Share

Bab 3. Secercah Kebenaran

Tak terasa, Ella sudah melewati ujian kenaikan kelas hari terakhir. Ella saat ini sedang menaiki sepeda listrik dari toko bunga untuk mengantarkan bunga ke perumahan paling elite di kota Kaleya. Perumahan tersebut terletak di tengah kota. Kota Kaleya adalah kota yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil. 

Terik matahari membuat kulit Ella memerah. Namun Ella selalu menggunakan sunscreen setiap hari. Karena jika Ella tidak menggunakan sunscreen, maka kulitnya akan sangat merah disertai rasa panas dan gatal. 

Saat ini Ella sedang berhenti di lampu merah, sangat terlihat jomplang ketika sepeda listrik yang dinaiki Ella berada di tengah-tengah mobil-mobil mewah yang berjejer memenuhi jalan. Tiba-tiba ada yang membunyikan klakson mobil di samping kiri Ella. Saat Ella menengok ke kiri, terlihat teman-teman Angel menyembulkan kepalanya ke jendela mobil yang terbuka. Di jok belakang ada kedua kakaknya yang sedang duduk. Lalu di bagian depan ada teman-teman kakaknya.

"Kasihan kamu kepanasan, mau numpang tidak? Tapi di bagasi belakang hahahaha," celetuk Nadine-Ketua geng mereka yang disusul tawa-tawa gadis lain.

Ella ingat, Nadine adalah salah satu gadis penggemar berat Rayhan. Ia selalu iri ketika Ella dekat dengan Rayhan. Maklum, Rayhan adalah laki-laki terkaya dan tertampan di sekolah. Siapa yang tak kenal marga Mason? Ares Roy Mason adalah pengusaha tajir melintir dengan kekayaan bersih senilai 75 miliar dollar. Dan Rayhan Roy Mason adalah adik kandung Ares.

Ella sempat menatap Angel, gadis itu tertawa ketika mendengar Ella di ejek. Seakan-akan Ella ini bukan adiknya, memang Angel melarang Ella untuk memberitahu siapapun di sekolah bahwa Ella adalah adik kandung mereka.

"Bunga untuk siapa itu? Sini aku beli seharga sepuluh dollar. Kamu pasti butuh uang ya?" ujar Nadine.

"Tidak perlu, terimakasih. Ini adalah bunga pesanan pelanggan," sahut Ella.

"Sombong banget, di kasih harga sepuluh dollar ditolak. Emang pikiran orang miskin beda ya, pantesan hidupmu tidak maju-maju," celetuk Nadine yang kembali mengundang tawa gadis lainnya.

Ella tak menjawab perkataan mereka karena lampu hijau menyala. Ella segera menyalakan motor listriknya dan melaju di jalanan yang sangat padat.

Sedangkan Nadine dan gengnya kalang kabut karena menyebabkan macet. Mereka masih saja tertawa padahal lampu hijau sudah puluhan detik menyala. Ditambah radio mereka yang memutar musik rock dengan volume full membuat mereka tidak mendengar suara klakson mobil di belakangnya. Barulah saat mereka melihat kendaraan-kendaraan melewati mereka dan bunyi klakson mobil bersahut-sahutan dengan kencang, mereka langsung tancap gas.

•••

Ella menatap rumah besar bak istana di negeri dongeng yang ada di hadapannya. Ini adalah kali ketiga Ella memasuki perumahan elite ini. Yang pertama dan kedua, Ella mengantarkan bunga hanya di daerah depan perumahan dan rumahnya tidak sebesar ini.

Di depan gerbang, ada dua orang yang berjaga. Namun Ella ragu menyebutnya satpam, karena mereka menggunakan jas berwarna hitam lalu badan mereka begitu besar dan kekar.

"Maaf permisi, saya ingin mengantarkan bunga atas nama Ares," ucap Ella kepada dua orang didepannya.

"Baik, nanti kami sampaikan," jawab salah seorang dari mereka seraya menerima bunga dari Ella.

"Terimakasih banyak, saya permisi," ucap Ella seraya membungkukkan badan.

Ella pun kembali menyalakan motor listriknya dan melaju melewati jalan yang sangat halus disertai tanaman-tanaman cantik, bangku-bangku dan lampu-lampu jalan di kanan kiri jalan. Ella bak melewati jalan kerajaan. Ah, ia bermimpi bisa tinggal di salah satu rumah di perumahan ini. Tidak perlu yang paling bagus, yang paling jelek di sini pun Ella yakin rumahnya sangat bagus.

•••

Sesampainya di rumah, Ella langsung dihadapkan dengan puluhan pekerjaan rumah. Mencuci, menyapu, mengepel, memasak, menjemur, menyetrika pakaian, menyiram tanaman, membersihkan seluruh kamar, belanja, memijat kaki ayahnya dan masih banyak lagi. 

