Wanita Yang Melamar Suamiku

Wanita Yang Melamar Suamiku

Oleh:  Helminawati Pandia  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 Peringkat
117Bab
76.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bening tak percaya kalau suaminya dilamar oleh seorang janda kaya. Lamaran itu terjadi saat Sigit sedang mengalami masalah pelik di dalam pekerjaannya. Perusahaan melakukan pengurangan karyawan, dan Sigit adalah salah satu yang menjadi korban. Kehilangan pekerjaan membuat Sigit terpaksa memboyong istri dan anak-anak untuk menumpang hidup di rumah ibunya. Dengan janji akan segera mencari pekerjaan lagi, Sigit meminta Bening untuk sabar meski diperlakukan bak seorang babu. Ibu mertua dan kedua iparnya sejak awal memang tidak menyukai Bening. Mereka beranggapan Bening tak sepadan dengan Sigit. Bening hanyalah seorang perempuan kampung yang miskin dan tak berpendidikan. Kini, ibu mertua dan kedua kakak ipar seolah ingin balas dendam. Sigit akan mereka nikahkan untuk kedua kalinya. Akankah Sigit menerima lamaran Yosa? Apakah Bening akan menerima keputusan keluarga suaminya? Apakah Sigit akan menjadakan istrinya demi seorang janda? Bagaimana perjuangan Bening untuk bangkit demi anak-anak dan harga dirinya yang telah terkoyak? Ikuti di bab-bab selanjutnya, ya.

