Setelah puas berdansa, Ares mengajak Ella makan di meja makan khusus pasangan. Di atas meja, terdapat satu botol wine untuk Ares dan jus mangga untuk Ella. Mereka berdua menikmati steak ayam sebagai menu utama makanan mereka."Bagaimana rasanya, enak?" tanya Ares."Enak sekali, aku belum pernah makan ini," jawab Ella.Tiba-tiba Ella kepikiran sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tuan, aku ingin bertanya kepadamu. Bukankah waktu kamu memberikan aku blazer itu kau bilang bahwa itu untuk pacarmu?"Tiba-tiba raut wajah Ares menjadi dingin seolah pertanyaan yang Ella tanyakan adalah pertanyaan yang mengganggu. "Iya, dulunya aku memang punya pacar tapi sudah putus satu tahun lalu karena dia sudah menikah dengan pria kaya raya yang menurutnya lebih kaya dariku. Aku memutuskan untuk menyimpan blazer itu untuk aku berikan kepada wanita yang bisa menggantikan posisinya. Lalu saat aku bertemu kamu, aku berubah pikiran dan memilih untuk memberikan blazer itu kepadamu karena kamu butuh. Tapi tak k
"Kamu pasti terkenal sekali sampai ditampilkan di televisi. Ah, aku jadi takut karena wajahku tadi terpampang jelas di layar tv," ujar Ella setelah melihat berita yang juga menampilkan foto Ella sedang dirangkul oleh Ares."Kamu tenang saja, aku akan cari tahu siapa yang sudah menyebarkannya," ucap Ares."Agar kamu terhibur, mau lihat ikan?" tanya Ares.Ella mengernyit. "Ikan? Dimana?" tanyanya."Ayo aku tunjukkan," ajak Ares seraya menggandeng tangan Ella.Ares membawa Ella ke sebuah ruangan di dalam kamar yang mereka tempati. Ella terkagum-kagum dengan isi ruangan itu. Ruangan yang menampilkan beberapa akuarium dengan berbagai ukuran. Dindingnya dicat dengan gambar lautan beserta isinya. Di ruangan itu ada dua kursi dan sebuah meja berbahan rotan."Bagaimana, kamu suka?" tanya Ares seraya mendudukkan dirinya di salah satu kursi."Suka sekali," sahut Ella."Wow ada clown fish," celetuk Ella saat melihat puluhan clown fish di sebuah akuarium yang lumayan besar.Ella menempelkan kedua
Rayhan sedang termenung seraya menikmati angin sore. Ia sedang duduk di kursi yang ada di balkon, tangannya memegang segelas coklat panas kesukaannya. 'Rayhan, apakah kamu membeli novel baru lagi. Aku ingin meminjamnya.''Terima kasih Rayhan sudah mengajarkan aku materi ini, tadi kakakku menyuruhku mengerjakan tugasnya yang berkaitan dengan materi ini, tapi aku belum begitu paham.''Rayhan, terimakasih kamu sudah mau meminjamkan aku novel milikmu hampir setiap hari, hari-hariku menjadi lebih berwarna.''Kamu adalah teman terbaikku, padahal kamu adalah orang paling kaya di sekolah. Tapi kamu adalah orang paling baik yang pernah aku temui.''Tidak mungkin kamu menyukaiku, kamu pasti punya kenalan gadis yang lebih cantik dan kaya dariku. Jangan buang-buang waktumu untuk berpacaran denganku Rayhan.''Rayhan, terimakasih sudah mengantarkan aku pulang. Aku punya bunga anggrek bulan untukmu. Ini kudapatkan dari toko bunga tempat aku bekerja, bosku memberiku bonus bunga ini. Dan kini aku mem
Beberapa hari telah berlalu, Ares dan Ella sudah kembali ke mansion milik Ares. "Nyonya Ella ingin makan apa?" tanya salah seorang pelayan seraya menunduk hormat."Ah, tidak usah memanggilku nyonya. Panggil Ella saja," ucap Ella."Maaf, saya tidak bisa melakukannya Nyonya. Nanti Tuan Ares marah jika mengetahui saya memanggil anda menggunakan nama," balas si pelayan."Bagaimana kalau memanggil saya dengan sebutan nona saja? Intinya jangan panggil nyonya, panggil nona saja kalau Tuan Ares marah nanti aku yang akan bilang padanya," ucap Ella."Baik Nona Ella, anda ingin makan apa?" "Terserah saja," sahut Ella."Baik saya permisi."Setelah si pelayan pergi, Ares datang ke ruang makan dengan pakaian yang sudah rapi."Bukankah hari ini jadwal kamu ke sekolah?" tanya Ares seraya mendudukkan dirinya di kursi."Aku tahu, tapi aku tidak ingin mengundang pikiran aneh para pekerja di sini jika mereka melihat aku mengenakan seragam SMA," sahut Ella."Bilang saja padaku jika salah satu dari merek
