Erika sedang menyusuri mal bersama pria hidung belang. Mereka berhenti di depan toko tas branded. Sebuah tas berwarna merah darah menjadi tujuan Erika.
Bujuk rayu dan senyuman manis Erika menggoda lelaki di sebelahnya. Berulang ia memandang diri di cermin sambil menggunakan tas pilihannya itu. Senyuman lelaki yang bersama Erika menandakan setuju dengan pilihannya.
Lalu, mereka menuju kasir dan membayarnya. Tentu, hal itu membuat Erika tersenyum lebar dan bermanjaan di bahu sambil melingkarkan tangan di lengan lelaki yang lebih cocok menjadi ayahnya.
Erika kembali ke jalan suram. Bukan untuk memuaskan nafsu. Melainkan mengumpulkan uang. Ada rencana besar yang sedang ia susun untuk merebut Jojo. Ia harus maksimal menggunakan jalur akal sehat selain menempuh bantuan
Jojo tak mau lepas dari Sari. Seolah waktu semalam kurang untuk memadu rindu. Ia tak henti memeluk tubuh istrinya. Sari yang belum terbiasa merasa malu, selalu meminta Jojo untuk melepaskan tubuhnya.Di mata Sari, sekarang Jojo sangat berbeda dengan lelaki yang ia kenal sebagai sahabatnya. Sahabatnya dulu adalah lelaki dewasa yang berwibawa. Namun, kini ia tampak seperti anak kecil yang tidak mau lepas dari induknya. Sekadar memeluk atau bersandar pada bahu wanita itu.Bahkan sesekali mencium mesra bagian tubuh Sari. Menyusurinya penuh gairah. Apakah seperti ini aktivitas pengantin baru? Entah, wanita yang tidak pernah mengalami hubungan jauh dengan lawan jenisnya tidak mengetahui itu. Dalam hati hanya mampu menerka dan bertanya, apakah boleh menolak?"Mas,
Meski tanya itu masih mengganggu, Jojo mencoba tidak menunjukkan pada Sari gelisahnya. Ia pun percaya pada Erika bahwa gadis itu tidak akan kembali. Mungkin sekarang ia telah bertemu dengan lelaki lain. Kalau pun, Erika kembali dan memintanya, Jojo berjanji pada diri sendiri untuk menolak.Ia telah berkomitmen menikah dengan Sari. Tidak akan mengulang kesalahan yang sama."Mas, yang mana?" tanya Sari."Hah? Hmmm…."Jojo yang sedang melamun, kaget."Romantis atau action?" tanya Sari lagi.
"Maksud kamu apa, peluk-peluk lelaki lain di hadapanku?"Mata Sari membulat. Ia menarik bibirnya sedikit. Saat ingin menyentuh tangan Jojo, suaminya itu menarik tangan. Lalu mengalihkan pandangan."Ya ampun, kamu cemburu, Mas?" Jojo tidak menjawab. "Dia itu teman aku, dan tidak perlu cemburu padanya karena dia lelaki tak normal. Maksud aku, tidak menyukai wanita."Jojo terkejut. Ia baru sadar, mengapa tadi lelaki itu menjabat tangannya lama. Lalu, senyum dan tatapan mata yang berbeda. Jojo langsung menatap istrinya lagi."Beneran?" Sari mengangguk. "Meskipun dia tidak normal, kamu tetap tidak boleh memeluknya. Tetap saja kamu berdosa karena bersentuhan dengan lawan jenis."
Pemandangan dari balik kaca bis yang semula gedung-gedung tinggi bertingkat sudah berubah. Sejauh mata memandang hamparan pohon padi. Mentari pun mulai timbul dari ufuk timur.Jojo mencium punggung tangan Sari. Sambil tersenyum, mengetahui istrinya sudah bangun."Sudah di mana, Mas?""Jogja."Sari membuka matanya lebih lebar. Memandang sekitar."Sedikit lagi sampai," ucap Jojo.Tak sampai tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di rumah nenek Sari. Masing-masing orang menurunkan barang bawaannya. Lalu, ayah Sari dibantu oleh adiknya mengantarkan rombongan ke rumah kosong yang
Pikiran buruk merasuk, mulai mengganggu hati Sari yang telah berusaha melupakan dan mengikhlaskan kenangan pahit yang lalu. Akan tetapi, mengapa kini mengusik lagi? Apakah ini sebuah pertanda buruk?Sari terdiam dalam lamunan, duduk di pinggir ranjang. Sebuah bisikan mengusik, apakah Jojo hanya berpura-pura mencintainya? Lamunan itu buyar kalau suara kunci terbuka dari luar terdengar. Segera Sari beranjak dari ranjang, berjalan ke arah pintu dan mendapati Jojo yang muncul dari baliknya.Jojo tampak terkejut kehadiran Sari tanpa kata yang telah berdiri tepat di depannya."Astaga!" seru Jojo. Lelaki itu tersenyum, di balik sesuatu yang tersembunyi."Kamu dari mana, Mas?" selidik Sari.
"Iya, aku kembali minta maaf sama kamu untuk yang kesekian kalinya. Jabatan itu telah berubah empat bulan lalu. Aku tidak memberitahumu justru Erika yang tahu." Sari menghela napas panjang dan membuangnya kasar setelah mendengar penjelasan Jojo."Apa ada lagi yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Sari.Kini amarah terasa memudar, mau bagaimana lagi? Semua telah terjadi. Hanya membuang waktu untuk protes masalah ini ke Jojo. Belum sempat Jojo menjawab, seorang pelayan datang menyajikan makanan. Membuat mereka menghentikan percakapan."Makan dulu, yuk?" ucap Jojo. Namun, apakah bisa Sari makan dengan tenang jika tanya itu belum terjawab dan mengusiknya?Ingin protes, meminta jawaban tetapi Sar
"Maaf tidak bisa menahan tawa. Wajahmu sangat lucu saat sedang curiga."Jojo berbicara sambil menahan tawa lagi. Wanita mana yang tidak curiga jika pernah dibohongi? Wajar bukan sikap yang Sari lakukan? Terlebih masih ada hal yang belum Jojo ceritakan.Tawa Jojo membuat Sari semakin kesal. Tidak nyaman. Apakah lelaki itu kini menunjukkan sikap aslinya yang hanya ingin mempermainkan pernikahan mereka?"Cepat, Mas. Jangan membuatku geram.""Oke." Jojo berhenti tertawa. "Aku tadi hanya ke resepsionis, Ndok. Meminta tolong untuk mempersiapkan kejutan ini. Serta memberi mereka tip karena telah bekerja keras memberi pelayanan baik dan membuat kamu sangat senang dengan kejutan bunga di kamar."
Sari mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruang. Meyakinkan bahwa semua barang bawaan mereka telah rapi, masuk ke dalam koper. Siang ini, mereka akan pulang ke rumah Jojo."Sudah semua, Ndok?" Sari mengangguk. Jojo pun segera membantunya membawakan barang-barang ke lobi.Setibanya di lobi, Jojo antri untuk melakukan check-out sedangkan Sari izin membeli bakpia di toko seberang hotel.Perempuan itu keluar hotel. Saat ingin menyeberang jalan. Dua orang wanita yang sedang berjalan berhadapan dengannya seperti tidak asing. Hingga Sari menghentikan langkah, memandang meyakinkan."Balik lagi deh, lu sih!" ucap s