7 Ramadhan Tanpamu

7 Ramadhan Tanpamu

Oleh:  TheCalm  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
2 Peringkat
90Bab
3.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Pernikahan tanpa direstui orang tua memang akan penuh dengan lika liku. Itulah yang terjadi antara Zeira Marhamah dan Nizam Fadhlan. Fatalnya, orang tua Nizam memisahkan pernikahan mereka dengan cara keji hingga pemaksaan pernikahan dengan wanita yang sudah lama menjadi pilihannya. Hampir 7 tahun lamanya Zeira dan Nizam terpisahkan. Bagaimana kelanjutannya? Simak di; 7 Ramadhan Tanpamu.

Lihat lebih banyak
7 Ramadhan Tanpamu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
TheCalm
I m so sorry, Zeira. I a bit busy. And, I will here for today until the .... Stay tune ...
2022-09-26 09:27:59
0
user avatar
Mohannad Aljabri
Zeira & Nizam story. I adores you, Thor ...️
2022-06-05 16:29:23
0
90 Bab
Pertama Ramadhan Tanpamu
Betul, penghuni di atas muka bumi ini tidak semuanya beruntung bisa berkumpul bersama keluarga setiap hari atau momen tertentu. Apalagi di saat munggahan yang sudah mentradisi di tempat kelahiran wanita bernama Zeira Marhamah berusia 26 tahun, ialah Jawa Barat. Kehidupan wanita ini memang disebut unik serta dominan itu terlihat dari beberapa sudut pandangan orang-orang sekitar dirinya tinggal. Wajah berbentuk mungil, hidung mancung serta mata bulatnya seperti boneka, terlebih lagi lentik bulu matanya memastikan kalau Zeira wanita berparas cantik. Belum lagi tubuh sintal menyempurnakan ciptaan Allah ini, serta tingginya seperti layaknya foto model yang hilir mudik di depan layar kaca.Munggahan adalah tradisi berbagi makanan sebelum malamnya selepas isya adalah dilaksanakannya sholat tarawih. Ya, itulah malam menjelang 1 Ramadhan. Wewangian makanan ke luar dari dapur-dapur para tetangga yang akan berbagi serta untuk sajian berkumpulnya semua sanak keluarga. Akan tetapi, berbeda di dala
Baca selengkapnya
Suamiku Lebih Aku Pentingkan
Seperti gayung bersambut, Nizam pun hendak menelpon istri tercintanya untuk memberikan kabar. "Dik, halo!" Ucapnya tergesa-gesa. "Assalamu 'alaikum," Zeira mengingatkan. "Iya, Dik. Wa'alaikumsalam. Tadinya Abang mau menelpon Adik," ungkap Nizam dengan suara berbahagia. Zeira mengernyitkan dahinya, 'Apa Bang Nizam tahu aku jual cincin kawin?' pikirnya tak terucap. "Dik, kok di sana riuh sekali? Adik lagi di mana?" tanya Nizam heran. "Oh, iya Bang, Adik ini mau nengok ibu di Sukabumi, Pak RT pagi sekali menelpon memberitahu kalau ibu sedang sakit." Jelas Zeira. "Adik ini kebiasaan selalu minta izin setelah di jalan." "Iya, maafkan, Adik. Tadi Abang mau menelpon, mau apa?" Nizam menarik napas panjang sebelum dirinya memberitahukan kepada istrinya. Dia ternyata telah ditelpon dari pihak agensi Belanda untuk bersiap-siap bekerja di sana. Nizam memang sudah lama mengagumi negara Belanda ini serta sudah lama juga dirinya mengirim CV-nya ke agensi sana. Walaupun tadinya hanya coba-cob
Baca selengkapnya
Meyakinkan
Setelah beberapa saat memandang wajah istrinya, Nizam cepat sekali mengambil Zidan yang ada di dalam pelukannya. "Kamu ini, Dik. Kebiasaan nekad!" gertak Nizam pelan. "Jangan dibiasakan seperti ketika kamu lajang, kamu dulu bisa lari, bisa silat. Sekarang itu kamu bawa anak dan tas!" tambahnya sembari mendelik ke arah Zeira yang mesem dan sekarang tangannya bergelayut pada Nizam. Lalu, mereka pun naik ke atas lantai dua di mana kamar mess Nizam berada di sana. Pandangan Zeira pada ke sekeliling ruangan. Melihat tidak ada apa-apa untuk dikonsumsi, Zeira bergegas mengambil indomie serta telur yang ada di atas meja. Dia pun membuatkannya untuk mereka santap berdua. Sedangkan Nizam setelah menaruh Zidan di atas tempat tidur, dia langsung menyegarkan diri agar secepatnya bisa mengobrol bersama istri tercintanya. Tepatnya, supaya leluasa membeberkan keputusannya untuk pergi ke Belanda. Zeira menaruh dua mangkuk indomie campur telur di atas meja lantai. Sedangkan matanya melirik ke arah s
