Yes, I Do

Yes, I Do

By:  Adelia17  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
116Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kehidupan yang berkecukupan tidak selalu membuat seseorang bahagia. Terbukti dengan kehidupan dua pribadi, Keenan dan Lilian. Keenan yang memiliki trauma dengan wanita, dan Lilian yang memiliki sakit hati serta trauma dengan masa lalunya, membuat mereka tidak bisa menerima kehadiran cinta begitu saja. “Mari kita selesaikan masa lalu terlebih dahulu baru menjalani hubungan yang lebih serius,” ujar Keenan. “Memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi, demi cinta dan diriku sendiri, aku akan mengusahakannya,” jawab Lilian. Bagaimana cara Keenan dan Lilian melewati proses kehidupan untuk meraih kebahagiaan bersama?

View More
Yes, I Do Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Adelia17
Terima kasih untuk kalian yang mengikuti cerita “Yes, I Do” ...
2022-06-21 23:18:52
1
116 Chapters
Bab 1. Sebuah Kecelakaan
Lilian POV“Sayang, kamu masih belum sehat lho. Kita langsung pulang ke apartment saja ya?” ajak Finn.Dari raut wajahnya, aku bisa melihat kalau Finn sangat khawatir dan aku bisa memahaminya.Pasalnya, aku baru saja sembuh dari sakit demam dan pusing selama dua hari kemarin akibat datang bulan. Berhubung hari ini aku sudah merasa jauh lebih baik, aku memaksakan diri untuk ke kampus walaupun masih terasa lemas.Maklum saja, aku memang paling tidak suka berdiam diri di apartment. Aku lebih baik duduk di dalam kelas dan mendengarkan dosen mengajar, daripada harus belajar sendirian di dalam kamar.Oh, iya, perkenalkan, namaku Lilian. Usiaku dua puluh dua tahun. Saat ini aku sedang kuliah desain di Singapura. Sedangkan keluarga besar aku tinggal di Jakarta. Untuk sementara, hanya itu dulu perkenalanku, karena aku harus merayu Finn agar dia mau mengantarku ke toko baju.“Tolonglah mampir ke toko baju yang ada di jalan Orchard, s
Read more
Bab 2. Tidak Ada yang Baik
Suara sirine ambulans dan mobil polisi terdengar begitu ramai memekakkan telinga.Para polisi sedang sibuk menjauhkan orang-orang yang berkerumun dari posisi kejadian. Terlihat, seorang polisi wanita mendatangiku.“Maaf, Anda harus menjauh dari posisi ini,” ujar seorang polisi wanita itu dalam bahasa Inggris.“S-saya b-bersama s-seorang p-pria yang b-berada di m-mobil i-itu,” tunjukku dengan berurai air mata dan tubuh yang masih gemetaran.Mengerti yang aku maksudkan, seorang polisi wanita itu menuntunku masuk ke dalam mobil ambulans, di mana para perawat sedang berusaha menolong Finn. Entah kapan mereka membawa Finn, mataku yang tertutup air mata ini tidak sempat melihatnya.Aku melihat sekujur tubuh Finn yang penuh dengan darah akhirnya kembali menangis histeris.“Finn, maafkan aku! Maafkan aku!” ucapku tidak bisa berhenti meminta maaf.Beberapa saat kemudian, aku melihat Finn membuka matanya sang
Read more
Bab 3. Sungguh Menyakitkan
“Erina?” panggilku pelan. Sudah tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata suasana hatiku saat ini.Erina yang sepertinya sudah hampir mencapai titik klimaks kenikmatan membuka matanya dan menoleh ke arahku dengan mata yang terbelalak dan mulut menganga.Sedangkan seorang pria yang tangannya masih berada di ... dalam lubang kenikmatan milik Erina juga ikut menoleh dan perlahan menarik tangannya.“Siapa dia? Apa dia saudara kamu?” tanya seorang pria itu dalam bahasa Inggris.“Bukan,” jawab Erina, tak mengalihkan tatapannya padaku.“Maaf mengganggu. Selesaikan dulu aktivitas kalian. Aku akan menunggu di luar,” ujarku dingin.Kebanyakan orang yang berada di posisiku saat ini pasti akan pergi begitu saja. Namun, berbeda denganku yang masih ingin memberi Erina kesempatan untuk bicara. Aku hanya ingin tahu alasannya berbuat itu di belakangku, bukan ingin kembali dengannya. Statusnya sudah bukan kekasi