Namun Ella tetap tegar dan kuat melakukannya karena ia sudah biasa melakukan ini sedari dulu. Ayahnya dulunya seorang montir sedangkan ibunya adalah asisten rumah tangga di keluarga Crown, keluarga pengusaha tambang di kota ini. Gaji yang di dapat ibunya cukup banyak, sekitar seribu dollar perbulan. Tidak heran jika gajinya sebanyak itu karena keluarga Crown belum memiliki keturunan selanjutnya yang akan dijadikan penerus. Maka dari itu, keluarga Crown menganggap Angel dan Lia adalah anak mereka.

Jika gengnya Angel ingin berkunjung ke rumah Angel maka Angel akan menunjukkan rumah keluarga Crown. Bahkan Angel dan Lia sendiri mengaku kalau mereka keturunan keluarga Crown. Keluarga Crown memang jarang tersorot di media sehingga tak banyak yang tahu seluk beluk keluarga itu.

Adi dahulu memiliki bengkel yang cukup maju dan memiliki banyak karyawan tetapi sudah bangkrut karena digadaikan Adi untuk mengikuti investasi palsu. Kebangkrutannya membuat Adi menjadi seseorang yang hobi judi dan mabuk-mabukan seperti saat ini.

"Hahaha Raymond, apapun akan kulakukan demi uang. Bahkan menyewakan istriku demi tujuh puluh ribu dollar akan kulakukan." Racauan Adi membuat Ella terkejut.

Menyewakan istrinya? Apa maksudnya itu. Memang saat ini Adi sedang mabuk di ruang tamu seraya kakinya di pijat oleh Ella. 

"Bahkan hingga lahir anak ini, hahahaha." Tangan Adi menunjuk wajah Ella seraya tertawa.

Refleks, Ella menjatuhkan kaki Adi yang dipangkunya ke atas meja. Sontak Adi meringis dan mulutnya memaki Ella. Ia tampak ingin menghajar Ella tapi tak sanggup bangun.

"Sialan kau, dasar anak sialan!" Adi berteriak memaki-maki Ella.

"Apa maksudnya Ayah?" Bulir-bulir air mata turun membasahi pipi Ella. Ella berlari menuju kamarnya dan meninggalkan ayahnya yang masih sibuk meracau dan memaki.

Apa lagi ini? Belum cukup penderitaanku, apa iya bahwa Ayah menjual Ibu demi uang tujuh puluh ribu dollar lalu lahirlah aku? Ella membatin bertanya-tanya.

•••

Ella saat ini sibuk menyiapkan makan malam sedangkan keluarganya sudah duduk anteng di kursi makan.

"Ibu, tadi si anak pungut naik sepeda listrik untuk mengantar bunga. Bagian lucunya, cuma dia yang naik sepeda listrik sedangkan di jalanan dipenuhi mobil-mobil mewah. Hahaha," ujar Angel mengejek.

"Dapat berapa kamu dari mengantar bunga? Jangan-jangan kamu boros ya makanya uangnya tidak kelihatan. Atau justru kamu gunakan untuk foya-foya? Mending uangnya untuk beli kebutuhan dapur saja," ucap Sonya tajam.

"Uangnya aku pakai untuk beli kebutuhan sekolah dan jajan di sekolah saat lapar Bu," ungkap Ella.

Memang benar, kebutuhan sekolah yang tidak dibayarkan beasiswa dibeli Ella sendiri memakai uangnya. Seperti alat tulis dan biaya tambahan untuk praktek dan acara di sekolah. Sebenarnya pihak bea siswa sudah memberikan uang tambahan kepada siswanya tapi uang tersebut disimpan oleh Sonya. Sungguh miris, uang Ella yang tak seberapa hasil dari mengantar bunga pun masih ingin diminta.

"Sudah lah Bu, paling juga uangnya tidak seberapa," ucap Adi.

Sonya mendengus. "Kamu ini, selalu saja membela anak ini. Padahal kan dia bukan darah daging kamu," ucap Sonya tajam.

Adi dan Ella terkesiap, mungkin jika dulu Ella akan mengabaikan perkataan ibunya. Namun untuk kali ini, setelah Ella mendengar perkataan ayahnya waktu mabuk, Ella seakan tidak bisa lagi menahan untuk tidak terpengaruh segala ucapan tentang dirinya yang lahir karena sebuah kejadian tidak bermoral.

Ella memandang Adi takut-takut, ternyata pria itu juga sedang menatapnya. Netra mereka yang berbeda warna bertemu di satu garis lurus yang seakan menyalurkan perasaan buruk. Bola mata Adi yang berwarna abu-abu memancarkan setitik penyesalan dan setitik rasa bersalah kepada pemilik netra emas yang sedang ia tatap.

•••

Saat ini Rayhan dan Ares sedang berada di ruang kerja milik Ares. Ares berencana mengajarkan sedikit demi sedikit tentang bisnis kepada Rayhan. Rayhan sering mengerjakan pekerjaan kantor yang diberikan oleh kakaknya. Walaupun itu yang paling mudah bagi Ares, tapi pekerjaan yang diberikan Ares terasa cukup sulit untuk Rayhan.

