Share

Meyakinkan

Setelah beberapa saat memandang wajah istrinya, Nizam cepat sekali mengambil Zidan yang ada di dalam pelukannya. "Kamu ini, Dik. Kebiasaan nekad!" gertak Nizam pelan. "Jangan dibiasakan seperti ketika kamu lajang, kamu dulu bisa lari, bisa silat. Sekarang itu kamu bawa anak dan tas!" tambahnya sembari mendelik ke arah Zeira yang mesem dan sekarang tangannya bergelayut pada Nizam. Lalu, mereka pun naik ke atas lantai dua di mana kamar mess Nizam berada di sana.

Pandangan Zeira pada ke sekeliling ruangan. Melihat tidak ada apa-apa untuk dikonsumsi, Zeira bergegas mengambil indomie serta telur yang ada di atas meja. Dia pun membuatkannya untuk mereka santap berdua. Sedangkan Nizam setelah menaruh Zidan di atas tempat tidur, dia langsung menyegarkan diri agar secepatnya bisa mengobrol bersama istri tercintanya. Tepatnya, supaya leluasa membeberkan keputusannya untuk pergi ke Belanda.

Zeira menaruh dua mangkuk indomie campur telur di atas meja lantai. Sedangkan matanya melirik ke arah suaminya yang duduk di depannya setelah selesai menunaikan shalat isya yang terlewati karena sibuknya mengantar barang untuk pelanggannya. "Jadi ke Belanda? Bulan besok?" investigasinya seolah ingin meyakinkan pada suaminya ini bahwa dirinya memiliki anak serta istri.

Nizam tidak menjawab apa-apa, akan tetapi tangannya menggeser semangkuk indomie lalu memakannya dengan lahap.

"Alhamdulillah," tahmid ke luar dari mulut Zeira bersamaan oleh Nizam pula setelah dua mangkuk mie selesai disantap.

Sekarang suasana menjadi sunyi.

Sedangkan pandangan Zeira tertuju pada Nizam tanpa mengulang pertanyaan yang sudah bermain-main di dalam sel otaknya. Memang, Zeira memiliki watak yang tak bisa mengulang-ulang perkataan apalagi pertanyaan. Nizam menyeringai senyuman tipis melihat reaksi istrinya ini, kemudian berbicara pelan dengan tangan menopang pada dagunya, "Abang ini kan orang susah, Dik. Jadi, ya ikhtiar dalam segala hal."

"Abang lupa punya Zidan?" jawab Zeira singkat.

Nizam melebarkan seringaiannya. "Abang bekerja demi Zidan dan Adik!"

"Kita tidak bisa seperti ini terus, Dik!" tambahnya sembari menyemburkan napas ke luar dari mulutnya.

Zeira menunduk. Kemudian berbicara, "Kalau begitu Zeira kerja saja, Zidan bersama keluarga Abang di Padang."

Nizam bangun dari tempat duduknya dan merebahkan badannya di dekat Zidan. "Masa, Dik. Orang tua Abang sudah susah payah membesarkan Abang, lalu Abang tega menyuruhnya sekarang membesarkan cucunya?" jawabnya. "Lagi, Adik ini tidak bisakah hidup mandiri. Nanti hasil kerja Abang, Adik kelola uangnya dengan baik." Tambahnya membuat Zeira mengangkat wajahnya.

"Abang, sekarang saja kita berjauhan Jakarta- Tasikmalaya tetangga udah menganggap Zeira Janda! Apalagi nanti?" Zeira mengeraskan bicaranya.

"Tetangga tahu apa, Dik? Mana ada yang mau berjauhan dengan keluarga tercinta?" Nizam menggertak. "Sudah tidur!" tambahnya.

