Semua Bab MISTERI PIANO: Bab 1 - Bab 10
48 Bab
PROLOG
“ Ayah & Ibu akan mengirim kalian ke sekolah asrama.” Aulia zia menatap kakak kembarnya, Alma zia, dengan wajah datar. Kakaknya membalas tatapan tidak kalah datar. Seakan, mereka sudah mengetahui soal sekolah asrama ini begitu lulus sekolah menengah pertama.“ Kalian tidak keberatan, kan? Kami hanya ingin kalian mencoba hidup mandiri di asrama.”Aulia zia mengangkat bahu & mengedikkan dagunya ke arah kakak kembarnya. “ Kalau Kakak tidak keberatan, aku akan pergi bersamanya,” jawabnya, masih ekspresi datar.Alma zia menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakan oleh adik kembarnya. Dia lalu memberi isyarat kepada adiknya untuk meninggalkan ruang keluarga, menuju kamar mereka di lantai dua.Alma zia menutup pintu kamarnya setelah Aulia zia duduk di samping tempat tidurnya.“ Kita tidak bisa menolak, Aulia.”Aulia zia tersenyum sekilas mendengar perkataan kakaknya. Sepertinya, dia tahu kemana kakaknya akan membawa pembicaraan ini.“Kamu masih ingat kejadian tahun lalu di loteng g
Baca selengkapnya
BAB 1. AWAL KISAH
Sepasang anak kembar sedang berdiri di depan gedung sekolah tua, sambil memegangi koper masing-masing. Kedua bersaudara ini bisa saja mengecoh siapapun karena mereka tidak terlihat identik. “ Jadi sekarang apa, kak?” Salah satu dari anak kembar itu, menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak hanya membalas dengan gelengan pelan. “Apakah kita harus masuk ke gedung utama untuk mengetahui kamar kita ?” Aulia zia menunjuk gedung sekolah yg ada di hadapannya. “ Kupikir juga begitu. Ayo!” Alma zia melangkah terlebih dahulu, sambil menyeret kopernya. Jarak yg ditempuh dari gerbang sekolah menuju ke gedung utama cukup jauh karena halaman sekolah yg besar & luas. Di depan gedung utama terdapat sebuah lapangan sepak bola, bersisian dengan lapangan basket. Keduanya, berbatasan langsung dengan taman depan sekolah yg terlihat rindang. Bukankah sekolah ini terlihat benar- benar luas? Aulia zia menghentikan langkahnya tepat di samping Alma zia ketika kakaknya berhenti di depan se
Baca selengkapnya
BAB 2. AULIA SI KEPO
Aulia zia menjawab sambil menunjuk kearah kakaknya yg sedang membongkar koper. Sinta menganggukkan kepala. Dia menunjuk kearah gadis lain yg kini duduk di dekat jendela sambil membaca sebuah buku. “ Dan, itu Ratna dia berasal dari Bandung.” Aulia zia menganggukkan kepala “ Ratna, kamu bisa menjadi satu2 nya orang yg kakakku sukai, selain kembarannya,” Aulia zia kembali tersenyum lebar, menggoda Ratna. “ Dan, kamu satu2 nya orang yg ingin kutendang.” Aulia zia langsung mengatupkan mulutnya ketika mendengar jawaban dari Ratna, sementara Sinta & Alma zia memutar bola mata. Tak lama kemudian, kebungkaman Aulia zia berubah menjadi tawa keras. Aulia zia memiringkan kepalanya & menatap dingin kearah Ratna. “ Kurasa ditendang masih lebih baik dibandingkan ditinju. Aku suka jalan pikiranmu.” Ratna terdiam ketika mendengar kalimat bodoh yg diucapkan Aulia zia. Tatapan matanya sama sekali tidak berubah sekalipun Aulia zia menunjukkan tatapan dingin yg sama. Dingin & tajam. Kalimat yg dikat
Baca selengkapnya
BAB 4. DIANCAM KAKAK KELAS