Read more
Bab 4. Baju Baru
“Li, sudah donk nangisnya,” bujuk Cheryl.Entah sudah berapa lama aku menangis dan tidak bisa berhenti. Badanku gemetaran, antara takut dan perasaan kehilangan.Jadi, tadi, begitu Tante Iva memberi tahu kalau Finn sudah ... tiada ... ah, aku benci harus mengatakan hal ini. Yang pasti, tadi aku langsung menangis dan tidak berhenti mengucapkan kata maaf.Aku benar-benar tidak percaya kalau Finn sudah pergi untuk selamanya. Aku merindukan Finn. Kami baru saja bertemu di kampus dan dia ... dia ... dia mengantarkanku ke toko baju. Ah, aku benar-benar menyesal telah mengajak Finn ke toko baju. Tuhan ... aku hanya ingin membelikan baju untuknya sebagai rasa terima kasih atas cinta yang dia berikan untukku.Melihatku menangis, Om Danendra meminta Cheryl mengantarkanku kembali ke kamar. Di sinilah aku sekarang, di ruang perawatan.“Aku harus bagaimana agar Finn kembali, Ryl?” tanyaku sambil menangis.Aku sungguh-sungguh ingin
Read more
Bab 5. Menghadiri Pemakaman
“Apa yang terjadi?” tanyaku keheranan saat melihat Cheryl sibuk melakukan serangkaian tes dan menanyakan banyak hal padaku.Cheryl hanya diam dan tak memberikan jawaban apa pun.“Ryl, aku baik-baik saja. Kita kembali ke kamar, yuk!” ajakku.“Ayo, sudah waktunya untuk istirahat,” jawab Cheryl.Aku mengangguk lega.Setibanya di kamar ...Cheryl membantuku naik ke atas brankar kemudian dia menatapku lurus, seakan ada sesuatu yang ingin dikatakannya.“Aku ingin bicara sesuatu. Apa boleh?”Benar, ‘kan dugaanku?Aku pun mengangguk ragu. Sepertinya ini berkaitan dengan kesehatanku. Apa ada masalah?“Post-traumatic stress disorder atau PTSD adalah sebuah kondisi mental di mana seseorang mengalami serangan panik, yang dipicu oleh trauma.” Cheryl menjelaskan, membuatku mengernyitkan kening.Cheryl menghela napas sejenak sebelum lanjut bicara.&l
Read more
Bab 6. Mari Berusaha Bersama
“Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang,” ucap seorang pria paruh baya itu dalam bahasa Inggris. Aku hanya membungkukkan badan sekali lagi sebagai tanggapan.Kemudian seorang pria dan seorang wanita paruh baya, serta dua orang gadis itu melanjutkan langkah mereka, meninggalkan aku seorang diri.Aku pun memberikan penghormatan terakhir di hadapan makam seseorang yang tidak kukenal, lalu aku kembali ke mobil.Untuk beberapa saat aku masih diam di dalam mobil untuk mengingat-ingat wajah seorang gadis yang sedari tadi menangis itu. Hm ..., aku tidak ingat pernah bertemu dengan seorang gadis itu tetapi wajahnya tidak asing.Perlahan aku mulai melajukan kendaraan, keluar dari area pemakaman.Hatiku sedikit merasa lega setelah menangis tadi.Jujur, tadinya aku merasa menjadi orang yang paling menyedihkan. Mama kandungku sendiri tidak mau bicara denganku. Ditambah, kekasih
Read more
Bab 7. Menyibukkan Diri
