Share

Bab 8

Bab 8

Bisik-bisik Tetangga

"Aku harus cari cara! Ayo dong mikir! Aku nggak mau kalau sampai digugat cerai sama Razmi. Mau tinggal di mana aku?" ucap Anton dalam hati. Hati dan pikirannya sudah benar-benar resah. 

Mereka sudah menuju ke Balai Desa dengan mengendarai motor. Razmi sudah tak mau di bonceng oleh Anton. Dia benar-benar merasa jijik dengan lelaki yang masih bergelar suaminya itu. Lagian Razmi pun tahu kalau lelakinya itu belum mandi besar. Sekarang langsung menuju ke Balai Desa. Rasa perselingkuhan masih benar-benar ia rasakan. Sakit hatinya semakin dalam ia rasakan. 

Selama dalam perjalanan, Anton terus mencerna. Berusaha mencari jalan keluar. Masih memikirkan bagaimana caranya untuk bisa membuat semua percaya dengan apa yang akan dia katakan nanti. 

"Aku harus bisa membuat semua orang percaya padaku. Biar semua orang menyalahkan Arsilla saja. Aku tak mau kalau sampai di gugat cerai sama Razmi. Bisa jadi gembel aku pisah dari Razmi. Mau tinggal di mana aku? Selama ini aku kerja juga dari hasil warisan keluarga Razmi. Kalau aku keluar dari hidup Razmi, hidupku benar-bener melarat. Jadi mending Arsilla saja yang aku manfaatkan. Maafkan aku Arsilla! Aku tak sungguh-sungguh mencintaimu. Yang aku cintai hanya Razmi. Aku pun tak mau kembali jadi kere lagi!" tapi Anton dalam hati. Dia sudah mulai menyusun rencana. 

Selama dalam perjalanan, dia menang terus memikirkan mana yang terbaik untuk dirinya yang utama. Kalau dirinya selamat, jelas semua keluarganya otomatis akan selamat dari jatuhnya nama baik.

*************************

"Selingkuh kok nggak modal!" ucap Mak Warti tetangga satu lorong Arsilla dan Anton. 

"Iya, kalau aku diajak selingkuh kayak gitu, ogah. Ngajak selingkuh kok di rumah kosong!" jawab Mak Nur.

"Heh ... paling enak selingkuh di rumah kosong gitu, kan banyak hantu yang jagain, hi hi hi," sahut Bu War seraya tertawa nyengir. 

"Hush! Ngomong opo?" balas Mak Jum, berusaha nengahi. Agar gosip tak terlalu ke mana-mana. 

"Bikin rusak nama desa kita aja!" Mak Warti menanggapi lagi. Belum puas dan kurang suka kalau Mak Jum ikut bicara. Karena menurutnya terlalu sok alim. 

"Iya. Malu-maluin!" balas Mak Nur yang sebelas dua belas dengan Mak War. 

"Iya, malu-maluin memang, padahal kayak si Arsilla itu, lakinya kurang apa coba? Udah ganteng, pekerja keras, nggak pernah kasar sama dia. Eh, sekali kasar ngeri juga ya!?" balas Mas Warti. 

"Seret dengan pepaya gundal-gandul untuk tontonan umum," balas Mak Nur penuh antusias. 

"Kalau gitu berarti ya kurang, makanya selingkuh," balas Mak Jum. Padahal tadi niatnya ingin menengahi, akhirnya ikut ghibah juga. 

"Lha, iya, kurang apa?" balas Mak Warti. 

"Ya mungkin si pusakanya kurang kenceng nyungsepnya!" balas Mak Nur. Yang mendengarnya hanya bisa nyengir nggak jelas. Berusaha polos tapi sebenarnya semua paham. 

"Kalau kurang nyungsep ya nggak jadi Nabilla!" balas Bu War. 

"Emm ... mungkin kurang perkasa, hi hi hi," balas Mak Nur. 

"Emm, kalau aku diajak selingkuh gratisan kayak gitu ya ogah!" balas Mak Warti. 

"Heh, lagian nggak ada yang ngajak kamu selingkuh Mak Warti, hi hi hi!" ledek Mak Nur. 

"Iya memang."

"Ha ha ha ha."

Gosip warga semakin menjadi-jadi. Benar-benar menjadi perbincangan hangat. Karena memang sekarang lagi booming masalah pepaya yang terang-terangan jelas, tanpa tutup apa pun. 

Arsilla, Tamam dan keluarganya mendengar. Mereka tak bisa diam. Dengar bisik-bisik orang yang ikut datang ke balai desa, tapi mau marah juga tak ada gunanya. Mau marah justru nama dia semakin jelek. Itu yang mereka pikirkan. 

Arsilla hanya bisa menunduk. Dia terus memainkan jemarinya. Berkali-kali dia menghela napas panjang. Dia datang ke Balai Desa dengan menggunakan masker. Untuk sedikit menutupi rasa malu. 

