Share

BAB 6. SELALU MENGCARI MASALAH

Jam dinding hampir menunjukkan waktu tengah malam, semua kamar di asrama putri tampak sudah mematikan atau meredupkan lampu. Suasana dingin malam membuat siapapun enggan untuk berlama-lama terjaga.

Namun, tidak untuk Aulia zia gadis itu masih duduk di atas tempat tidurnya sambil memegangi buku catatan Fisika & memikirkan kejadian tadi siang.

Aulia zia membuang nafas pelan.

Kalimat Ratna tentang menggali kuburannya sendiri, kini berputar-putar dalam kepala Aulia zia.

Belum lagi, kalimat soal Ayah yang mungkin akan mengirimnya ke Semarang.

Memang, tadi siang kalimat- kalimat itu tidak sanggup mempengaruhi Aulia zia. Tapi, saat dirinya sendirian seperti ini, entah kenapa kalimat- kalimat itu terdengar menakutkan baginya.

“ kenapa kamu belum tidur? Sudah hampir tengah malam. Kamu sudah melewati jam tidurmu. Tidurlah besok ada latihan karate pertamamu.”

Aulia zia menoleh keatas, kakaknya sedang menundukkan kepala dari ranjang atas. Kamar itu memiliki dua kasur bertingkat.

“ Apakah aku benar-benar menggali kuburanku sendiri?” Aulia zia bertanya pelan, sambil meletakkan buku yang dipegangnya.

Alma zia menaikkan alisnya ketika mendengar pertanyaan itu.

“ Kamu selalu menggali kuburanmu sendiri sejak di sekolah dasar,” jawabnya sederhana.

Aulia zia memiringkan kepala.

“ Aku tidak menyukai jawabanmu itu. Selamat malam!”

Aulia zia menarik selimut yang ada di bawah kakinya kemudian memejamkan mata.

“Jangan suka mencampuri urusan orang lain klau kamu masih ingin hidup, Aulia.”

Aulia zia menghela nafas pelan.

“ Akan kucoba, kak”

************

“ Untuk pelajaran pelajaran Fisika, saya mewajibkan

Kalian membawa penggaris panjang, segitiga, busur, jangka, balpoin banyak warna, & buku seukuran buku akuntansi. Bagi yang sudah membawa lengkap, silahkan tetap duduk & ikuti pelajaran. Bagi yang tidak membawa lengkap, silahkan hampiri saya.”

Aulia zia mengangkat kedua bahunya & berbalik untuk mengambil semua peralatan yang diminta oleh Pak Anto, guru Fisika. Walaupun Aulia zia tidak sepintar Alma zia dalam hitung-menghitung, tetap saja dia membawa semua peralatan yang diminta oleh guru di dalam tas. Itulah penyebab tasnya tidak pernah memiliki ruang kosong yang luas.

“ Oh, Tuhan, aku lupa membawa jangkaku…”

Aulia zia melirik ke arah Ratna yang berada tidak jauh dari bangkunya, di deret paling belakang.

Awalnya, Aulia zia berusaha untuk acuh. Tetapi bukan Aulia zia namanya kalau tidak senang ikut campur urusan orang lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status