Share

Digerebek Saat Lagi Mendesah
Digerebek Saat Lagi Mendesah
Penulis: Naimatun Niqmah

Bab 1

Bab 1

Hama

[Bisa ketemuan?]

Seperti itu pesan singkat dari Anton. Arsilla tersenyum membaca pesan singkat itu. Dengan cepat perempuan berkulit putih itu membalas pesan singkat dari kekasihnya itu.

[Kapan?] terkirim. Seperti itu balasan dari Arsilla.

[Sekarang lah!] balas Anton. Seketika jempol perempuan berambut panjang itu menari-nari.

[Ini mendekati Magrib lo, nanti kalau ketahuan gimana?] terkirim.

Seperti itu balasan dari Arsilla, biasa dipanggil Silla. Anton menghela napas panjang saat membacanya. Dengan cepat jempolnya mengetik lagi.

[Emm ... sebentar saja! Ayok lah!] terkirim.

Anton masih berusaha merayu kekasihnya itu. Sang Kekasih menggigit bibir bawahnya, seraya mata fokus ke layar pipih yang ia pegang.

Arsilla menyandarkan bahunya di sandaran sofa ruang tamunya. Menatap langit-langit sejenak seraya berpikir, jawaban apa yang akan ia kirimkan.

"Emm ... aku juga udah kangen banget sih sama dia, nggak apa-apa lah ketemuan, sebentar ini," ucap Arsilla lirih.

Setelah mendapatkan jawaban yang ia kira pas, akhirnya dia memainkan lagi layar pipihnya itu.

[Ok lah! Tapi janji ya sebentar saja, aku takut ketahuan soalnya!] balas Arsilla.

Seketika bibir Anton melebar saat membaca pesan singkat dari Sang Kekasih. Napasnya seketika memburu. Itu artinya keinginan dia untuk ketemu Sang Kekasih akan segera terpenuhi sebentar lagi.

[Iya! Janji bentar doang!] balas Anton masih dengan bibir tersenyum. Senyum khas lelaki buaya.

Arsilla sendiri yang membaca balasan dari Anton juga ikut tersenyum. Kemudian dia mengedarkan pandang. Ia rasa aman untuk ketemuan dengan kekasihnya itu.

[Emm ... ketemuan di mana? Atau di tempat biasanya?] tanya Arsilla untuk lebih memastikan.

[Di tempat biasanya saja. Aman di situ! Berkali-kali nggak ketahuan juga kita main di situ!] jawab Anton. Arsilla menggigit bibir bawahnya.

[Ok!] balas Arsilla singkat. Kemudian mereka tak saling membalas lagi.

Pun Anton. Dia sendiri juga mengedarkan pandang terlebih dahulu, Untuk hendak keluar dari rumah. Kemudian dia beranjak dari duduknya. Melangkah dengan sesantai mungkin. Agar tak ada yang menaruh rasa curiga.

"Mau ke mana?" tanya Razmi istrinya. Karena ditanya seperti itu, Anton seketika terkejut.

"Eh, kamu ... ngagetin orang aja!" jawab Anton dengan nada sedikit gelagapan. Razmi melipat kening seraya memperhatikan ekspresi suaminya itu.

Razmi bertanya seperti itu dari belakang. Jadi yang Anton pikir sepi, tiba-tiba ditanya seperti itu, dia seketika terkejut.

"Kenapa kaget? Aku kan tanyanya pelan," balas dan tanya balik Razmi. Anton menggaruk kepalanya pelan.

"Emm ... itu ... mau beli rokok," jawab Anton asal. Razmi mengerucutkan bibirnya, kemudian manggut-manggut tanpa ada rasa curiga. Anton menggaruk kepalanya pelan. Tapi juga sambil memperhatikan ekspresi istrinya.

"Nampaknya dia tak menaruh rasa curiga," ucap Anton dalam hati.

Razmi menoleh ke arah jam dinding. Karena Razmi menoleh ke arah jam dinding, akhirnya Anton pun mengikuti.

"Bentar lagi magrib lo ... nggak habis magrib sekalian aja beli rokok?" tegur Razmi dengan mata masih mengarah ke jam dinding. Karena dia merasa kurang srek, jika suaminya harus memaksakan untuk beli rokok sekarang.

Anton menghela napas sejenak. Hatinya kesal karena ia sudah tak sabar ingin ketemu dengan kekasihnya. Ya ... bisa dibilang selingkuhannya. Ada cinta terlarang yang ia lakukan.

"Udah kecut ini mulut, rokokku habis dari tadi, kamu juga nggak ada pengertiannya, kalau tahu rokokku habis, harusnya cepetan belikan rokok, jadi aku nggak keluar untuk beli rokok mau magrib-magrib gini!" sungut Anton. Seketika istrinya melipat kening.

"Kok malah nyalahin aku?" tanya balik Razmi dengan polosnya. Anton sedikit mengacak rambutnya.

