Share

Chapter 10

"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.

Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena  di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir.

"Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya.

"Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.

Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.

Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.

"Ardi, sakit. Aku di sikut oleh mereka tadi". Ujar Jessy sambil memegang perutnya yang sakit.

"Lebih baik kita lihatnya nanti aja. Daripada berdesakan seperti orang yang lagi kena bencana alam". Kata Ardi kepada Jessy.

Kemudian Ardi membawa Jessy untuk pergi ke kantin sementara menunggu daerah sekitar tempat pengumuman itu kosong.

Setibanya mereka di kantin, Ardi melihat di sana ada Henry dan juga Ariel yang sedang makan siang.

Ardi sebenarnya tidak ingin bergabung dengan mereka, tapi karena Henry yang memanggil dia, dan mengajaknya untuk makan bersama, sehingga mau tidak mau dia dan Jessy ikut makan bersama dengan Henry dan juga Ariel.  Karena sangat sulit baginya menolak tawaran dari sahabatnya sendiri.

Ketika sudah duduk berhadapan, wajah Ariel kelihatan sangat marah. Dia sepertinya tidak senang dengan kehadiran Ardi.

"Henry, rasanya aku enggak enak kalau makan seperti ini. Soalnya, perempuan yang ada disebelah kamu itu enggak suka dengan kehadiranku". Kata Ardi yang merasa terganggu dengan tatapan Ariel.

"Ariel! Aku sudah mengatakan kepadamu kan! Kalau kamu harus merubah sikapmu itu". Kata Henry menasihati Ariel.

"Tapi aku itu masih dendam sama dia. Coba kamu pahami perasaan aku!". Jawab Ariel dengan sedikit nada tinggi.

"Dendam! Dendam! Dendam!". Henry dengan keras membentak Ariel. "Aku sudah bosan dengan kata itu. Kamu itu pacar aku, dan Ardi adalah teman aku. Kamu itu harus bisa memahami situasinya. Kamu pikir aku enggak terbebani dengan sikap permusuhan kalian berdua kalau sudah bertemu". Karena suara yang keras dari Henry tadi, membuat keheningan yang cukup lama di tempat itu. Ardi dan Jessy hanya bisa melihatnya, mereka tidak ingin ikut campur dalam masalah pribadi Henry dan Ariel.

Ariel menatap tajam mata Henry, dan kemudian raut wajahnya menjadi masam.

"Maaf... Tapi enggak usah sampai bentak aku gitu juga kan". Kata Ariel sambil memajukan bibirnya.

Jessy dan Ardi sepertinya kali ini akan melihat kemesraan dari Henry dan Ariel.

"Maaf kalau sudah memarahi kamu seperti itu. Aku cuma mau kalau kamu dan Ardi itu baikan aja". Kata Henry sambil mengelus rambut Ariel.

"Makasih sayang.... Kamu baik sekali". Balas Ariel dengan memeluk dan mencium pipi Henry.

Jessy dan Ardi yang ada di hadapan mereka sepertinya dipanggil hanya untuk menjadi obat nyamuk, walaupun masih siang hari.

"Apa sudah selesai mesra-mesraannya? Kami masih ada disini loh. Sepertinya memang lebih baik kami makan di tempat yang lain aja tadi". Kata Ardi kepada meraka berdua.

"Jangan seperti itu juga. Ini adalah salah satu dari ketegasan yang harus dilakukan oleh cowok, jadi enggak masalah kan, sekali-kali'. Ujar Henry yang tidak ingin temannya itu pergi.

Beberapa menit telah berlalu, mereka menikmati makanannya, cerita masa lalu, dan juga berbicara tentang masa depan mereka. Henry sangat sering bertanya tentang pertemanan Jessy dan juga Ardi, dia sangat suka mendengar cerita Jessy yang menceritakan kesialan Ardi pada saat kecil.  Karena pada saat masih dalam sekolah dasar, Ardi adalah anak yang sangat sial. Entah itu dalam tebakan ataupun taruhan, bahkan dalam pelajaran, dia sangat sering mendapatkan kesialan, sampai pada akhirnya dia mengurung diri di kamar selama beberapa hari setiap pulang sekolah. Karena cukup lama tidak keluar rumah pada saat sore, Jessy kemudian mengunjungi dia, dan kemudian bermain bersama Ardi di dalam kamarnya setiap mereka sepulang sekolah. Setelah kedatangan Jessy itu, Ardi mulai berani untuk kembali bermain bersama teman-temannya yang lain. Walaupun kesialannya masih sering dialami.

Pada saat masih sedang bercerita, Ariel tiba-tiba mengatakan sesuatu, dan itu membuat Ardi terkejut, tapi Henry langsung memeluknya.