Baca selengkapnya
Menikah Meluaskan Rezeki
Di dalam perkantoran agensi, Nizam sedang menunggu untuk gilirannya medical. "Pak Nizam Fadlan!" Suaranya dipanggil oleh petugas yang menggunakan seragam seperti perawat. Nizam pun langsung masuk dan mengikuti petugas tersebut, dia pun disuruh membuka pakaian seluruhnya untuk mengecek semua anggota tubuhnya dan rontgen. Tak terlewatkan untuk urine agar memastikan tidak menggunakan alcohol ataupun obat-obat terlarang. Itu adalah test kedua setelah interview skill bahasa. Posisi marketing yang menjadi incaran Nizam bertahun lamanya di Belanda. Kalau bahasa Belanda serta inggris memang sudah Nizam kuasai jauh sebelum dirinya kuliah. Maka, setelah mendapatkan tawaran dan terpilih untuk bekerja di Belanda buat Nizam seperti mendapatkan loterry. Betapa tidak, penantian panjang setelah terjadinya PHK persis ketika dia sedang berbahagia mendengar istrinya hamil. Di sana, Nizam mulai mencari-cari agensi dan melamar agar bisa bekerja di Belanda.Hampir 8 jam, Nizam berada di dalam agensi. Diri
Baca selengkapnya
Bertemu HRD Cantik
Kemudahan demi kemudahan untuk pergi ke Belanda semakin diperlihatkan pada Nizam kalau itu adalah yang terbaik untuknya. Map berwarna biru langit sudah bersama petugas imigrasi dan saat bersamaan Nizam pun disuruh segera mengikuti proses pembuatan paspor; dari interview, sidik jari serta yang terakhir adalah berfoto. "Nizam Fadlan. Silahkan bayar terlebih dahulu paspor sebesar 1,000.000 sekarang. Karena paspor sedang dicetak!" Perintah dari Petugas keimigrasian pada Nizam yang sudah di depannya. "Bukannya 350,000?" ucap Nizam karena harga diluar budgetnya. "Dokumen kamu tertulis paspormu butuh secepatnya karena urgent. Kalau tidak, kami pasti tidak akan mencetaknya sekarang!" ujar Petugas Imigrasi sambil menunjukan tulisan pada map. Tiba-tiba tepukan pada pundak Nizam membuatnya membalikan badannya. "Pak Munandar?" ucapnya agak terheran karena kenapa dia ada di sini. Pak Munandar adalah pemilik agensi. "Handphone-mu mati? Makanya aku ke sini!" singkatnya sambil membawa tanda bukt
Baca selengkapnya
Hari Kepergian Nizam Ke Belanda
"Bang, pikir-pikir dulu untuk bekerja dengan Angel itu." Zeira mewanti-wanti sembari menatap wajah suaminya dan dengan cepat menaruh bucket KFC ke atas meja. KFC itu sudah tak senikmat semula begitu tahu semuanya. Nizam bukan tidak mengerti apa maksud istrinya, hanya saja dia diberi pilihan secara paksa. Hati Nizam berkecamuk semakin galau, berpikiran untuk menelpon Duke akan tetapi pikiran yang lainnya pada kontrak kerja dari Angel dengan nominal sangat fantastis. Maka, terurung sudah untuk menelponnya. Namun, pikiran Zeira cepat sekali menyimpulkan bahwa antara suaminya dengan Angel sudah mengenal satu sama lain. Di pikirannya; Apa iya Angel datang dari Belanda hanya karena sosok yang belum dikenalnya dan dengan penuh percaya diri memberikan gaji dua kali lipat dari seorang telah berpengalaman. Tiba-tiba saja Zeira punya ide untuk menulis nomor telepon Angel serta alamatnya, tak ketinggalan nomor telepon Duke juga alamatnya. Ada keinginan untuk menyelidiki lewat social media, sayan
Baca selengkapnya
Mulai Kehilangan
