"Baby!" Tiba-tiba Athalla menghampiri Jennar sambil memeluk serta mencium pipinya."What the…" umpat Jennar reflek, sambil mengusap pipi menggunakan telapak tangannya."Lo…" ucapnya tertahan."Iya, ini aku. Apa kabar cantik?" balas Athalla sambil menarik kursi, kemudian duduk di samping Jennar.Lihatlah bagaimana sikap Athalla saat ini. Menjijikkan! Tidak tahu malu! Apa dia lupa kejadian minggu lalu?Kedatangan Athalla yang tiba-tiba, di luar prediksi Jennar. Bahkan saat ini Jennar bingung harus bereaksi seperti apa.Jennar menggeser kursinya sedikit menjauh. "Ngapain lo di sini??" tanya Jennar sinis."Jangan galak-galak. Kamu nggak kangen sama aku??" tanya Athalla sambil memasukan kerupuk yang dia ambil dari atas piring Jennar ke dalam mulutnya.Jennar berdecak kesal. "Lo sengaja nguntit gue, ya?" Mata Jennar menyipit penuh selidik.Tawa Athalla pecah. "Lucu banget sih kamu, baby." Athalla menjepit hidung mancung Jennar."Berhenti panggil gue dengan sebutan itu! Gue bukan pacar lo la
“Najis, dasar playboy tukang selingkuh!"Makian yang terlontar dari bibir Jennar mengejutkan pria yang tengah sibuk bercumbu mesra dengan teman wanitanya.Belum sempat pria itu melihat jelas sosoknya, tapi Jennar langsung meraih gelas di meja dan menyiramkan isinya ke pria di hadapan. Hal tersebut sukses membuat sang pria melonjak dari sofa kelab malam langganannya dan langsung mengusap wajahnya yang basah dengan frustrasi.“Kurang aj–” Baru saja si pria ingin memaki sang pelaku, ucapannya terhenti di tenggorokan. Dia terpaku pada sosok cantik yang berdiri di depan dengan ponsel di tangannya. “J-Jennar?!”Manik Jennar terarah pada leher wanita yang berada di sebelah sang pria, penuh dengan bekas merah hasil percumbuan mereka. “Menjijikan!” ujar gadis itu dengan tangan mengepal, merasa emosinya semakin menggebu. “Bedebah kamu, Athala!” makinya. “Bisa-bisanya kamu berselingkuh seperti ini?!”Karena keributan yang tercipta oleh Jennar, DJ menyadari ada yang salah dan langsung menghentika
"Apa yang kamu kira sedang kamu lakukan?" Suara bariton milik pria asing itu membuat seisi kelab menjadi hening, bahkan DJ yang tadi hanya terbengong mulai turun dari panggungnya untuk memanggil pihak keamanan.Jennar masih membeku di tempatnya. Dia menatap lekat tubuh tegap menjulang tinggi yang telah menyelamatkan wajahnya dari tamparan Athala tadi. Meski tubuh itu sekarang membelakanginya, namun aura pria itu begitu kuat.“Lepasin gue!” Athala berteriak sembari berusaha menarik lepas tangannya dari cengkeraman pria bermanik zamrud tersebut. Begitu berhasil dan ingin melawan pria asing itu, pandangannya bertemu dengan wajah sang pria, sekejap membuat tubuhnya membeku. “K-kamu ….”Melihat Athala mengenal pria tersebut, Jennar menggeser tubuhnya sedikit untuk melihat pria yang telah membantunya.Detik itu juga, Jennar terkejut. Manik zamrud mempesona yang dilengkapi dengan rahang tegas dan tatapan mengintimidasi itu mampu memukau siapa saja. Akan tetapi, ekspresi dingin yang terpasan
“Bekerjalah untukku.”Mendengar ucapan pria tersebut, dahi Jennar berkerut. "Bekerja untukmu?" Dia merasa sedikit bingung."Ya," jawab pria itu singkat. “Perusahaanku memerlukanmu.”Jennar menghela nafas, perasaannya diserang rasa aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Hal itu membingungkan sekaligus menyinggungnya. Pria di hadapan sedang memintanya untuk bekerja sama dengan perusahaannya?! Dia lebih mementingkan itu dibandingkan makan siang bersamanya?!"Oke. Sebaiknya kita bicarakan ini saat makan siang besok," ucap Jennar, sengaja memaksa pria itu agar menerima ajakan makan siangnya. Kalau ditolak, sebagai selebgram terkenal, malu berat sih!"Tapi—""Besok," tegas Jennar sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Hari ini, aku lelah. Tidakkah kamu ingat apa yang baru saja terjadi?" tanyanya. "Aku baru saja dikhianati, apa kamu begitu tega membahas kerja sama dengan seseorang yang sedang patah hati?"Sejenak sepasang mata zamrud itu menatap Jennar lekat. Akhirnya, pria itu pu
