Ayo ramaikan dengan komentar. Jangan lupa vote ya, biar mommy semangat updatenya, 😘😘😘
"Kamu harus tanggung jawab!" Desis Jennar ketika Dean keluar dari kamar mandi.Dean yang tengah mengeringkan wajahnya itu pun, lantas berhenti sambil menatap Jennar dengan heran."Gara-gara jamu yang mommy kasih, mulutku sampai sekarang masih pahit. Itu juga kan salah kamu, kenapa tadi nggak berusaha ngelarang?" gerutu Jennar melampiaskan semua kekesalannya.Lagi-lagi Dean tidak merespon. Dia hanya menatap Jennar sekilas, kemudian pergi, keluar dari dalam kamar."Dosa apa gue, sampai-sampai bersuamikan manusia es kayak dia!" keluhnya, sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tidak lupa dia juga menyelimuti tubuhnya dengan selimut.Jennar yang hampir terlelap, kembali membuka matanya, saat suara bariton seseorang menyapa telinganya."Lemon tea hangat. Minumlah," titah Dean, sambil memberikan gelas kaca itu pada Jennar.Jennar menatap Dean, dan gelas yang ada di tangannya dengan heran."Minum!" perintah Dean kembali.Tanpa banyak tanya lagi, Jennar langsung meminum habis lemon te
“Bagaimana rasanya jadi pengantin baru?”Jennar merasa jengah dengan sikap Bima yang terus memberikan banyak pertanyaan padanya. Ditambah lagi dengan Dean yang tidak putus memandang Bima, seakan-akan memang sedang menantangnya.“Begitulah…” Jennar yang menyadari bahwa atmosfer di dalam ruangan terasa tidak enak, dia berusaha untuk menjawab secukupnya saja.Ayah Dean yang tampaknya paling bisa membaca situasi, berdeham dengan cukup keras. “Bagaimana dengan proyek kerja sama kalian?”Bima menganggukkan kepalanya, dan berujar dengan santai. “Semuanya masih dalam tahap perencanaan. Belum ada kata sepakat. Benar begitu, sepupu?” ujarnya sambil menatap Dean.“Belum sepakat?” Ayah Dean mengerutkan dahinya. “Bukannya kalian sudah membahas proyek ini dari tiga bulan yang lalu?”Bima menaikkan bahunya. “Ada beberapa hal yang belum ada titik temunya. Pembahasan selama ini, lebih banyak menguntungkan Dean ketimbang saya, om.”Jennar sampai bergidik karena atmosfer di dalam ruangan yang terasa men
"Katanya konglomerat, kenapa nggak punya helikopter sekalian, sih?!" keluh Jennar.Pagi-pagi sekali Jennar diminta datang ke gedung Ganendra Beauty untuk meeting dengan para petinggi, dan managernya. Mengingat kesepakatan semalam yang tidak mengizinkan Jennar ataupun Dean membawa orang lain ke rumah, dengan terpaksa Jennar menyetir sendiri."Uh, boro-boro helikopter, pembantu aja nggak ada," gumam Jennar sendiri.Sebelum keluar dari dalam mobil, Jennar mengecek kembali penampilannya. Dia melakukan touch-up beberapa bagian termasuk mengganti warna lipstiknya menjadi warna merah menyala.Uh, lihatlah dirimu ini. Cantik sekali. Betapa beruntungnya kamu, Dean. Jennar terkekeh saat mendengar betapa konyol dirinya saat ini.Setelah dirasa cukup, Jennar keluar dari dalam mobil, dan masuk ke dalam gedung Ganendra Beauty. Kemewahan interior dari gedung Ganendra Beauty, membuat Jennar terpana beberapa detik, sebelum akhirnya menormalkan kembali ekspresi wajahnya.Ini kali pertama Jennar memasuk
"Jen, Bu Irena minta kamu untuk makan siang bersamanya," Mery menyampaikan pesan manager yang meminta Jennar untuk makan siang di kantin Ganendra Beauty.Jennar yang tengah sibuk memainkan telepon genggamnya itu pun, lantas menghentikan aktivitasnya. "Sama Bu Imelda juga?" tanya Jennar sedikit mengernyitkan dahinya."Nggak tau. Bu Irena nggak bilang," jawab Mery jujur. "Ayo jangan sampai Bu Irena ngomel gara-gara kamu telat,"Jennar berdecak kesal, sambil memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas. "Kamu lupa siapa saya??" sombong Jennar sambil menunjuk dirinya sendiri."Global Ambassador Ganendra Beauty!" jawab Mery penuh penghormatan. Bukan hormat dalam artian menghamba, namun lebih ke arah bercanda."Ayo!" ajak Jennar sambil merangkul Mery dan menyeretnya keluar dari ruangan rapat.Kantin Ganendra Beauty, berada di lantai tujuh. Daripada terlihat seperti kantin, tempat itu lebih terlihat seperti restoran hotel bintang lima, hanya saja beda di cara penyajiannya. Kantin Ganendra Beau
