Share

AKIBAT DEADLINE MENIKAH
AKIBAT DEADLINE MENIKAH
Author: Mini Adila

Desakan Mencari Jodoh

"Kinar! Pokoknya, Ibu gak mau tau! Kamu harus cepetan cari jodoh. Adikmu itu udah dilamar, Kinar ...!" ujar Widya begitu memasuki kamar anak gadisnya. Wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu baru saja menerima calon besan dari adiknya Kinar.

"Kenapa, Ibu jadi sewot gini, sih, Bu? Lah, biarin aja Dayu menikah duluan, orang dia udah dapet jodoh, kok," sahut Kinar yang merasa kesal karena ibunya terus saja mengintimidasi dirinya.

"Gak begitu, Kinar! Pamali kalau kamu sampe dilangkahi sama adikmu. Apalagi, Ibu, tuh, ya ... pusing dengerin tetangga yang bilang kamu perawan tak laku-laku," jelas sang ibu membuat Kinar diam-diam semakin kesal.

"Ibu gak usah gubris omongan orang, Bu. Nanti kalau waktunya udah tepat, pasti Kinar juga dapat jodoh, Bu. Ibu, tenang aja, deh!"

"Pokoknya Ibu pengen kudu kamu yang duluan nikah. Jangan sampe kamu dilangkahi adikmu, Kinar!" pekik ibunya lagi. Sesaat kemudian Widya keluar dari kamar Kinar dengan wajah bersungut-sungut.

Kinar merebahkan badan di ranjang, meringkuk. Diam-diam dirinya juga merasa kesal. Ocehan tetangga yang menganggapnya perawan tak laku hingga kerisauan hati sang ibu, membuatnya jengah.

Sementara di ruang tamu, suara berisik terdengar hingga ke telinga Kinar. Ia lantas bangun dari rebahan untuk mengintip siapa yang datang ke rumahnya.

"Bukannya calon besan Ibu tadi udah pulang, ya? Siapa lagi, sih yang datang, berisik amat?" gumam Kinar dalam batin sambil berdiri di bibir pintu kamarnya.

Rupanya orang yang datang ke rumah Kinar adalah sang paman dan istrinya. Kinar pun menutup pintu kamarnya sedikit, kemudian ia menguping pembicaraan sang ibu dengan paman beserta istrinya tersebut.

Sayup-sayup terdengar di telinga Kinar, jika sang paman dan istrinya akan menggelar resepsi pernikahan untuk sepupu Kinar yang bernama Kayla. Mendengar kabar tersebut, Kinar menelan ludah seakan-akan ancaman agar dirinya segera mencari jodoh bertambah saja.

"Ah, gimana dong ini? Masak iya, aku harus ngerayu-rayu cowok terus aku jadikan pacar, gitu? Oh, my God, gak gitu kali! Astaga!" sungutnya saat di dalam kamar.

Kinar mondar-mandir sambil sebelah tangannya bertolak pinggang. Jantungnya berdegup kencang, seakan-akan sebentar lagi mendapat intimidasi bertubi-tubi dari orangtuanya, terutama sang ibu. Bagaimana tidak? Sepupunya yang notabenenya usianya lebih muda dari Kinar, sebentar lagi juga akan melangsungkan pernikahan.

Kesal. Kinar menghela napas dalam kemudian menuju ranjang untuk merebahkan badan lagi di sana. Kinar ingin tidak peduli dengan semua keadaan yang menimpanya itu. Ia pun tak ingin ambil pusing, karena baginya jodoh, rezeki dan kematian sudah diatur oleh Sang Kuasa.

Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Kemudian di pikirannya terlintas mitos yang selalu dipegang erat oleh keluarga besarnya, jika anak perempuan yang usianya lebih tua tidak boleh dilangkahi menikah oleh sang adik perempuan. Hal yang dipercaya itu, katanya akan membuat seorang perempuan yang dilangkahi menikah akan justru semakin dijauhkan oleh jodoh. 

Kinar bergidik ngeri, batinnya menjadi bimbang. Meskipun dia belum mendapatkan jodoh, sebenarnya banyak cowok yang ingin mendekati dirinya. Namun, trauma cinta masa lalu membuat Kinar lebih menutup hati untuk saat ini. Ia belum sepenuhnya bisa melupakan mantan kekasihnya.

Setelah beberapa lamanya berada di kamar dan pamannya telah pulang, Kinar lantas keluar kamar menuju ruang keluarga. Di sana terdengar obrolan antara orangtuanya dan sang adik. Sebenarnya, Kinar enggan berkumpul akhir-akhir ini karena selalu didesak untuk segera menikah. Namun, tidak mungkin juga ia terus menghindar dalam satu rumah. Mau tak mau, Kinar harus menjaga kewarasan untuk tetap tenang.

"Kinar! Dayu! Besok malam, siap-siap ikut Bapak sama Ibu ke acara pertunangan anaknya teman Bapak. Kita semua diundang ke sana!" Ridwan saat berada di ruang keluarga.

Batin Kinar seketika ciut mendengar ajakan ayahnya itu. Berbeda sekali dengan wajah Dayu yang begitu semringah, seakan-akan antusias sekali untuk menghadiri acara tersebut.