“Aku kira kamu tidak akan datang.”Suara dalam dari pria yang tengah terduduk di kursi restoran ruang VIP selagi menatap ke arahnya membuat Jennar mendengus kesal. Meski dalam mode kesal, Jennar memutuskan untuk mengubah caranya berbicara agar lebih formal. “Saya tidak pernah ingkar janji, Pak Dean” ujarnya, sengaja memberi penekanan khusus terhadap nama pria di hadapan. Tanpa Jennar sadari, sudut bibir pria itu terangkat, membentuk sebuah senyuman saat melihat dirinya menumpahkan emosi selagi memotong daging di atas piring dengan begitu barbar. Pancaran mata pria bernetra zamrud itu menunjukkan rasa terhibur kala pandangannya mendarat pada bibir Jennar yang merengut menggemaskan.Dengan tatapan lekat pada setiap gerakan gadis itu, Dean berujar, “Mengenai tawaran saya kemarin–”“Anda bisa membicarakannya dengan agensi saya.” Jennar tersenyum, dalam hatinya bersorak penuh kemenangan. ‘Rasain!’ makinya. ‘Sudah ganti waktu seenak jidat, masih mau dapatin kerja sama? Enak aja!’ Jennar t
“Urgh ….”Lenguhan kesakitan itu terlontar dari bibir Jennar seiring kesadarannya kembali. Pening yang menyelimuti kepalanya membuat gadis itu mengernyitkan wajah kala dirinya membuka mata dan melihat pemandangan sekeliling.Sadar bahwa dirinya tidak mengenali ruangan tempatnya berada, Jennar melonjak duduk di tempat tidur. “I-ini di mana?” Saat matanya menyapu seisi ruangan, dia yakin akan satu hal. “Ini bukan kamar gue!”Saat Jennar sedang berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan bangkit dari tempat tidur, dia berakhir dibuat panik ketika menyadari tidak ada sehelai kain pun yang membalut tubuhnya.“Loh, baju gue–?!” Belum sempat dia selesaikan ucapannya, mata Jennar berakhir membulat kala dirinya menangkap keberadaan sesosok pria yang tengah terbaring di sampingnya. “AAAAAAAAAA!!” Dia melilit tubuhnya dengan selimut dan menggunakan tangan kanannya untuk memukul-mukul pria tersebut. “Baj*ngan mesum!”“Ugh!” Pukulan keras Jennar pada kepala pria asing itu membuat sang pria terbang
“Kamu kenapa, Sayang? Lesu banget."Suara wanita paruh baya yang tengah duduk di sampingnya, menyadarkan Jennar dari lamunannya.Gadis itu menoleh pada sang ibu sambil mengulum senyum tipis. "Nggak apa-apa, Mi. Aku hanya sedikit lelah saja,” kilah Jennar.Kemarin, setelah terbangun di ruangan yang sama, Jennar dan Dean langsung menemui manajemen hotel untuk memeriksa rekaman CCTV hotel. Namun, pihak hotel menyatakan CCTV mengalami kerusakan di malam tersebut dan berakhir tidak memiliki rekaman apa pun.Walaupun Jennar merasa tenang lantaran tidak ada bukti yang bisa mengganggu reputasinya, tapi Dean berpikiran sebaliknya. Seseorang telah menjebak mereka dan menempatkan mereka bersama dalam kondisi tidak senonoh, sesuatu jelas akan terjadi.‘Dia bilang akan menemukan pelakunya, tapi sampai sekarang masih belum ada kabar,’ batin Jennar sembari menggigit bibirnya.Memang Dean menyatakan agar gadis itu duduk manis dan tidak berulah, bahkan menyuruhnya untuk melupakan masalah itu karena di
“Kenapa kalian diam saja?"Jennar masih terdiam kaku, sambil menatap horor foto-foto intimnya bersama Dean. Dia berusaha keras untuk memproses semuanya. ‘Kenapa bisa begini? Siapa orang gila yang berani-beraninya jebak kita kayak gini?!’Selain beragam pertanyaan yang memenuhi kepalanya, Jennar juga dikuasai oleh rasa cemas dan panik. ‘Kalau sampai foto-foto itu bocor ke publik, mampus beneran gue!?’Jennar dapat membayangkan bagaimana namanya muncul di setiap acara gosip, 'Jennaira terlibat cinta satu malam dengan CEO!'Jennar menggeleng pelan, 'Nggak! Nggak! Semua itu nggak boleh terjadi!!' batin Jennar yang kembali tersadar dari lamunannya. Dia pun melemparkan tatapan kepada Dean, mengisyaratkan, ‘Ngomong sesuatu dong!’Akan tetapi, pria itu sepertinya sibuk dengan pertimbangannya sendiri.Gadis itu tiba-tiba saja berdiri, hingga mengalihkan perhatian semua orang. "Jennar nggak setuju!! Jennar nggak mau nikah sama Dean!" tolaknya dengan tegas. Namun, setelahnya Jennar panik, terut