Zeira membereskan mangkuk kotor, lalu mencucinya. Setelah beres dia pun naik ke tempat tidur. Di atas tempat tidur, tangan Nizam meraih lembut tangan kiri Zeira di mana tersemat cincin kawinnya. Merasa kalau jari manisnya kosong, Nizam menarik tangan kanannya itu pun masih kosong. Dia pun beranjak dan duduk, "Cincin nikah dijual untuk ke sini?" tebaknya.

Zeira mengangguk. Lalu, menjawab, "Tadinya mau ke Sukabumi. Tapi, karena Abang memutuskan untuk pergi ke Belanda jadi Adik berputar haluan begitu sampai di Terminal. Abang juga tahu sendiri dari mana Adik punya uang, karena harta adik satu-satunya adalah ini."

Nizam tidak berkata-kata lain selain menatap istrinya dan mengusap rambutnya yang panjang nan wangi ini. Mengerti kenapa kalau Zeira enggan ditinggalkan olehnya, karena dia memang butuh sosok pendamping yang harus ada setiap saat. Ya, wanita itu kuat karena ada yang mendampingi. Hati wanita sangat sensitif daripada lelaki, atau saja kedua makhluk berbeda jenis kelamin pada dasarnya tidak ingin berjauhan dengan pasangannya, terkecuali keadaan yang memaksa.

Akhirnya mereka pun tertidur nyenyak hingga adzan subuh berkumandang, kendati tidur pukul 24:30. Zeira berusaha bangkit dari tempat tidur karena Zidan sudah terbangun dari pukul 04:15 dan meminta dibersihkan pampers-nya. Sementara Nizam cepat sekali pergi ke mesjid untuk sholat subuh berjama'ah.

Antara Nizam dan Zeira memang cocok dalam hal ini, mereka kompak serta tidak malas.

***

Angin pagi di kota Blok M memang tidak sesegar di Tasikmalaya, tapi setidaknya masih segar dan membuat kepala damai tenang sejahtera. Pukul 06: 15, Zeira sudah ke luar untuk membelikan sarapan. Sekembalinya dari membeli sarapan, Nizam berbicara, "Dik, Abang janji kalau sudah bekerja di Belanda akan tebus cincin kawin kita." Nizam mengutarakan itu karena dirinya melihat tanda bukti gadai yang Zeira letakan di saku tas pakaian Zidan, ketika itu Nizam tak sengaja menemukannya waktu dia sedang mencari pampers.

"Masih yakin mau pergi ke sana, Bang?" lagi-lagi Zeira bertanya.

"Yakin! Jangan kolokan, biar Abang semangat dan tidak sedih."

"Insya Allah, Bang."

"Nah, begitu! Hari ini Abang mau ke agensi untuk medikal. Uang yang adik punya jangan boros, takutnya gaji Abang bulan ini dipotong karena abang akan banyak absen."

Penuturan Nizam membuat Zeira semakin yakin kalau suaminya tidak bisa dibujuk untuk tidak pergi. "Insya Allah cukup, Bang. Hanya nanti pas bayar sewa rumah saja adik minta tolong Abang yang bayarkan," lirih Zeira.

"Ya sudah, sampai Abang pergi, adik di sini saja. Agar setidaknya kita bersama untuk beberapa saat." Ujar Nizam sembari memakai pakaian hitam putih dan dimasukan seragam kerjanya ke dalam tas ransel agar bisa dipakai untuk kerja.

"Assalamu'alaikum!" pamit Nizam sambil mencubit gemas pipi chubby Zidan dan memandang mesra wajah Zeira.

"W*'alaikumsalam....." Cepat sekali Zeira meraih tangan Nizam lalu menciumnya. "Hati-hati Abang, wish you always good luck!"

Kata-kata Zeira menggelitik kuping Nizam, kata-kata inilah yang membuat Nizam menikahihnya persis setelah dia wisuda.

~Jatuh cintaku padamu bukan karena parasmu yang membuai hati, tapi perhatian dan ketulusanmu membuat jiwa serta naluriku menginginkanmu menjadi permaisuriku~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status