"Baby!" Tiba-tiba Athalla menghampiri Jennar sambil memeluk serta mencium pipinya."What the…" umpat Jennar reflek, sambil mengusap pipi menggunakan telapak tangannya."Lo…" ucapnya tertahan."Iya, ini aku. Apa kabar cantik?" balas Athalla sambil menarik kursi, kemudian duduk di samping Jennar.Lihatlah bagaimana sikap Athalla saat ini. Menjijikkan! Tidak tahu malu! Apa dia lupa kejadian minggu lalu?Kedatangan Athalla yang tiba-tiba, di luar prediksi Jennar. Bahkan saat ini Jennar bingung harus bereaksi seperti apa.Jennar menggeser kursinya sedikit menjauh. "Ngapain lo di sini??" tanya Jennar sinis."Jangan galak-galak. Kamu nggak kangen sama aku??" tanya Athalla sambil memasukan kerupuk yang dia ambil dari atas piring Jennar ke dalam mulutnya.Jennar berdecak kesal. "Lo sengaja nguntit gue, ya?" Mata Jennar menyipit penuh selidik.Tawa Athalla pecah. "Lucu banget sih kamu, baby." Athalla menjepit hidung mancung Jennar."Berhenti panggil gue dengan sebutan itu! Gue bukan pacar lo la
“Najis, dasar playboy tukang selingkuh!"Makian yang terlontar dari bibir Jennar mengejutkan pria yang tengah sibuk bercumbu mesra dengan teman wanitanya.Belum sempat pria itu melihat jelas sosoknya, tapi Jennar langsung meraih gelas di meja dan menyiramkan isinya ke pria di hadapan. Hal tersebut sukses membuat sang pria melonjak dari sofa kelab malam langganannya dan langsung mengusap wajahnya yang basah dengan frustrasi.“Kurang aj–” Baru saja si pria ingin memaki sang pelaku, ucapannya terhenti di tenggorokan. Dia terpaku pada sosok cantik yang berdiri di depan dengan ponsel di tangannya. “J-Jennar?!”Manik Jennar terarah pada leher wanita yang berada di sebelah sang pria, penuh dengan bekas merah hasil percumbuan mereka. “Menjijikan!” ujar gadis itu dengan tangan mengepal, merasa emosinya semakin menggebu. “Bedebah kamu, Athala!” makinya. “Bisa-bisanya kamu berselingkuh seperti ini?!”Karena keributan yang tercipta oleh Jennar, DJ menyadari ada yang salah dan langsung menghentika
"Apa yang kamu kira sedang kamu lakukan?" Suara bariton milik pria asing itu membuat seisi kelab menjadi hening, bahkan DJ yang tadi hanya terbengong mulai turun dari panggungnya untuk memanggil pihak keamanan.Jennar masih membeku di tempatnya. Dia menatap lekat tubuh tegap menjulang tinggi yang telah menyelamatkan wajahnya dari tamparan Athala tadi. Meski tubuh itu sekarang membelakanginya, namun aura pria itu begitu kuat.“Lepasin gue!” Athala berteriak sembari berusaha menarik lepas tangannya dari cengkeraman pria bermanik zamrud tersebut. Begitu berhasil dan ingin melawan pria asing itu, pandangannya bertemu dengan wajah sang pria, sekejap membuat tubuhnya membeku. “K-kamu ….”Melihat Athala mengenal pria tersebut, Jennar menggeser tubuhnya sedikit untuk melihat pria yang telah membantunya.Detik itu juga, Jennar terkejut. Manik zamrud mempesona yang dilengkapi dengan rahang tegas dan tatapan mengintimidasi itu mampu memukau siapa saja. Akan tetapi, ekspresi dingin yang terpasan
“Bekerjalah untukku.”Mendengar ucapan pria tersebut, dahi Jennar berkerut. "Bekerja untukmu?" Dia merasa sedikit bingung."Ya," jawab pria itu singkat. “Perusahaanku memerlukanmu.”Jennar menghela nafas, perasaannya diserang rasa aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Hal itu membingungkan sekaligus menyinggungnya. Pria di hadapan sedang memintanya untuk bekerja sama dengan perusahaannya?! Dia lebih mementingkan itu dibandingkan makan siang bersamanya?!"Oke. Sebaiknya kita bicarakan ini saat makan siang besok," ucap Jennar, sengaja memaksa pria itu agar menerima ajakan makan siangnya. Kalau ditolak, sebagai selebgram terkenal, malu berat sih!"Tapi—""Besok," tegas Jennar sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Hari ini, aku lelah. Tidakkah kamu ingat apa yang baru saja terjadi?" tanyanya. "Aku baru saja dikhianati, apa kamu begitu tega membahas kerja sama dengan seseorang yang sedang patah hati?"Sejenak sepasang mata zamrud itu menatap Jennar lekat. Akhirnya, pria itu pu