"Acaranya di rumah atau di gedung, sih, Pak?" tanya Dayu kemudian.

"Coba, liat di undangan, deh! Denger-denger, sih, di rumahnya. Tapi, nanti pas resepsi pernikahan baru di gedung," balas sang ayah membuat Kinar semakin tak nyaman berada di ruang keluarga.

Kinar beringsut meninggalkan ruang keluarga. Namun, gelagat tak nyamannya diketahui sang ibu yang segera membuntuti langkahnya menuju kamar.

"Tuh, Nar! Anaknya Pak Dibyo, terus sepupumu sendiri juga udah mau nikah. Kamu kapan?" 

Kinar menoleh ke arah sang ibu begitu tiba di kamar. Widya yang berdiri di bibir pintu tampak menatap sang anak dengan geram. Batin ibu mana yang tidak risau melihat anak sulungnya tak kunjung mendapatkan jodoh di saat usianya telah wajar untuk menikah?

"Biarin aja, Ibu! Ibu tenang saja, kalau perlu bantu doain Kinar biar cepat dapat jodoh yang baik, ganteng, setia dan kaya. Itu yang Kinar cari, Bu. Kalo harus sembarangan, sih, banyak, Bu!" balas Kinar semakin menaikkan volume suaranya karena merasa kesal.

"Ibu juga berdoa tiap saat, Nar. Tapi, Ibu itu risih kalau ditanya-tanya tetangga, kok gak Kinar duluan yang nikah!" ujar sang ibu dengan tatapan merajuk.

"Coba Ibu pikirkan! Ibu gak mau, kan, anak kesayangan Ibu ini mendapat suami sembarangan? Ibu, gak mau, kan? Makanya, Kinar minta, Ibu tenang,"  sahut Kinar sembari merangkul lengan sang ibu.

"Ya udah. Besok malam siap-siap ikut Bapak sama Ibu. Dandan yang cantik, siapa tau anak Ibu ini dapat arjuna di sana, nanti!" ujar sang ibu sembari tersenyum. Sesaat kemudian wanita paruh baya itu keluar dari kamar Kinar, kembali menuju ruang keluarga.

Kinar menggeleng pelan saat menatap punggung ibunya berlalu. Setidaknya, ia merasa sedikit lega telah berusaha memberikan pengertian pada ibunya. Ia lantas membaringkan badan di ranjang karena lelah fisik dan pikiran.

Pikiran Kinar mengembara ke masa lalunya saat menjalin hubungan dengan Haykal. Cintanya dikhianati saat baru mekar-mekarnya. Alasannya hanya karena saat itu, ia harus melanjutkan kuliah di Bandung. Jarak antara Jakarta dan Bandung nyatanya memutus hubungannya dengan Haykal. Namun, dalam batin Kinar saat itu, bukan jarak penyebabnya. Melainkan Haykal terpikat hati pada adik kelas Kinar saat masih SMP.

Trauma cinta itu yang menyebabkan Kinar malas membuka pintu hatinya. Ada ketakutan jika akan terjadi hal yang sama menerpanya. Putus cinta saat telah merasakan nyaman dan sayang itu rasanya begitu menyakitkan. Kinar tidak ingin itu terjadi.

***

Malam pertunangan anak rekan kerja ayahnya berlangsung meriah. Namun, batin Kinar tidak merasakan euforia dalam acara tersebut. Dia justru merasakan sepi yang menggerogoti batinnya.

"Mbak Kinar ada salam dari Mas yang berkemeja marun di sana itu, Mbak!" ujar Marisa, anak Pak Dibyo saat menghampiri Kinar mengajak bersalaman.

Kinar mengarahkan pandangannya mengikuti arah telunjuk Marisa. Seorang laki-laki tampan sedang duduk mengobrol dengan tunangan Marisa begitu acara berakhir.

"Terima kasih, Mbak Marisa. Salamnya sudah saya terima, ya. Tolong sampaikan salam saya kembali kepada dia," sahut Kinar kemudian di sela-sela musik yang mengalun indah di ruangan itu.

"Mbak Kinar, gak pengen tau nama dia?" tanya Marisa sambil tersenyum.

"Oh iya, lupa. Siapa namanya?"

"Mas Galang namanya, Mbak."

Kinar lantas tersenyum padahal dalam batinnya kesal. Lagi-lagi ia merasa minder jika ada laki-laki yang berusaha mendekat, meskipun itu hanya sekedar memberikan salam.

"Oh ya, Mbak Kinar, terima kasih udah datang. Jangan lupa saat resepsi nanti juga datang, ya," ucap Marisa kemudian. "Moga-moga Mbak Kinar berjodoh dengan Mas Galang. Dia tadi sepertinya naksir pada pandangan pertama, lho, Mbak," imbuh Marisa berbisik di telinga Kinar.

Kinar menatap Marisa dengan kedua alis berkerut hampir saja saling menempel. Ia kemudian mengedarkan pandangan mengarah pada laki-laki yang dimaksud. 

"Ganteng. Boleh juga deh, kayaknya?" gumam Kinar masih menatap dari kejauhan laki-laki bernama Galang itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status