“Jangan coba2 menyentuh adikku kalau kamu tidak ingin semua rahasia masa lalumu kusebarkan ke seluruh penjuru sekolah!” Alma zia tiba2 muncul lalu melepaskan cengkeraman tangan besar itu dari rompi adiknya. Laki- laki yg ada di depan si kembar tertawa mengejek ketika mendengar ancaman Alma zia. “Jangan sekali-kali kamu mentertawakan kakakku!” Sergah Aulia zia. Sedetik kemudian hantaman keras mendarat di rahang laki2 itu dengan mulus. Kamu bisa menebaknya? Ya, Aulia zia lah yg nekat untuk meninjunya, membuat semua orang yg berada di kantin menatapnya takut-takut. Namun, siapa peduli? Kakak kelas menyebalkan itu sudah menganggu teman sekamarnya & mentertawakan kakak kembarnya di depan umum. Laki- laki itu tidak terjatuh meski menerima pukulan Aulia zia. Dia hanya selangkah mundur sambil memegangi rahangnya yg berdenyut. Aulia zia & Alma zia adalah mantan atlet karate & anggar saat masih SMP. Jadi, tidak heran mereka berani membela diri. Aulia zia menarik tangan Alma zia & Ratna, tidak
Baca selengkapnya
BAB 5. MENOLONG RATNA DARI BULLYING
Ratna memiringkan kepala & menatap dingin ke arah Aulia zia. “ Memangnya aku memintamu untuk menolongku? Memangnya aku memanggil namamu supaya menolongku? Tidak, kan?” Lalu menurutmu aku bisa diam begitu saja , saat teman sekamarku diganggu kakak kelas? Begitu? Berhentilah memandang sedingin itu. Kamu tahu, Bisakah sekarang dia mengaku, bahwa dia menyesal sudah menolong Ratna? Ratna tersenyum miring ketika mendengar jawaban Aulia zia. “ Kamu keras kepala. Tukang ikut campur urusan orang. Lain kali, urusi saja urusanmu sebelum menggali kuburanmu sendiri.” Rahang Aulia zia mengeras ketika Ratna beranjak pergi begitu saja. Bukannya, Aulia zia berharap Ratna mengucapkan terimah kasih padanya. Paling tidak, Ratna berkata sopan, karena bagaimanapun Aulia zialah yg sudah membantunya lolos dari bullying. “ Kamu akan mendapat masalah.” Suara dingin lain membuat Aulia zia menoleh. “ Kita liat saja, besok kabar apa yg akan terdengar. Bagus Kalau kamu tid
Baca selengkapnya
BAB 6. SELALU MENGCARI MASALAH
Jam dinding hampir menunjukkan waktu tengah malam, semua kamar di asrama putri tampak sudah mematikan atau meredupkan lampu. Suasana dingin malam membuat siapapun enggan untuk berlama-lama terjaga.Namun, tidak untuk Aulia zia gadis itu masih duduk di atas tempat tidurnya sambil memegangi buku catatan Fisika & memikirkan kejadian tadi siang.Aulia zia membuang nafas pelan. Kalimat Ratna tentang menggali kuburannya sendiri, kini berputar-putar dalam kepala Aulia zia.Belum lagi, kalimat soal Ayah yang mungkin akan mengirimnya ke Semarang.Memang, tadi siang kalimat- kalimat itu tidak sanggup mempengaruhi Aulia zia. Tapi, saat dirinya sendirian seperti ini, entah kenapa kalimat- kalimat itu terdengar menakutkan baginya.“ kenapa kamu belum tidur? Sudah hampir tengah malam. Kamu sudah melewati jam tidurmu. Tidurlah besok ada latihan karate pertamamu.”Aulia zia menoleh keatas, kakaknya sedang menundukkan kepala dari ranjang atas. Kamar itu memiliki dua kasur bertingkat.“ Apakah aku ben
Baca selengkapnya
BAB 7. KENA HUKUMAN
“ Ratna, kamu tidak membawa peralatanmu?”Pak Anto berjalan ke arah bangku yang di tempati Ratna karena gadis itu masih sibuk mengorek-ngorek isi tasnya .Kini, semua mata memandang ke arah Ratna termasuk Aulia zia & Alma zia yang duduk bersebelahan, serta Sinta yang duduk di bangku paling depan. Padahal, Pak Anto adalah salah satu guru terkejam yang tega menghukum muridnya membersihkan toilet atau taman jika tidak melakukan tugas dengan baik.“ Sepertinya, aku meletakkannya di meja belajarku semalam.”Aulia zia nyaris terjungkal dari kursinya mendengar jawaban Ratna. Bahkan, teman sekamarnya itu tidak menunjukkan ekspresi menyesal. Ratna malah menatap datar ke arah Pak Anto.“ siapa lagi yang tidak membawa peralatan? Cepat keluar dari kelas & bersihkan halaman belakang sekolah!”Mata Aulia zia membola sempurna mendengar hukuman tersebut. Rencana awal Aulia zia untuk tidak ikut campur, sepertinya akan gagal total,karena gadis itu meletakkan kembali peralatannya kembali ke dalam tas &
