Share

BAB 1. AWAL KISAH

Sepasang anak kembar sedang berdiri di depan gedung sekolah tua, sambil memegangi koper masing-masing. Kedua bersaudara ini bisa saja mengecoh siapapun karena mereka tidak terlihat identik.

“ Jadi sekarang apa, kak?” Salah satu dari anak kembar itu, menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak hanya membalas dengan gelengan pelan. “Apakah kita harus masuk ke gedung utama untuk mengetahui kamar kita ?” Aulia zia menunjuk gedung sekolah yg ada di hadapannya.

“ Kupikir juga begitu. Ayo!” Alma zia melangkah terlebih dahulu, sambil menyeret kopernya. Jarak yg ditempuh dari gerbang sekolah menuju ke gedung utama cukup jauh karena halaman sekolah yg besar & luas. Di depan gedung utama terdapat sebuah lapangan sepak bola, bersisian dengan lapangan basket. Keduanya, berbatasan langsung dengan taman depan sekolah yg terlihat rindang. Bukankah sekolah ini terlihat benar- benar luas? Aulia zia menghentikan langkahnya tepat di samping Alma zia ketika kakaknya berhenti di depan sebuah papan yg di kerubungi banyak orang. Tidak salah lagi pastilah papan pengumuman kamar asrama dan kelas-kelas yg akan ditempati para murid baru.

“ Biar, aku saja yg melihatnya, kak. Kamu tunggu di belakang saja,” Aulia zia menggeser tubuh kakaknya, saat menyadari dia enggan untuk berdesakan dengan murud- murid lain. Alma zia menganggukkan kepala seraya menarik kopernya & koper adiknya, kemudian berjalan ke belakang kerumunan. Aulia zia menjinjitkan kakinya untuk melihat namanya & nama kakaknya di papan pengumuman. Untung saja, yg sedang berkerumun adalah murid-murid perempuan yg bertubuh mungil, memudahkan Aulia zia membaca pengumuman.

“ Kamar nomor empat belas di lantai dua..” Ekor mata Aulia zia menatap gadis berambut hitam lurus sebahu yg berdiri tidak jauh darinya, Aulia zia tertarik melirik gadis itu karena namanya & nama kakaknya berada dalam satu daftar kamar dengan gadis itu. Seulas senyuman mengembang di bibir Aulia zia ketika mendapati gadis itu juga sedang menatap ke arahnya.

“ Kenapa aku harus sekamar denganmu, seakan selama ini kita tidak pernah berada dalam satu kamar?” Alma zia menggerutu pelan sambil menyeret kopernya. Aulia zia mengedikkan bahu tidak peduli.

“ Bukankah itu malah lebih bagus, kak? Aku bisa mengajarimu cara berteman dengan baik agar kamu tidak dijahui lagi,” jawabnya singkat dan santai. Tanpa menyadari, bahwa Alma zia justru menatap tajam ke arahnya. Langkah mereka terhenti di depan pintu kamar yg akan mereka tempati. Keduanya saling melempar pandang. Aulia zia memutuskan mengetuk pintu kamar karena tahu kakaknya sangat malas berurusan dengan orang baru.

Kreeek…Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan poni menutupi kening membukakan pintu. Gadis itu menatap datar kearah Aulia zia yg sedang tersenyum lebar. Bahkan, kedataran ekspresinya dapat mengalahkan kedataran ekspresi Alma zia.

“ Alma zia & Aulia zia?” Gadis itu bertanya dingin. Aulia zia menggaruk lehernya yg tidak gatal setelah dihadiahi tatapan seperti es dan ekspresi datar gadis di depannya.

“ Ya, Alma zia & Aulia zia.” Suara malas2 san Alma zia menjawab pertanyaan gadis berponi di hadapannya itu.

“ Masuklah.” Aulia zia terpaku di ambang pintu, setelah kakaknya menyerobot masuk. Dia mulai berpikir, bahwa kehidupan SMA nya tidak akan menyenangkan kalau sekamar dengan org2 yg kelewat datar. Kamar ini milik empat orang siswa sehingga kemungkinan Alma zia berbicara akan semakin tipis.

“ Hei, kamu yg disana! Cepatlah masuk!” Aulia zia tersenyum sekilas lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar “Bukankah kamu yg tadi menatapku di depan papan pengumuman ?”

Seorang gadis tersenyum riang kearah Aulia zia yg sedang terpaku canggung menatap kakak & teman barunya.

“ Perkenalkan namaku Sinta. Siapa namamu? Alma zia & Aulia zia?” Sinta mengulurkan tangannya. Aulia zia membalas uluran tangan itu dengan senang hati. Kali ini, dia tidak perlu lagi memikirkan ketidak bahagiaannya di sekolah karena sekamar dengan dua orang yg memiliki poker face.

“ Aulia zia. Jadi, yg disana itu Alma zia. Kami kembar tidak identik, seharusnya tidak perlu bingung,”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status