"Maaf, memotong pembicaraan kalian. Tapi aku mau minta maaf dulu sama Ardi, sudah sering memusuhi dia. Dan juga sudah sangat dendam, tapi karena aku mau Henry tidak terlalu terbebani, jadi aku mau melakukan gencatan senjata dulu sama Ardi". Tatapan mata Ariel tidak bisa fokus ke arah Ardi, dia masih sangat malu mengatakan hal seperti itu.

"Gila...!, gencatan senjata". Kata Ardi sambil tertawa.

"Nah, seperti ini yang aku suka. Jadi makin sayang". Henry langsung memeluknya.

Wajah Ariel kelihatan memerah setelah dipeluk oleh Henry. Bisa terlihat kalau mereka berdua memang saling mencintai. Dan Ardi juga cukup senang dengan kemesraan yang mereka berdua tunjukkan, dia merasa kalau Henry dan juga Ariel adalah pasangan yang cocok.

Hampir lebih dari satu menit Henry masih memeluk Ariel, dan itu membuat orang yang lewat disekitar mereka melihat-lihat Henry dan juga Ariel.

"Henry! Sudah! Kita di lihat-lihat orang nih". Ariel melepas paksa pelukan Henry.

Henry hanya terdiam dan tersenyum melihat sikap Ariel yang malu-malu seperti itu.

Ketika mereka ingin pergi dari tempat itu, datanglah teman Ardi yang selalu mengganggunya.

"Ardi...." Perempuan itu langsung memeluknya "Kamu udah makan! Kenapa enggak bawa aku tadi". Katanya dengan suara manja.

Setelah dia melirik ke arah Jessy, dia kemudian memarahi Ardi.

"Jadi kamu makan sama dia! Ish...  Jahat sekali tau nggak!. Jessy!, jangan dekat-dekat sama Ardi! Duduk yang jauh sana".

Karena merasa di usir, Jessy tidak mau kalah dari perempuan itu. Dia tau kalau itu hanyalah gurauan, tapi sepertinya dia ingin mencoba menyaingi Milla.

"Hah? Kamu siapa berani ngomong seperti itu. Ardi ini punya aku, jadi enggak masalah bukan? kalau aku duduk disampingnya". Jessy menarik Ardi agar semakin merapat dengannya, kemudian mencium pipi Ardi.

Mereka yang ada di tempat itu tercengang melihat apa yang baru saja Jessy lakukan. Dan secara tidak sengaja juga, laki-laki yang menyukai Jessy melihat kejadian tersebut.

"Je-Jessy, kamu pacaran dengan Ardi?". Tanya Milla yang masih agak terkejut dengan kelakuan Jessy barusan.

"Enggak. Tapi aku yang bukan pacarnya Ardi berani tuh cium dia di depan kalian, masa kamu yang jadi pacarnya cuma berani meluk dia didepan umum aja". Jessy meledeknya

Walaupun sering mengerjai Ardi, Milla adalah orang yang tidak mau kalah dalam setiap hal. Baginya sudah cukup untuk kalah dari Ardi dan Jessy dalam nilai akademik, tapi untuk hal seperti ini, dia tidak ingin mengalah. Seandainya pacarnya yang sekarang melihat atau mengetahui dia melakukan hal seperti ini, dan memarahi dia atau bahkan ingin mengakhiri hubungan mereka, baginya itu bukan masalah. Karena tidak sulit bagi dia untuk mencari laki-laki baru yang bahkan lebih baik dari yang sebelumnya.

Milla adalah perempuan yang  mempunyai paras cantik, dengan rambut panjang yang bergelombang, mata biru yang indah, dan bibir tipis yang mungil. Dia adalah idol terkenal dalam sekolah ini, jadi Ardi sebenarnya bisa dibilang orang yang beruntung karena bisa dipeluk oleh Milla setiap hari. Tapi bagi  Ardi, dia merasa lebih seperti dipermainkan daripada dibilang orang beruntung oleh teman-temannya.

Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Milla melakukannya. Dia langsung mencium bibir Ardi di depan mereka semua, tanpa merasa malu sedikitpun dia terus menciumnya selama beberapa detik.

Perasaan Ardi campur aduk, dia merasa terkejut, senang, dan bahkan takut. Dia takut jika pacar Milla nanti akan memukulnya habis-habisan.

Beberapa teman Ardi yang secara kebetulan sedang ada di kantin itu langsung menyoraki dia, karena dia adalah satu-satunya laki-laki sekolah itu yang pernah dicium oleh Milla.

"Ho...... Kita kasih tepuk tangan untuk Ardi...." Teriak salah satu temannya.

Pada saat mereka sedang asyik mengangkat dan melemparkan Ardi ke atas, ada seseorang yang menarik Jessy dan ingin membicarakan suatu hal padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status