Ardi.

"Enggak. Nama aku juga enggak ada".

Ardi dan Jessy kemudian membaca dengan lebih teliti lagi nama-nama siswa yang tertulis di lembaran pengumuman tersebut. Tapi hasilnya nihil, mereka berdua tidak bisa menemukannya. Nama Ardi dan Jessy tidak tertulis dalam lembaran pengumuman tersebut.

Mereka sangat gugup, takut jika tidak lulus dalam ujian kelulusan ini. Kemudian mereka berdua berlari ke ruang guru untuk menanyakan perihal nama mereka yang tidak ada di lembaran pengumuman.

Di ruangan itu tersisa hanya satu guru saja, yang lainnya ternyata sedang berada di ruang rapat. Guru yang ada itu adalah guru termuda dari yang lainnya, dia berumur sekitar 26 tahun. Dia sangat cantik, sampai membuat para murid laki-laki selalu mencoba untuk merayunya. Tapi kepopulerannya masih kalah dengan Milla.

"Ardi dan Jessy, Kalian ada keperluan apa?". Dengan suara yang sangat lembut dia bertanya kepada mereka berdua

"Bu, kenapa ibu cantik sekali". Jawab Ardi.

Jawaban Ardi membuat guru itu tertawa, tapi Jessy memarahi Ardi karena tidak bersungguh-sungguh bertanya.

"Kalian ada keperluan apa". Guru itu bertanya kembali.

Kali ini Jessy yang berbicara "Bu Clara, Kenapa nama kami berdua tidak ada dalam lembaran pengumuman nilai ujian akhir".

Sambil menepuk kepalanya guru itu menjawab "Oh iya, ibu lupa, maaf ya. Karena nilai kalian berdua yang sudah mentok seratus, jadi kami para guru sepakat tidak mengumumkannya, dan karena pencapaian itu, kalian tanpa ikut seleksi sekalipun akan bisa menjadi mahasiswa universitas Veulla. Dan untuk Jessy, ibu baru dapat kabar kemarin, kalau universitas yang kamu incar itu sudah tidak menerima calon mahasiswa lagi. Katanya universitas itu akan ditutup dan mau dijadikan tempat sekolah umum swasta".

"Alasan kalian tidak mengumumkannya apa Bu?". Tanya Ardi.

"Karena nilai kalian sudah sempurna, jadi tidak mungkin kalian berdua bersaing dengan murid lainnya. Kalian berdua pasti bisa melihat berapa nilai tertinggi dari mereka kan!".

"Iya Bu". Ardi sebenarnya masih bingung kenapa para guru berpikiran seperti itu, tapi dia tidak ingin terlalu memikirkannya.

"Apa memang benar kalau kami resmi menjadi mahasiswa universitas Veulla kalau mendaftar di sana?". Tanya Jessy yang sekarang mencoba  memanfaatkan undangan dari universitas Veulla, setelah mendengar informasi dari gurunya tadi.

"Iya, kalian mereka beri kemudahan. Setelah mengetahui nilai kalian yang sangat sempurna, mereka memberikan kesempatan ini kepada kalian berdua".  Jawab Clara dengan senyuman manis.

Ardi dan Jessy bisa mendapatkan undangan seperti itu karena kepintaran mereka berdua. Soal ujian yang diberikan adalah soal yang berasal dari Universitas Veulla, dan target mereka adalah mencari siswa-siswi yang bisa menjawab sebanyak sepuluh soal dengan benar dari lima puluh soal. Tapi Jessy dan Ardi bisa menjawab semua soal itu dengan benar, jadi mereka diberikan hadiah istimewa, salah satunya adalah menjadi mahasiswa mereka tanpa mengikuti seleksi apapun.  Dan ada juga beberapa orang lainnya yang memiliki keberuntungan seperti mereka berdua. Tapi Clara tidak memberitahukan hal itu kepada mereka berdua, karena para guru dilarang memberitahukan informasi seperti itu kepada para murid-muridnya atas perintah kepala sekolah.

Setelah memberikan jawaban yang mereka inginkan, Clara segera berpamitan kepada Ardi dan Jessy untuk ikut bergabung dalam rapat para guru.

Sebenarnya masih ada beberapa pertanyaan lagi yang ingin Jessy tanyakan, tapi karena gurunya sangat sibuk, jadi dia urungkan. Kemudian Jessy membawa Ardi pergi ke taman sekolah untuk beristirahat, dan ada beberapa hal juga yang ingin dia ceritakan kepada Ardi.

Perasaan yang sangat ingin dia sampaikan kepada Ardi.

Perasaan yang sangat ingin dia sampaikan kepada Ardi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status