Pun Tamam, dia datang juga menggunakan masker. Tetap ada rasa malu yang menyelinap di dalam relung hatinya. 

Orang tua Arsilla hanya bisa diam. Tak banyak bicara. Yang ada hanya menahan rasa malu. Sungguh ia sangat merasakan malu yang luar biasa. 

"Ibu rasanya nggak sanggup ada di sini, Pak!" ucap ibunya Arsilla, namanya Ibu Hasanah. Bisa di panggil Bu Ana.

Bapaknya Arsilla menghela napas panjang. Ia pun merasakan hal yang sama. Dia malu juga. Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang. Mau pulang di dalam relung hatinya yang paling dalam, dia juga tak bisa meninggalkan anaknya begitu saja, terlepas salah atau tidak. Mau bagaimana pun anak, dia tetap tak tega untuk meninggalkan Arsilla sendirian. 

Bapaknya Arsilla bernama Pak Waluyo. Biasa di panggil Pak Luyo. 

"Bapak juga malu, Bu, tapi yang namanya anak harus gimana lagi?" jawab Pak Luyo. Bu Anna menghela napas panjang. Dia paham maksud suaminya. Tapi dia memang malu merasakan saat-saat ini. Seolah sudah tak tahan lagi. Seolah sudah tak kuasa ada diantara warga yang saling bergantian membahas masalah anaknya. 

"Ibu ingin pulang saja," ucap Bu Anna. Dia benar-benar merasa sudah tak kuat mental. Telinga, hati dan pikiran sudah benar-benar ia rasakan panas. 

"Bu, sabar! Ingat ini masalah anak kita!" balas Pak Luyo. Bu Anna menghela napas panjang. Terus berusaha untuk menenangkan diri sendiri. 

"Ya Allah ... aku sebenernya sangat malu. Walau bukan aku yang melakukan zina perselingkuhan itu, tapi aku sangat malu," ucap Tamam dalam hati. Karena memang itu yang ia rasakan sekarang. 

Tamam melirik ke arah istrinya. Arsilla masih menundukan pandang, dengan sepuluh jemari yang saling bertautan. 

Arsilla memang tak berani menatap banyaknya orang yang datang di balai desa. Karena akibat di seret sama suaminya, dia merasa semua orang yang ada di sekitarnya sekarang, seolah sudah melihat pepayanya. 

Sedangkan Nabilla, memang sengaja tak diijinkan untuk datang ke Balai Desa. Tamam yang meminta, karena Demi kebaikan Nabilla. 

"Mas Tamam benar-benar keterlaluan! Coba dia bisa menahan murkanya, aku pasti tak semalu ini! Bisa-bisanya dia menyeretku di saat aku masih belum memakai baju, mungkin dia sengaja! Ia aku yakin dia sangaja! Sengaja membuatku malu! Sialan dia!" ucap Arsilla dalam hati. Dia kesal dengan suaminya. Kesal dengan keadaan ini, kesal dengan semuanya. 

Keadaan Balai Desa memang sangat ramai. Kabar dari mulut ke mulut, menyebar dengan begitu cepatnya. 

"Mana lah si Anton ini. Lama banget datang ke sidang. Giliran suruh datang ke rumah kosong, sat set, bahkan sampai nggak sabar nunggu habis Magrib!" celetuk salah satu warga. 

Bu Ana meremas baju dadanya. Mendengar ucapan para tetangga seperti itu, apalagi ucapan yang langsung ia dengar, cukup memporak porandakan hatinya. 

"Astagfirullah! Astagfirullah! Astagfirullah!" ucap Bu Anna lirih. Terus istighfar berharap hatinya bisa tenang sedikit saja. Karena dia sudah tak berani menatap wajah para tetangga yang ikut hadir di balai desa ini. 

"Nah ... itu dia Anton dan keluarganya!" teriak salah atau warga. Akhirnya semua mata mengarah ke arah pintu masuk. Benar saja Anton dan keluar dari pihak Razmi datang untuk memenuhi panggilan dari Pak RT. 

Arsilla dengan pelan menoleh ke arah Anton. Matanya menyalang murka. Ekspresinya licik ia lemparkan. Melihat Anton dia mulai membenci. 

"Ini semua gara-gara kamu. Coba kamu tak mengajakku ketemuan! Pasti sekarang masih aman-aman saja, masih baik-baik saja! Maafkan aku Anton! Aku tak mau sampai cerai dengan Mas Tamam. Maaf jika aku harus manfaatkan kamu! Di sini kamu akan aku buat bersalah! Kamu yang harus menanggung semua ini. Karena memang kamu yang sebenarnya bersalah!" ucap Arsilla dalam hati. Dia juga sudah mulai menyusun rencana. Dadanya naik turun, sesuai dengan napasnya yang memburu. 

Jadi kita lihat saja ya? Rencana siapa yang akan berhasil? Pokoknya ikuti terus kisah ini. Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya. Terimakasih. 

*******************************

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arda Yuswantoro
cerita penuh intrik bikin penasaran endingnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status