"Kalau nggak nyalahin kamu terus aku nyalahin siapa? Memang faktanya kamu salahkan? Kita ini udah nikah sepuluh tahun. Anak juga udah dua, harusnya ngerti bagaimana aku! Aku nggak bisa lama-lama berhenti rokok. Heran! Rokok habis dari tadi nggak cepat-cepat dibelikan!" balas Anton masih dengan nada tinggi. Razmi hanya bisa menelan ludah saja.

"Yaudah maaf! Kalau gitu biar aku saja yang belikan rokoknya!" ucap Razmi. Walau dia sebenarnya tak merasa salah, tapi dia memang lagi malas tengkar hanya gara-gara rokok. Apalagi ini mau mendekati Magrib. Nggak pantas juga di dengar oleh tetangga. Seperti itu pemikiran Razmi.

"Nggak usah! Kelamaan! Udah kecut ini bibir. Nunggu kamu sampai rumah kelamaan! Makanya jadi istri itu yang pengertia! Mintanya dingertiin tapi nggak mau balik ngertiin! Egois!" jawab Anton masih dengan nada emosi. Sengaja untuk menutupi semuanya. Tanpa menunggu tanggapan dari istrinya dia segera berlalu. Melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumah.

Razmi mengontrol emosinya. Hatinya berkemelut hebat sebenarnya. Hinga ia usap dadanya untuk menenangkan diri. Menenangkan hati yang berkemelut hebat itu.

"Sabar! Sabar! Mas Anton memang seperti itu! Aku tunggu Mas Anton di kamar saja, cuma beli rokok ini, pasti sebentar juga," ucap Razmi lirih. Kemudian dia masuk ke dalam kamar.

Walau hatinya berkemelut, tapi dia tetap percaya dengan semua ucapan suaminya.

*******************************

"Mas Tamam masih mandi ini, cukup lah kalau cuma ketemuan lima belas menit aja," ucap Arsilla dalam hati.

Ya, Arsilla memang memeriksa dulu suaminya sedang ngapain. Tamam memang baru saja pulang kerja. Sekarang dia sedang membersihkan badannya.

Keperluan suaminya memang sudah Arsilla penuhi. Baju, dalaman dan celana, sudah dia letakan di atas ranjang. Karena memang sudah seperti itu kebiasan mereka. 

Kopi hitam juga sudah dia siapkan, jadi kebiasaan yang di lakukan sudah dia persiapkan. Merasa aman dan ia tahu suaminya itu sangat amat percaya dengan dirinya. Kasarnya ngomong, apa pun yang suaminya tanyakan dan dia jawab asal pun, suaminya itu sudah percaya, karena saking percayanya. Tak kepikiran yang macam-macam sama sekali.

Karena sudah merasa baik-baik saja akhirnya Arsilla memutuskan untuk segera keluar dari rumah. Untuk memenuhi keinginan kekasihnya itu. Kekasih alias selingkuhannya.

Dengan langkah santai, Arsilla keluar dari rumahnya itu. Tapi di sisi lain ada Nabilla, anak kecil berusia sembilan tahun melihat mamanya keluar dari rumah.

Arsilla memang sudah punya suami dan satu anak, tapi dia memang seperti itu. Hatinya kini terbagi. Ada nama lelaki lain yang cukup mencuri perhatian dan cintanya.

"Mama mau ke mana, ya? Kayaknya Mama mau ke warung deh ... aku ikuti ah ...." ucap Nabilla, kemudian dia berlari kecil untuk mengikuti mamanya.

"Aku diam-diam aja. Nanti kalau aku larinya kenceng ketahuan Mama pasti nggak boleh ikut ke warung, hi hi hi," ucap Nabilla. Dia berniat jahil kepada mamanya itu.

Jadi Nabilla mengendap-endap untuk mengikuti mamanya. Karena dia pikir mamanya akan pergi ke warung dan dia ingin minta jajan.

"Loh ... Mama kok nggak ke warung? Kok malah menuju ke rumah kosong itu, ya?" ucap Nabilla lirih. Ia sampai mengerutkan kening. Mencoba mencerna. Sebisa dia.

Kemudian Nabilla memandang ke arah mamanya lagi. Tak berselang lama dia melihat lelaki yang mendekati mamanya.

"Loh ... Mama kok ketemuan sama papanya Nathan?" ucap Nabilla ngomong sendiri.

Nabilla seketika menutup mulutnya saat melihat mamanya dan papa teman sekelasnya itu berpelukan. Kemudian mereka sama-sama saling melangkah masuk ke rumah kosong itu.

"Mama sama papanya Nathan kok masuk ke rumah kosong itu? Mereka ngapain ya di dalam rumah kosong itu? Aku lapor sama Papa aja kalau gitu!" ucap Nabilla dengan polosnya. Tanpa mikir panjang, kemudian dia memutar badannya dan berlari ke rumahnya, berniat untuk memberitahu papa kandungnya. Tamam.

******************************

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sahani
menarik untuk dibaca
goodnovel comment avatar
Sari Isdasari
ini bisa tamat yg benalu knp blom tamat yah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status