Share

1. Memudar

Pukul dua siang transportasi rel seperti kapsul yang berjejer  sampai di stasiun. Para penumpang kereta berbondong-bondong keluar, rela saling dorong demi mendapatkan pintu keluar, seorang gadis berambut lurus panjang berdiri dibaris paling belakang,membuat jarak dengan penumpang lainnya.

Saat mereka selesai berdesakkan barulah gadis itu keluar. Sepasang kaki yang dipakaikan sepatu tali usang itu kini menginjakkan tanah Jawa barat untuk yang kedua kali. Gadis yang rambutnya panjang mengedarkan pandangan di stasiun yang sedang ramai. Karena memasuki jam makan siang. Sambil menarik koper abu-abu  miliknya dia duduk di kursi panjang yang tak ditempati siapapun. Gadis itu tengah serius mengetikkan sesuatu di benda pipih ditangannya.

“Ibu, aku sudah sampai.”(isi ketikan).

Di depannya ada televisi kecil dipajang di atas dinding. Alisnya mengkerut, dia pikir itu aneh. Siapa yang punya ide menaruh televisi disini tidak ada orang yang mau menonton. Orang-orang yang duduk di kusi sebelah kiri dan kanannya lebih asyik memainkan gawai. Mungkin diantara ratusan orang disini hanya dirinya yang mendengarkan berita di televisi itu.

Selamat siang pemirsa, kembali lagi dengan saya Deva Riani. Sebuah mobil menabrak sebuah truk pengangkut bawang di jalan tol .Kecelakaan terjadi diduga sopir truk mengantuk. Sopir truk hanya mengalami luka ringan sementara pengendara mobil pingsan karena dan dilarikan ke Rumah Sakit terdakat.”

Berita itu berakhir dan dilanjutkan siaran lain. Handphonenya berdering memunculkan notif pesan dari Ibu.

“Alhamdulillah. Achi, segera cari taksi ya.”

Achi  segera mengetik dengan jarinya yang bergetar dan bibirnya yang dilipat kedalam. “Iya bu.”

“Achi, segera cari taksi. Kosan kamu dekat dari situ.”

Gadis berambut panjang itu segera mengetik. “baik bu.”

“Setelah sampai kos jangan lupa kasur ataupun yang berantakkan dibersihkan dulu, bila perlu semprot anti kuman dan pasang pewangi ruangan.”

Achi kembali mengetik, jemarinya masih kuat tapi bibirnya bergetar, kerongkongannya sakit menahan isak tangis yang siap pecah.

“Siap bu.”

“Jaga diri baik-baik ya. Periksa plat mobil taksinya, jangan mau di ajak menyimpang dari jalur. Kamu udah ngerti pake maps itu kan?”

“udah, bu.”

"Yaudah, hati-hati dijalan. Kabari kalau sudah sampai dan jangan lupa makan siang."

Gadis itu pergi dari stasiun setelah memesan taksi dihandphone. Setelah memakan waktu sepuluh menit berdiri menunggu taksi, melewati sekitar satu jam perjalanan dari stasiun ke kosannya. Akhirnya Achi berada juga di dalam kamar kosnya nomor sebelas di lantai dua. 

Seperti pesan Ibu, dia langsung membersihkan kamarnya,menyapu sampai mengepel. Tidak terasa hari sudah sore dia pun segera membersihkan badan. Setelah mandi dan berpakaian Achi terduduk di kasur dan tersadar ternyata suasananya terlalu sepi. Tidak akan ada lagi suara teriakan Ibu yang memanggil namanya, tidak akan ada lagi dekapan Ibu, tidak ada lagi candaan ibu di sore menjelang malam hari, tidak ada lagi aroma parfum Ibu di pagi hari, dan tidak ada lagi pelukan dan kehangatan jemari Ibu. Air mata itu jatuh membasahi pipi, tangisnya tenang namun begitu dalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status