"Bunga untuk siapa Kak?" tanya Rayhan ketika melihat sebuah buket bunga berwarna biru yang membungkus bunga mawar yang didominasi warna biru dan putih.

"Untuk gadis yang akan kunikahi," jawab Ares.

"Wow, ternyata Kakak serius. Aku kira Kakak bercanda," celetuk Rayhan.

"Kakak rencananya akan menikahi dia sebentar lagi. Tapi ini tertutup, karena dia masih sekolah. Saat dia lulus nanti, baru Kakak akan menggelar resepsi secara terbuka," papar Ares.

"Kasihan Kak Helena, merana ditinggal Kak Ares." Rayhan tertawa setelah mengucapkan kalimat itu.

"Ck, kamu ini. Jangan sebut-sebut nama dia, dia sendiri yang salah karena meninggalkan Kakak demi pria yang katanya pengusaha tajir melintir. Padahal pria yang dia nikahi sekarang kelasnya ada di bawah Kakak. See, roda kehidupan pasti berputar 'kan?" ujar Ares.

Rayhan mengangguk-angguk. "Benar sekali, justru karena itu Kakak terselamatkan dari wanita seperti Helena. Jika Kakak langsung kaya raya dan menikahi Helena pasti Kakak tidak akan pernah tahu sifat asli wanita itu," ucap Rayhan.

"Kamu benar sekali, Kakak akan beri kamu hadiah." Ares tersenyum miring kepada Rayhan.

"Yesss, apa kak hadiahnya?" tanya Rayhan antusias.

"Kalau nilai rata-rata kamu di atas angka sembilan maka Kakak akan beri kamu hadiah mobil impian kamu," ucap Ares.

"Kalau itu pasti Kak, kenapa harus pakai syarat. Aku kira mau kasih aku hadiah karena aku bijak," ucap Rayhan.

"Kamu ini." Ares mengacak-acak rambut Rayhan yang membuat si empunya meringis.

•••

'Kenapa aku harus melahirkan anak seperti kamu. Jika saja waktu itu aku tidak kecelakaan, sudah aku gugurkan kamu'

'Anak pungut makan sama nasi garam saja'

'Anak pungut tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, memangnya mau jadi apa?'

'Baguslah kamu dapat beasiswa, jadinya kamu bisa sekolah. Saya memang berencana tidak akan menyekolahkan kamu ke SMA. Mungkin dewi keberuntungan sedang berpihak kepadamu. Dan juga kepada saya karena uang jajan kamu dari bea siswa bisa saya ambil. Hahaha'

'Jika saja kecelakaan itu tidak terjadi, beban saya tidak akan bertambah karena menghidupi kamu'

'Anak pungut kenapa pakai tas bagus? Sini tasnya mending aku yang pakai, kamu pakai saja tasku yang sudah buruk. Besok-besok kalau kamu dapat gaji mending kasih ke aku, karena kamu tidak pantas bahagia walaupun hanya sedikit'

'Dapat uang banyak 'kan? Sini uangnya untuk aku jajan'

'Hai miskin, terima uang seratus dollar ini dan jilati mobilku'

'Hahaha Raymond, apapun akan kulakukan demi uang. Bahkan menjual istriku demi uang tujuh puluh ribu dollar akan kulakukan. Hingga lahirlah anak ini, hahahaha'

Kata-kata itu….. kata-kata yang terucap dari mulut keluarga dan siswa-siswi di tempat Ella bersekolah. 

Ella menggigit bibir bawahnya, perasaan apa ini? Ella merasa sangat ingin menangis dan ia merasa teramat sedih. Ditambah ia teringat dengan kata-kata buruk yang terucap dari mulut orang-orang itu.

Ella sudah beberapa kali merasakan ini, dan Ella tidak tahu harus mengadu ke siapa. Ella tidak punya ponsel, jadi ia tidak bisa search ke internet tentang apa saja yang ia rasakan. 

Apakah Ella mengidap depresi? Bahkan Ella tahu apa itu depresi karena pernah ada bimbingan konseling di sekolah dari para mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsinya.

Beberapa Minggu kebelakang, Ella sering merasa tiba-tiba sedih dan ingin menangis. Perasaannya pun sangat mudah tersentuh dan gampang putus asa. Ah entahlah, Ella hanya mampu membiarkan hal seperti ini mengalir begitu saja.

Tiba-tiba Ella terpikir tentang Tuan Ares yang akan menikahi dirinya. Ella tidak sengaja mendengarkan ucapan Bunda dan Ayahnya yang sedang bertelepon dengan Tuan Ares. Yang Ella dengar, Ella akan dinikahi Tuan Ares seminggu lagi.

Ella hanya mampu berharap setelah ia menikahi pria kaya raya itu, hidupnya akan menjadi lebih baik lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status