Masih di dalam airport. Pandangan Zeira masih tertuju pada tempat di mana dia melihat suaminya dibawa secara paksa oleh ketiga orang yang sama sekali tak dikenalinya. Lalu, dia pun menghampiri penjaga gate penerbangan internasional. "Pak, maaf saya mau tanya." Lirih Zeira pelan. "Ada apa?" Petugas menjawab sambil memperhatikan wajah Zeira yang pucat dan sayu karena nampak kurang istirahat. "Bapa tahu jam berapa pesawat ke Belanda mengudara tadi malam?" tanya Zeira penasaran. "Saya hanya penjaga di sini! Saya tidak tahu!" Petugas menjawab serta langsung meninggalkan Zeira begitu saja. Mulut Zeira baru saja akan berbicara, akan tetapi diurungkan karena reaksi petugas seperti tidak menghiraukannya. Dia pun melirik ke arah jam digital yang menempel pada dinding airport. Di sana waktu sudah menunjukan pukul 04:30. Zeira pun bergegas masuk kembali ke dalam mushola untuk menunaikan shalat subuh. Lalu setelahnya Zeira langsung menuju ke arah halte bis untuk pulang ke Tasikmalaya. Duduk di
Baca selengkapnya
Idul Fitri Tanpa Suami
Lemas tak berdaya tubuh Zeira terkulai di atas tempat tidur di rumah petaknya.Sedangkan Nizam sudah hampir dari 2 x 24 jam tidak ada kabar. Itu membuat Zeira berinisiatif untuk mencari berkas-berkas PT dan kantor di Belanda yang dikantonginya dari semenjak di mess. Satu persatu berkas dibuka dan diperiksa tanpa terkecuali alamat e-mail dan nomor-nomor yang bisa dihubungi. "Aku harus ke warnet dan membeli pulsa agak banyak agar bisa menelpon semua orang," niatnya sambil bergegas memakai sandal swalow warna pink kenyamanannya. Begitu di depan counter pulsa dia melirik pada telepon pintar yang terpampang di atas etalase. 'Apa iya aku harus beli handphone itu agar memudahkan dalam berkomunikasi?' pikirnya dan langsung mendekat ke arah etalase. "Teh, ini keluaran baru loh. Bisa selfie dan media sosial sepuasanya. GB-nya besar, kamera depannya pun setaraf dengan telepon ternama papan atas." Ucap pemilik toko mempromosikan produknya agar laku. Sedangkan Zeira segera menoleh pada harga yang
Baca selengkapnya
E-mail Kosong Dari Nizam
Lebaran hampir usai. Seluruh keluarga di kampung dan rumah-rumah bersuka cita. Akan tetapi berbeda di dalam rumah sederhana milik Zeira, wajah cantiknya ditekuk murung. Kendati uang yanga ada di tangannya tidaklah sedikit jumlahnya. Bisa saja dia menggunakan uangnya untuk berlibur demi mengurai kesedihannya. Sepertinya tidak berpengaruh bagi Zeira materi untuk sekarang ini. Telepon pintarnya diperhatikan pada semua media, dari percakapan, pesan dan telepon masuk. Dia ingin meyakinkan kalau suaminya mengabari. Inisiatif untuk pergi ke agensi di Jakarta pun telah bermain di dalam sanubarinya. Itu adalah jalan satu-satunya menilik jejak Nizam. "Aku akan ke sana setelah lebaran, semoga saja ada titik terang." Pikirnya sembari menyelinap masuk ke dalam kamarnya karena waktu sudah malam. Pukul 02 : 45 menit. Tepatnya jarum pendek jam dinding rumah Zeira menunjukan ke arah angka 3 dan jarum panjangnya ke arah angka 9. Di mana tepat sekali kedua mata bulat Zeira mulai terbuka. Sudah terbiasa
Baca selengkapnya
Sikap Kurang Ajar Ruly
Sore setelah pengusiran oleh Burhan dari kantor agensi, Zeira langsung ke perusahaan di mana suaminya bekerja sebelum pergi bersama Angel. "Pak, saya ingin ketemu dengan Pak Ruly Bachtiar. Saya Zeira istrinya Nizam Fadlan." Beritahu Zeira dengan wajahnya nampak sayu dan kelelahan. "Tuhan! Kamu ini Mbak Zeira?" Tommy tiba-tiba menyelonong dan menepis tangan satpam yang sedang me-investigasi Zeira. "Iya. Saya Zeira." Singkat wanita sambil menggendong bayi ini. "Aduh, Mbak. Mbak ke sini ada apa?" tanya Tommy tanpa ragu mengambil tas yang dijinjing Zeira dan menuntunnya ke arah gudang. "Mau meyakinkan kalau Bang Nizam benar-benar tidak ada di Jakarta." Pemberitahuan Zeira membuat Tommy terperanjat, "Mbak tidak tahu kalau Nizam ke Belanda?" "Tahu. Tapi, dia tidak ada kabar sama sekali...." Zeira pun menjelaskan kronologi kepergian Nizam pada Tommy. Jelas saja itu semua membuat lelaki asal Medan ini berasumsi spontan, "Astaga Nizam ini mungkin dibawa oleh Angel dan kawan-kawanny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status