Krek!Aku yang saat ini sedang duduk di dekat jendela kamar, menoleh begitu mendengar pintu dibuka.Cheryl membawa nampan dan berjalan mendekat ke arahku. Lalu dia duduk di sisi tempat tidur, di sebelahku, sambil meletakkan nampan di atas tempat tidur.“Aku sudah masak susah-susah, tidak boleh tidak di makan ya,” ujar Cheryl.“Aku belum lapar,” sahutku, kembali melihat ke arah luar jendela.Saat ini gorden memang sedang aku buka. Sedari tadi aku terus menatap ke arah langit biru, seakan sedang mencari sosok Finn di sana.“Enggak silau apa, Li, lihat langit terus?” tanya Cheryl sambil menengadah ke arah langit.“Hm,” gumamku, tak berniat memberikan jawaban.Dari sudut mataku, aku bisa melihat kalau Cheryl memerhatikanku.“Li, dari kemarin hanya hotdog yang masuk di dalam perutmu—““Sudah keluar sih tadi pagi,” potongku dengan pandangan ma
Read more
Bab 8. Bertemu Lagi
Pesan yang baru saja aku baca datang dari Erina. Dua kali aku membaca pesannya hingga aku menghela napas panjang dan mengusap kasar wajahku.Bagaimana bisa tiba-tiba Erina mengirimkan pesan, ketika aku sempat mengingatnya sekilas, seakan kami masih punya ikatan batin?“Aku harus bagaimana?” gumamku bingung.Di satu sisi, tidak ada gunanya kami bertemu. Di sisi lain, aku tahu bagaimana rasanya memiliki perasaan bersalah dan harapan untuk bisa mendapatkan pengampunan.Sering kali orang lebih suka menghukum dengan membiarkan seseorang hidup dengan perasaan bersalah tanpa memberikan maaf. Padahal memaafkan itu bukan menghapus kesalahan. Dan sekalipun kita sudah memaafkan, tidak semua orang bisa dengan mudah melepaskan perasaan bersalah.Bagiku, memaafkan itu sebuah langkah maju. Hidup kita dan orang lain harus terus berjalan.Ha! Lagi-lagi aku menghembuskan napas kasar.Setelah berpikir sejenak, aku bergerak merapikan barang-b
Read more
Bab 9. Kambuh
Lilian POVBeberapa saat yang lalu, usai menghabiskan bubur ayam buatan Cheryl, aku mengajak sahabatku itu jalan-jalan keluar sebentar.Meskipun Cheryl tak berhenti menggangguku agar aku berhenti melamun, tetapi aku tetap merasa sepi.Di Singapura, selalu ada orang-orang yang berlalu lalang di jalanan, dan aku ingin merasakan kehadiran banyak orang. Dengan demikian, aku berharap, bisa melupakan Finn walau hanya sebentar saja.Pikiranku benar-benar penuh hingga membuat kepalaku terasa sangat sakit. Dadaku sesak menahan rindu. Hatiku teramat sedih. Aku hanya perlu sebentar saja keluar dari unit apartment ini.Beruntung Cheryl menyetujui keinginanku. Kebetulan dia ingin makan nasi lemak. Jadi, kami bergegas bersiap dan berjalan keluar dari unit apartment.Ketika kami sudah dekat dengan tempat makan yang menjual nasi lemak, tiba-tiba ada suara sirine yang begitu nyaring, memekakkan telinga.Suara sirine itu mengingatkanku pada kejadian di mana aku melihat mobil Finn ditabrak dan … dan … da
Read more
Bab 10. Hai, Finn!
Demi bisa mengunjungi Finn, aku menikmati makan malamku dengan semangat, walau aku sebenarnya belum berselera makan. Dan itu sukses membuat Cheryl terus menampilkan raut wajah bahagia.“Sudah ya, aku menepati janjiku,” kataku pada Cheryl yang hanya mengangguk-angguk.“Istirahatlah! Biar aku yang mencuci piring,” ujar Cheryl usai menelan suapan terakhir.“Terima kasih, Dokter Cheryl kesayangan,” ucapku riang.Rencana untuk mengunjungi makam Finn besok, sungguh membuatku lebih bersemangat. Mungkin terdengar berlebihan, tapi aku merasa hatiku tertinggal di sana bersama Finn.Setelah membantu Cheryl meletakkan peralatan makan di tempat cucian, aku bergegas masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhku dan beristirahat. Ah, aku tidak sabar menunggu besok.Tok tok tok!Aku mendengar suara pintu kamar diketuk namun terlalu banyak menangis membuatku sulit membuka mata.Hingga tak lama kemudian, akhirnya aku berhasil membuka mata dan melihat seseorang datang menghampiriku.Tunggu dulu!“Finn
Read more
DMCA.com Protection Status