Share

Menikah Meluaskan Rezeki

Di dalam perkantoran agensi, Nizam sedang menunggu untuk gilirannya medical. "Pak Nizam Fadlan!" Suaranya dipanggil oleh petugas yang menggunakan seragam seperti perawat. 

Nizam pun langsung masuk dan mengikuti petugas tersebut, dia pun disuruh membuka pakaian seluruhnya untuk mengecek semua anggota tubuhnya dan rontgen. Tak terlewatkan untuk urine agar memastikan tidak menggunakan alcohol ataupun obat-obat terlarang. Itu adalah test kedua setelah interview skill bahasa. Posisi marketing yang menjadi incaran Nizam bertahun lamanya di Belanda. Kalau bahasa Belanda serta inggris memang sudah Nizam kuasai jauh sebelum dirinya kuliah. Maka, setelah mendapatkan tawaran dan terpilih untuk bekerja di Belanda buat Nizam seperti mendapatkan loterry. Betapa tidak, penantian panjang setelah terjadinya PHK persis ketika dia sedang berbahagia mendengar istrinya hamil. Di sana, Nizam mulai mencari-cari agensi dan melamar agar bisa bekerja di Belanda.

Hampir 8 jam, Nizam berada di dalam agensi. Dirinya tidak diperbolehkan untuk pulang sebelum diketahui hasilnya. Sedangkan manager tempat bekerjanya sudah ricuh memberikan pesan-pesan berderet di telepon jadulnya. Hendak saja Nizam mau izin ke luar untuk membeli pulsa, namanya ada yang memanggil. 

"Iya, Pak!" jawabnya sambil menghampiri serta duduk di depan meja kerjanya. 

"Selamat, kamu sudah FIT! Besok kamu langsung ke kanim Jakarta Barat pukul 13: 15. Pagi setelah recom dari depnaker orang kantor akan menuju ke sana untuk mengajukan dokumen membuat paspor." Beritahunya sambil memberikan map warna biru langit. "Besok berpakaianlah yang rapi, jangan sampai telat!" tambahnya mengingatkan. 

Nizam memejamkan matanya, 'Ya Allah, alhamdulillah atas semua kemudahan langkah pertama ini.' Bathinnya mengucap hamdallah tanda ucapan syukur. 

Sesungguhnya kehidupan itu kalau dijalani serta disyukuri akan nikmat dalam menghadapi segala hal, baik itu kerumitan ataupun kemudahan yang nampak seperti sebuah petunjuk jalan untuk mencapai kesuksesan. Akan tetapi banyak sekali setelah merasakan bahwa itu jalan terbaik manusia dibuat terlena oleh kemudahan tersebut dan lupa apa yang telah menjadi tujuan awalnya. 

Nizam menganggukan kepalanya serta bergegas pamit untuk langsung ke tempat kerjanya. Di tengah jalan Nizam pun menyempatkan membeli pulsa, setelahnya langsung menelpon managernya. "Selamat sore, Pak Ruly. Tadi saya sudah kirim pesan untuk izin karena anak dan istri saya ingin ditemani check up ke dokter." Ucapnya begitu managernya yang bernama Ruly Bachtiar ini mengangkatnya. "Ya sudah, kamu lembur malam ini, setelah kirim barang check semua stock yang ada di gudang!" jawabnya tegas lalu menutup teleponnya. 

Deruan napas Nizam mengurai perasaan terbebani setidaknya begitu mendengar perintah dari managernya. "Untuk beberapa hari hingga mendapat gaji, agar aku bisa memberikan istriku uang tambahan lebih sampai aku bekerja di Belanda." Gumamnya, kemudian melajukan sepeda motornya ke Perusahaan Pembuatan Susu Pasteurisasi ini. Setengah jam sudah di perjalanan, sekarang sudah berada di depan parkiran gudang. 

"Wey, sudah mau menjadi boss rupanya kau, Bro!" sapa Tommy dengan logat Medannya. 

"Bisa aja kamu. Doain saja!" timpal Nizam sambil mengambil roda untuk mengangkat kardus-kardus susu dan memasukannya ke dalam minibox agar segera cepat dikirim ke kostumer.

Tommy yang menjadi teman pendengarnya itu pun langsung mengikuti Nizam, "Zam, betulkah kau ini akan pergi ke Belanda?" sergahnya membuat semua karyawan yang ada di gudang mengalihkan pandangannya pada mereka berdua. "Kalau kamu mau membuat announcement jangan sekarang! Aku baru selesai medikal saja hari ini!" desis Nizam disertai mendelik ke arah temannya. 

"Bro, Zeira ikhlas tuh kau tinggalkan?" tanyanya penasaran. 

"Demi masa depan kita!"

Tommy memang belum menikah dan tidak mengerti tanggung jawab setelah menikah, dia tahunya keluarga pastinya butuh keberadaan sosok suami di dekatnya. Tommy pun mengetahui kalau Zeira tinggal di Tasikmalaya seorang diri. "Kenapa istri kau tak kau suruh tinggal bersama keluarga di Padang? 'Kan lebih aman di sana?" sarannya seolah ikut mengkhawatirkan keselamatannya.

Mendengar itu Nizam merasa teringatkan akan ketidaksukaan kedua orang tuanya pada Zeira, ayahnya tidak pernah menyetujui pernikahan antara dirinya dengan Zeira hanya karena suku dan tanggal lahir mereka tidak cocok. Sementara ibunya memandang Zeira hanya gadis biasa saja dan berekspektasi kalau Nizam bisa menikah dengan orang berada. Nizam hanya mendengus tak menjawab saran dari temannya itu. Dia merasa sekarang lebih baik Zeira berjauhan dengan keluarganya. Itu semua demi kenyamanan istrinya, alangkah akan tersiksa kalau Zeira harus satu atap dengan keluarganya kendati tidak mengontrak. Dilema ketika pernikahan tidak disetujui oleh kedua orang tua, salah satunya harus dijauhkan hingga keluarga diberi effort kalau praduga manusia tidaklah semua benar serta tepat. Akan tetapi isi pikiran Nizam tak mengelak itu, dia pun tak memungkiri pikirannya karena setelah menikah dengan Zeira seolah cobaan bertubi-tubi hingga dalam dua tahun dia sudah terkena PHK dua kali dan hingga menerima pekerjaan seperti sekarang ini. 

Padahal menikah bukannya meluaskan rezeki? Atau pepatah ini benar adanya; Istri Diuji Ketika Suami Tidak Memiliki Apa-Apa & Suami Diuji Ketika Memiliki Segalanya. Sebegitu beratkah ujian pernikahan itu? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status