"Kemana ponselmu, Ella?" tanya Ares."Ponselku dirampas temanku, coba kamu hubungi nomornya," ucap Ella."Dirampas? Bagaimana bisa? Katakan siapa yang telah merampasnya," ucap Ares marah."Nadine Laura Zeint," sahut Ella."Zeint? Keluarga yang mengajak kerjasama denganku kemarin. Tapi soal ponselmu, sebenarnya itu sudah aku connect ke ponselku. Maka dari itu aku bingung ketika melihat posisi ponselmu yang jauh sedangkan kamu disini. Ponselmu biar aku yang urus, kamu tenang saja," ujar Ares.Ella hanya tersenyum menanggapi perkataan Ares. Salahkan Nadine, kenapa wanita itu mengganggu Ella. Sekarang lihat bagaimana Tuan Ares Roy Mason akan bertindak.•••"Bagaimana ini, tagihan listrik belum dibayar tapi uang ibu malah dihabiskan oleh ayah kalian untuk berjudi dan meminum minuman keras," gerutu Saras.Sedangkan Angel dan Lia hanya diam di ruang makan seraya menyantap makan siang mereka."Ayah kalian selalu saja membuat ibu emosi. Anak pungut itu juga tidak pernah memberi uang kepada ibu
Ares membelikan ponsel baru kepada Ella yang sama dengan yang dulu. Kabar mengenai Nadine, gadis itu di skors selama satu minggu. Sebenarnya pihak sekolah bisa saja menganggap masalah ini selesai. Namun mengingat siapa yang melaporkan kasus ini dan siapa yang mendukung pihak korban yaitu Rayhan Roy Mason, mereka pun lebih memilih mengikuti Rayhan yang memiliki kasta diatas Nadine.Ares, Rayhan dan Ella saat ini sedang berada di restoran milik Ares untuk merayakan kelulusan Rayhan yang mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Ares menyuruh Rayhan membawa kekasihnya. Rayhan pun membawa Livia ke acara makan malam itu.Livia sebenarnya adalah gadis pindahan yang berasal dari Amerika lalu pindah kesini karena mengikuti orang tuanya. Orang tuanya sendiri memiliki pabrik susu kemasan yang diperuntukkan mulai dari bayi hingga orang tua. Ada yang berupa susu bubuk maupun cair dan sudah mengedarkan produknya ke dua puluh negara."Kamu memang pintar memilih gadis, Kakak merestui kalian dan semo
Waktu sore hari Ella habiskan untuk duduk di balkon dengan ditemani segelas susu coklat. Seraya merenungkan langkah apa yang akan Ella ambil kedepannya. Kebenaran yang dia dengar dari mulut kakaknya tadi siang membuat pikiran Ella terkuras untuk memikirkannya. Maka dari itu Ella butuh menenangkan dirinya di sini.Setelah sekian lama melamun, Ella mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dan jarinya mengetikkan sesuatu di internet. Raymond Samudra, investor dan pengusaha trading yang kaya raya. Ella mengamati setiap informasi orang itu. Benarkah pria itu adalah ayah Ella? Dadanya sesak ketika melihat mata emas milik Raymond. Mata itu… sama persis dengan mata Ella. Kulit Raymond yang putih bersih juga sama persis dengan milik Ella. Ditambah hidung mereka yang sama-sama mancung. Mereka berdua memang mirip atau bahkan sangat mirip.Ella tidak melihat satu informasi pun yang menunjukkan bahwa Raymond sudah menikah. Jari Ella memencet satu artikel yang memuat kisah perjalanan cinta
Di bawah langit malam, Ella dan Ares duduk berdua di taman kota seraya memakan kentang goreng. Mereka sedang melakukan kencan, hal yang sudah lama Ares tak rasakan setelah putus dengan Helena. Ada sensasi baru yang ia rasakan karena selama ini dia selalu berkencan dengan gadis seumuran. Sedangkan gadis yang menikah dengannya adalah gadis yang berumur hampir setengah dari umur Ares."Ella aku ingin bertanya kepadamu, kamu sebelumnya tidak pernah berpacaran?" tanya Ares.Ella mengurungkan niatnya yang ingin memasukan kentang goreng ke dalam mulutnya. Ella menatap Ares yang juga sedang menatapnya."Kenapa kamu menanyakan itu?" tanya Ella pelan."Kamu istriku jadi aku wajar menanyakan itu, aku memang hampir tahu segala hal tentang dirimu. Namun ada salah satu hal yang tidak ku ketahui, apakah kamu pernah berpacaran?" tanya Ares.Cukup lama Ella terdiam hingga dia mengatakan sesuatu dengan lirih, "Tidak."Ares mengangguk-angguk dan lanjut memakan kentang gorengnya. "Kata Liam kamu pernah d