Share

Cinderella Milik CEO
Cinderella Milik CEO
Penulis: Queen Tere

Bab 1. Pria yang Memberikan Blazer

Di kediaman keluarga Guez, terjadi kekacauan. Seorang pria tampan berjas hitam dengan beberapa bodyguard dan salah seorang asistennya yang berjas putih datang ke kediaman keluarga Guez untuk menagih hutang.

"Adi, hutangmu lima ratus ribu dollar dan bunganya seribu dollar kapan kamu bayar? Sudah satu tahun kamu berhutang tapi kamu baru mencicil lima puluh ribu dollar," ujar Liam sang asisten.

"Maaf Tuan Ares dan Tuan Liam, saya benar-benar sedang dalam keadaan susah. Kami tidak punya uang untuk membayarnya," ucap Adi bersimpuh dan memohon.

"Tidak punya uang? Kalau begitu bayar pakai nyawamu saja, ya?" Pria yang dipanggil Tuan Ares itu bertanya dengan seringainya.

"Ampun Tuan Ares. Kalau anda mau, anda bisa menikahi salah satu anak gadis saya," ujar Adi.

Saras-istri Adi sontak melotot. "Kamu gila mau bayar hutang pakai anak kita?" sentak Saras.

Bertepatan dengan itu, terdengar suara motor terparkir di halaman rumah diselingi canda tawa beberapa gadis.

"Ayah Ibu, kami pulang," ujar Angel dan Lia secara bersamaan.

"Lho ada apa ini Ibu? Kenapa banyak orang?" tanya Angel.

"Sudah sana kamu masuk saja, mana Ella?" tanya Saras.

"Biasa Bu, harus jalan kaki sebelum ke rumah. Jadi mungkin sekarang dia lagi panas-panasan di jalan." Angel tertawa setelah mengucapkan kalimat itu.

"Ya sudah sana cepat masuk!" titah Saras

Angel dan Lia pun masuk ke dalam hingga tak terlihat lagi oleh orang-orang di ruang tamu.

"Itu anak-anak kamu?" tanya Ares.

"I-iya Tuan," jawab Adi.

Ares mengangguk-angguk. "Ada yang lain?" tanyanya.

Adi dan Saras saling pandang, ingin berbohong tentang Ella tapi mereka takut jika suatu saat Ares mengetahuinya malah membuat mereka celaka.

"Ada," jawab Adi.

Di luar rumah terdengar suara langkah kaki yang kian mendekat. Rupanya itu adalah Ella yang baru pulang sekolah.

"Jadi bagaimana Adi?" tanya Liam.

Belum sempat Adi menjawab, Ella terlebih dahulu memasuki rumah yang membuat semua perhatian mengarah padanya. "Aku pulang," ucap Ella.

Ella menatap orang-orang asing di ruang tamu itu hingga tatapannya berhenti pada seorang pria berjas hitam yang juga menatapnya. Pria itu adalah pria yang memberikan blazer kepada Ella tadi pagi.

Flashback on

Hari ini jalanan becek dan banyak genangan air karena semalam hujan deras. Baru setengah jalan Ella berlari, motor yang dinaiki kedua kakaknya melaju kencang tepat di sampingnya hingga menyemburkan air ke seragam Ella. Terdengar tawa kencang dari mereka seolah berhasil mendapatkan lelucon.

Ella rasanya ingin menangis, bagaimana bisa ia ke sekolah dengan kondisi seragam seperti ini? Ella celingukan untuk melihat apa yang bisa membantunya. Biasanya Ella membawa cardigan di dalam ranselnya. Tapi hari ini ia lupa membawanya karena Ella habis mencucinya kemarin.

Ella melihat seorang pria berkacamata hitam sedang bersandar di sebuah mobil sport. Tidak ada lagi orang lain di sini. Ella memberanikan diri mendekati pria itu.

"Permisi Tuan, apakah anda punya jaket?" tanya Ella kepada pria itu.

Pria itu memandang Ella cukup lama hingga membuat Ella kikuk. Kemudian pria itu melepas kacamatanya.

"Bisa kamu ulangi pertanyaanmu?" ucap pria itu.

"A-apakah anda pu-punya jaket?" tanya Ella terbata-bata karena pria itu menatapnya cukup intens.

Ella tersadar, ia tak punya banyak waktu lagi. Mungkin sekarang waktunya tinggal beberapa menit lagi. Ya Tuhan, kirimkan lah bantuan untuk Ella.

"Tolong Tuan, saya hari ini ada ujian kenaikan kelas. Dan seragam saya terciprat genangan air karena ada kendaraan yang lewat asal-asalan. Tolong berikan saya jaket atau apapun itu yang bisa menutupi seragam saya yang basah." Ella memohon.

Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya. "Ini saya punya blazer yang rencananya saya hadiahkan untuk pacar saya. Tapi karena kamu butuh, saya berikan untuk kamu." Pria itu mengambil sebuah paper bag dengan logo branded ternama di dunia dan menyerahkannya kepada Ella.

"Terimakasih Tuan, semoga Tuhan membalas kebaikan anda," ucap Ella seraya membungkuk.

Ella tak punya banyak waktu lagi. Setelah ia pamit kepada pria itu, Ella segera berlari dan memakai blazer berwarna putih itu. Ia membuang paper bag itu asal-asalan. Ella tak tahu apa logo yang tertera di paper bag itu. Yang ia tahu, blazer tersebut sama seperti blazer lain. Soal kantong tidak mempengaruhi pakaian. Sungguh gadis yang polos dan tak tahu dunia luar.

Flashback off

"Apakah itu anakmu?" tanya Ares seraya menunjuk Ella.

"Iya Tuan," jawab Adi.

"Saya akan nikahi dia maka semua hutangmu lunas." Ucapan Ares membuat semua orang di ruang tamu terkejut.

Ella terkesiap, ia sampai membulatkan mulutnya karena ia ingin bicara tetapi mulutnya seperti tertahan sesuatu. Kemudian Ares membisikkan sesuatu kepada Liam hingga Liam menganggukkan kepalanya.

"Kami pamit dulu, nanti kami hubungi lagi," ucap Liam.

Ares dan rombongannya pergi, tapi sebelum Ares benar-benar keluar dari rumah, Ares mengedipkan sebelah matanya kepada Ella yang semakin memporak-porandakan perasaan Ella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status