Baca selengkapnya
BAB 8. RUANG MUSIK TUA
Alma zia memiringkan kepalanya sejenak.“ Bermain-main bukan di sini tempatnya. Aku heran, mengapa aku bisa memiliki saudara kembar sepertimu? Tidak bisakah kamu menghilangkan sedikit hobi menggali kuburanmu sendiri itu?”Aulia zia tampak meringis mendengar gerutuan kakaknya.“ Takdir. Aku ditakdirkan menjadi seseorang yang hobi menggali kuburanku sendiri. Kalau tidak aku akan gila,Kak.”“ Tapi, ada saat di mana kamu harus bersikap dewasa. Setidaknya, apa yang kakakmu katakan itu benar, Aulia. Kamu harus membuang sedikit hobi jelekmu itu.”Alma zia tersenyum penuh kemenangan saat Sinta membelanya. Memang, seharusnya adiknya itu bersikap lebih dewasa,kan? Mungkin setelah Sinta mengatakan itu, Aulia zia akan sedikit berubah.“ Aku akan menjadi sangat dewasa setelah aku menikah nanti. Bukankah Kakak tahu aku terkenaSindrom Peterpan. Dan, sindrom itulah yang membuatku enggan untuk berfikir dewasa.”Alma zia menghela nafas kesal ketika mendengar jawaban adiknya. Bugh.Mata Alma zia menger
Baca selengkapnya
BAB 9. MELIHAT HANTU
“ Ada yang mau minuman dingin? Aku akan pergi ke kantin untuk membeli makanan kecil,” tanyaAulia zia sambil bangkit dari duduknya di atas rerumputan hijau taman belakang sekolah.“ Aku titip jus jeruk dingin.” Sinta mengulurkan beberapa lembar uang kepada Aulia zia.Aulia zia menganggukkan kepala & berjalan meninggalkan temannya yang sudah terlanjur nyaman duduk di atas rerumputan.“ Aulia, jangan sekali-kali kamu mengintip ke dalam ruangan tadi !” sahut Alma zia mengingatkan.Aulia zia tersenyum lebar, menunjukkan sederet gigi sambil mengacungkan ibu jari.Setelah memberikan isyarat Aulia zia kembali berjalan menyusuri lorong.Lorong yang dilewati Aulia zia sepi. Rasanya ngeri memang membayangkan dirinya melewati lorong sendirian. Tapi, Aulia zia sudah cukup sering melewati tempat-tempat sepi sendirian. Langkah kaki Aulia zia terhenti di depan ruang musik tadi. Bukan Aulia zia namanya kalau tidak melanggar peringatan kakaknya. Jadi, sekarang Aulia
Baca selengkapnya
BAB 10. PERKENALAN
“ Apa yang kamu lakukan di depan ruangan itu?”Laki-laki tadi melepaskan tangan Aulia zia ketika ke duanya berada di ruang loker yang kebetulan sepi.Aulia zia tersenyum canggung ketika matanya menangkap lebam yang masih membiru di Rahang kakak kelasnya itu. Rasanya, sekarang dia harus meminta maaf, sebelum dia menghajar Aulia zia sebagai pembalasan dendam.“ Kakak, maafkan aku. Sepertinya lebam di rahangmu itu parah,ya? Kalau saja, saat itu Kakak tidak menganggu temanku, mungkin aku tidak akan meninju rahang kakak. Maafkan aku, Kak. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”“ Ronald.Kamu..?“ Apa….?” Aulia zia menatap tidak mengerti, saat kakak kelasnya itu mengulurkan tangan.“ Namaku Ronald.Siapa namamu?”Aulia zia tersenyum lebar & membalas uluran tangannya. Sekarang, dia bisa merasa sedikit lega karena Ronald sepertinya tidak berniat buruk saat ini.“ Aulia zia,” jawabnya singkat.“ Boleh kutahu mengapa Kakak mengajakku kemari? Kakak sedang tidak ada pelajaran?”Ronald menganggukkan ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status