Share

Bab 5

Bab 5

Mencoba Menjelaskan

"Mas, maafkan aku, aku bisa menjelaskan semuanya!" ucap Arsilla. Perempuan yang masih setengah telanjang itu, ingin mencoba menjelaskan kepada suaminya. 

Tamam mendorong tubuh istrinya itu, disaat Arsilla berniat ingin mendekat. Dadanya naik turun dan napasnya semakin memburu. 

"Jangan dekat-dekat! Aku jijik sama kamu!" sungut Tamam dengan nada suara yang sangat terdengar kasar di telinga Arsilla. Karena selama ini, dia memang tak pernah di perlakukan seperti itu dengan Tamam. Selama ini Tamam berusaha berkata lembut, berusaha untuk selalu menjaga perasaan istrinya. 

Tapi kali ini Tamam benar-benar murka. Dia benar-benar kecewa yang sangat mendalam. 

"Aoowww ...." lirih Arsilla. Dia kesakitan karena badannya baru saja membentur tembok rumahnya. Tapi Tamam tak perduli. Rasa sakit di hatinya sangatlah kuat. 

"Pakai bajumu! Menjijikkan!" sungut Tamam dengan mata menyalang. Arsilla menggigit bibir bawahnya. Kemudian dia mengamati badannya sendiri.

"Bodoh sekali kamu Arsilla! Ini semua gara-gara Mas Anton! Coba dia tak memaksa untuk ktemya! Arggghh ... sialan!" ucap Arsilla dalam hati. Memaki dirinya sendiri.  

Badannya yang ia rasakan sakit, tetap berusaha beranjak. Ia kemudian melangkah mendekati lemari. Untuk mengambil baju. 

Tamam melangkah kasar, dia keluar dari kamarnya. Ya, Tamam memang menyeret Arsilla sampai masuk ke dalam kamar mereka. 

Amarah Tamam yang benar-benar memuncak, akhirnya area mata ia rasakan memanas. Hingga air mata bergulir tanpa dia sadari. Untuk pertama kalinya ia merasakan sakit hati. 

Ya, Arsilla adalah perempuan yang sudah mencuri hatinya, bisa dibilang cinta pertamanya dan langsung dia nikahi. Tapi kali ini, dia benar-benar terluka karena cinta. Cinta yang dia anggap sebagai cinta suci, cinta pertama dan yang terakhir, ternyata tidak. Terlalu menyakitkan. 

Rasa cinta yang sangat luar biasa ia berikan untuk istrinya, ternyata dibalas sebegitu menyakitkan. Tangannya masih terus mengepal. Itu cara dia untuk mengontrol diri. 

Nabilla yang sudah masuk ke dalam rumahnya, hatinya deg-degan akut. Ada rasa takut yang menjalar di hatinya. Takut kena bentak dan juga takut jika dia melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat. 

Tamam memilih duduk di sofa ruang tamu. Ia tekan dadanya kuat-kuat. Ia terus mengontrol emosinya. Nabilla yang melihat papanya seperti itu, rasa takut semakin ia rasakan. 

Tapi, Nabilla tetap memberanikan diri untuk mendekati papanya. Walau hatinya sebenarnya takut. Tapi dia yakin papanya tak akan kasar dengannya. Karena selama ini, dia tak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari papanya itu. 

"Pa," sapa Nabilla. Karena mendengar suara anak semata wayangnya, Tamam kemudian membuka matanya, karena sempat memejam untuk mengatur diri sendiri. Untuk menenangkan diri dari amarah yang sebenarnya masih berkemelut. 

"Billa ... kamu ke rumah Nenek dulu, ya!" pinta Tamam kepada anaknya. Karena Tamam tak mau, anaknya nanti akan melihat dan mendengar dirinya dan Arsilla adu mulut. Karena keadaan hati sama-sama belum stabil, sama-sama belum tenang. Nabilla memainkan bibirnya. 

"Emm ... tapi, Billa belum sholat," jawab Nabilla dengan mata tak berani memandang papanya. Ia menunduk. Bayangan papanya saat menjambak rambut mamanya, masih menari-nari di benaknya. 

"Astagfirullah ... Papa juga belum sholat, terimakasih ya sudah diingatkan! Yaudah kita sholat bareng dulu, ya! Papa hampir saja lupa," ucap Tamam. Karena pikiran dan hatinya yang berkemelut hebat, hingga dia hampir saja meninggalkan kewajibannya. 

Nabilla kemudian manggut-manggut pelan. Tamam Kemudian beranjak. Mengusap kepala anaknya pelan. 

"Yaudah, kita ambil wudlu dulu, ya!" pinta Tamam. 

"Iya, Pa," balas Nabilla. Tamam menghela napas panjang. Kemudian dia melangkah untuk menuju ke kamar mandi. 

Pun Nabilla dia mengikuti langkah kaki papanya. Juga ikut menuju ke kamar mandi, untuk mengambil wudlu. 

"Kenapa semuanya jadi seperti ini?" ucap Nabilla dalam hati. Ada rasa menyesal karena telah mengadu ke papanya. 

"Awas kamu Nathan! Lihat saja kamu di sekolah! Gara-gara papamu, papaku sampai marah besar pada mamaku!" ucap Nabilla lirih, tapi nada geram yang ia tekankan. 

****************************

"Menjijikkan!" sungut Razmi, seraya menarik tangannya, karena Anton ingin meraihnya. Razmi saat itu juga sudah tak respek lagi dengan lelaki yang masih bergelar suaminya itu. 

"Dek, aku bisa jelaskan semuanya! Tolong dengarkan dulu penjelasanku!" balas Anton. Razmi menyeringai kecut. Pipinya sudah basah dengan air mata, karena rasa sakit di dalam hatinya. 

Dengan kasar Razmi mengusap pipinya itu. Pipinya sembah memerah. Memperlihatkan betapa sakit hatinya. 

"Apa yang mau kamu jelaskan? Semuanya sudah jelas. Kamu cukup membuatku malu di depan semua orang! Aku malu! Kamu juga mempermalukan keluargaku!" sungut Razmi dengan mata menyalang murka. 

Anton tetap masih berusaha meraih tangan istrinya. Tapi Razmi kekeuh menolak. Tak sudi tangannya di sentuh lelaki yang masih sah suaminya itu. 

"Jangan sentuh aku! Kamu itu menjijikkan! Aku jijik sama kamu!" sungut Razmi. Tapi Anton masih tetap ingin meraih. Razmi terus menolak, agar tak tersentuh tangan Anton. Lelaki yang dulu sangat dia hormati, detik ini Razmi hilang rasa hormat ke suaminya itu. 

"Semua tak sesuai dengan apa yang kamu lihat, dengarkan dulu penjelasanku!" ucap Anton. Razmi semakin menyeringai kecut. 

"Hah? Bisa-bisanya kamu ngomong seperti itu? Kamu tak malu? Hah? Lalu tadi apa yang semua orang lihat? Hah?" balas Razmi dengan mata menyalang murka. 

"Tapi ...."

"Alasan beli rokok ternyata ... masih ingat kamu sebelum keluar dari rumah ini, kamu sempat menyalahkan aku, karena aku tak perhatian dengan rokokmu yang habis. Luar biasa ... aku tak mengira kalau lelaki yang selama ini selalu aku banggakan, ternyata seperti itu kelakuannya. Benar-benar menjijikkan!" Potong Razmi. Anton mengusap kasar wajahnya. 

"Aku di sini menunggumu untuk sholat Magrib, eh, kamu malah asyik berzina, terus kalau tak ketahuan, apa kamu akan mandi junub? Jelas tidak kan? Jelas kamu takut aku curiga? Lalu apakah kamu akan mengimami sholatku dalam keadaan kotor menjijikkan? Hah?" sungut Razmi lagi. Belum puas dia meluapkan uneg-uneg di dalam hatinya. 

"Tenang dulu! Biar aku ...."

"Stop! Aku pikir kamu lelaki yang tahu agama, tahu dosa, ternyata aku salah menilaimu!" potong Razmi lagi. Sengaja tak membiarkan Anton untuk menjelaskan. Karena hatinya sudah terlanjur sakit. 

"Aku bisa menjelaskan semuanya, tolong kasih waktu aku sedikit saja untuk menjelaskan!" pinta Anton masih berusaha menarik hati istrinya. Razmi menarik kuat napasnya. Ia hembuskan dengan kasar. Berharap rasa sesak di dalam dada bisa sedikit berkurang. 

"Ok aku kasih waktu kamu 5 detik! Cepat jelaskan!" balas Razmi. 

"Hah? Lima detik?" Anton mengulang kata itu. 

"Satu."

"Nggak bisa ...."

"Dua."

"Dek ...."

"Tiga."

Anton semakin gelagapan rasanya. Karena Razmi memang benar-benar menghitungnya. 

"Empat."

"Bukan seperti ini caranya!"

"Lima. Silahkan keluar dari rumahku. Ingat ini rumahku. Orang tuaku yang membelikan rumah ini. Kamu hanya numpang tinggal di rumahku. Dasar hama nggak tahu malu!" ucap Razmi mengambil keputusan.

Mendengar keputusan Razmi, Anton hanya bisa menganga. Ia usap wajahnya dengan kasar. 

"Nggak bisa gitu dong!"

"Pergi! Aku tak mau rumahku ini ditempati orang berzina seperti kamu!" tegas Razmi dengan telunjuk menunjuk ke arah pintu. Itu artinya sudah tak ada kata maaf lagi. 

Cukup membuat Anton menganga. 

"Sialan! Kok bisa sih sampai ketahuan? Terus aku mau ke mana sekarang?" ucap Anton dalam hati. Bingung. 

************************************

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
berzina dirumah org
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
rasain jangan di kasih kesempatan razmi anton ,suruh minggat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status