Lihat lebih banyak
Wanita Yang Melamar Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Winangsi Rahim
cerita yang bagus,
2023-12-25 11:21:13
0
user avatar
b_lily04
Ternyata baru sadar authornya sama 3 cerita lain yg udah aku baca. Cerita ini juga ga kalah seru. Ceritanya menarik. Ada plot twistnya juga. Intinya bucin boleh. Tapi jangan bodoh. Sukses ya, thor.
2022-12-30 15:47:44
0
user avatar
POMME
hi, kak. kalau kakak suka dark romance dewasa, mampir ke karyaku, yaa, kak ㅡAKU, BUKAN SEORANG PELACURㅡ hihi terima kasih ^^
2022-09-23 21:30:28
0
user avatar
icechoco
ceritanya menarik
2022-09-22 12:49:50
1
user avatar
Silvia Roza
mulai baca neh.. seperti apa jalan cerita nya y. 3 cerita sebelumnya sudah tamat di baca. lanjut ini bacanya... cekidot....
2022-08-23 07:04:45
1
user avatar
Arie 465
penasaran sama ceritanya.......
2022-08-11 12:11:35
1
user avatar
Ni Putu Andriani
ceritanya seru, bikin penasaran ...
2022-08-10 22:58:34
1
user avatar
ET. Widyastuti
Ditunggu kelanjutannya
2022-08-02 18:36:45
0
user avatar
Astika Buana
Ceritanya keren.
2022-07-28 12:58:48
0
117 Bab
Bab 1. Rahasia Ibu Mertua Dan Suamiku
Bab 1. Rahasia Ibu Mertua Dan Suamiku“Nanti malam Yosa datang! Kamu sudah punya jawaban, toh, untuk lamarannya?”Aku tersentak. Suara Ibu terdengar jelas di telinga. Namun, aku tak paham apa maksudnya. Apa yang dia bicarakan. Lamaran apa maksudnya? Nama Yosa memang tak asing di telingaku, meski aku tak kenal siapa dia.Seisi rumah ini sering sekali menyebut nama itu. Memuji dan memuja bagaikan seorang ratu. Kecuali suamiku. Pernah aku bertanya siapa Yosa Namun, Mas Sigit tak mau menjelaskan. Salah seorang keluarga jauh Ibu, itu saja jawabannya.“Ibu enggak mau kamu ngecewakan ibu untuk kedua kalinya, paham, kowe!” ucap Ibu lagi.Penasaran, aku berdiri sambil menggendong bayiku. Kutempelkan kedua mata di sela-sela dinding kamar yang terbuat dari anyaman tepas bambu. Kamar ini terletak persis di samping dapur. Kulihat Mas sigit dan ibunya tengah berdiri di dekat meja makan. “Kok, diem, Le?” tanya ibu lagi.Mas Sigit menarik napas panjang. Sepertinya hatinya sedang sangat gundah
Baca selengkapnya
Bab 2. Suamiku Dilamar Mantan Pacar
Bab 2. Suamiku Dilamar Mantan Pacar“Enggak bisa! Kamu itu, ya, baru segini saja gaji suami sudah bertingkah! Sejak Sigit nikahi kamu hidup anakku jadi sial! Kamu pembawa sial! Noh, anak-anakmu semua bawa sial! Sebelum menikahi kamu, Sigit itu sukses! Calon manager! Banyak perempuan yang tergila-gila sama dia! Bodohnya Sigit malah milih kamu yang hanya seorang pelayan restoran! Lihat hidupnya sekarang! Melarat!” maki Ibu menunjuk wajahku.Betapa aku ingin menangis sejadinya saat ini. Sakit sekali hatiku. Saat Mas Sigit menganggur karena belum dapat kerja setelah di PHK, aku masih bisa terima perlakuan mereka karena nyatanya kami memang hanya menumpang hidup di sini.Kukira, setelah Mas Sigit bekerja meski dengan gaji yang tak seberapa, ibu tak akan menghinaku lagi. Nyatanya tetap saja tak berubah. Sepertinya, rasa benci di hatinya padaku sudah mendarah daging. Tak akan pernah berubah menjadi kasih, meski Mas Sigit mendapat gaji miliran sekalipun. Baik, aku kini sadar seperti apa
Baca selengkapnya
Bab 3.  Tamparan Manis Untuk Mantan Pacar
Bab 3. Tamparan Manis Untuk Mantan Pacar“Bening!”Kudengar bentakan ibu mertuaku. Dia, Mas Sigit dan kedua kakak iparku datang dengan tergopoh-gopoh. Kucari wajah perempuan tadi di antara mereka. Tak ada. Ternyata dia bertahan di ruang tamu.Perempuan yang datang untuk melamar suamiku. Apa yang mengganjal di benakku sekarang terjawab sudah. Bisik-bisik oleh ibu mertua dengan suamiku tadi pagi, ternyata ini jawabannya. Wanita itu mengatakan sudah sebulan dia menunggu jawaban. Artinya selama itu pula mereka merahasiakan ini dariku.Ya, Tuhan, betapa bodohnya aku selama ini. Mereka telah menipuku. Tapi, kenapa malam ini seolah Mbak Ambar sengaja membongkar hal ini padaku? Dia memerintahkan aku untuk membuat minum dan mengantarnya ke ruang tamu. Bukankah itu artinya dia ingin memberi tahu segalanya padaku?“Bening! Kenapa kamu? Kayak engak pernah kerja aja! Bersihkan semua beling itu!” teriak Ibu lagi sambil berjalan penuh emosi mendekatiku.“Eh, hati-hati, Bu! Awas kaki ibu terken
Baca selengkapnya
Bab 4. Aku Yang  Menjawab Lamaran Yosa
Bab 4. Aku Yang Menjawab Lamaran Yosa“Bening! Apa yag kau lakukan?” teriakan tiga orang perempuan terdengar menggelegar, saat dua tamparan dari tangan kasarku mendarat di pipi Yosa yang halus mulus bak pualam itu.“Aku hanya memberinya hadiah, karena telah berhasil mendapatkan tempat di hati ibu mertua dan kedua iparku. Tentu saja di hati Mas Sigit juga,” jawabku menatap tajam ke arah suamiku.Pria itu salah tingkah. Dia bergeming di tempatnya. Tak menyalahkanku, juga tak membela calon istri barunya. Sementara Yosa masih mengaduh keganjenan. Tangan mulusnya meraba pipi yang berubah warna bekas telapak tanganku.“Ibu, sakit … perih … wajahku lecet …,” adunya kepada ibu.Betapa aku ingin dia membalas perbuatanku. Andai dia mau melawan, aku tentu punya kesempatan untuk menjambak rambutnya, atau menggores pipinya dengan kukuku. Nyatanya dia hanya mengaduh dengan gaya ganjen yang membuatku makin muak.Sepertinya dia benar-benar menjaga image, agar dia dianggap penyabar, baik hati dan t
Baca selengkapnya
Bab 5. Memilih Menjadi Janda
Bab 5. Memilih Menjadi Janda“Nah, itu yang seharusnya kita bicarakan. Kita tentuin tanggal nikahnya, bukan membahas si Bening! Gak penting!” sergah Mbak Sekar lagi lagi melirik sinis ke arahku.“Gimana mau ngomongin tanggal pernikahan, Mas. Sedangkan Mas Sigit saja belum memberikan jawaban,” tutur Yosa dengan suara lembutnya.“Iya, Git, jawab!” Mbak Ambar langsung menyambar.“Hem, sepertinya Sigit masih ragu karena Bening belum setuju, Mas!” Mas Bayu ikut berbicara.“Dek Ning, kamu harus bisa menerima! Ini untuk kebaikan kalian semua. Dek Yosa udah berjanji akan menyediakan satu rumahnya untuk kalian huni. Dia bersedia menanggung biaya hidup kalian satu keluarga. Kalian tak akan menumpang hidup lagi di sini! Bukan aku dan Bayu enggak ihklas menanggung biaya hidup kalian selama menumpang di sini. Tapi, kalau kalian hidup berkecukupan, kami akan ikut senang, Dek, Ning!” tutur Mas Wisnu.Aku bergeming. Jujur aku ingin membantah semua ucapannya. Tapi, aku tak melakukannya. Sebab akan
Baca selengkapnya
Bab 6. Karena  Perempuan Berstatus Istri Wajib Patuh Pada Suami
Bab 6. Karena Perempuan Berstatus Istri Wajib Patuh Pada Suami“Ning, apa ini?” Tiba-tiba Mas Sigit mencekal lenganku.“Singkirkan tanganmu, Mas!” sergahku mengibaskan tangannya, tetapi tak bisa.“Kenapa masukin pakaian ke dalam koper? Kamu mau pergi?” tanyanya malah makin mengeratkan cekalan. Sakit dan perih di pergelangan tanganku, tak dihiraukannya.“Sakit, Mas! Lepas!” teriakku mengibaskannya dengan kasar. Cekalannya terlepas. Kulanjutkan memasukkan beberapa potong pakaian lagi. Daster lusuhku belum masuk dua potong lagi. Daster yang kata Mbak Ambar lebih buruk dari kain lap di dapur. Namun, tetap akan kubawa. Karena hanya itu yang aku punya.“Kau tidak boleh pergi!” Tiba-tiba Mas Sigit mengeluarkan isi koper lagi. Dia bahkan mencampakkannya secara sembarangan ke segala arah.“Kenapa? Kenapa aku tidak boleh pergi!” sergahku seraya memunguti pakaian itu lalu memasukkannya kembali ke dalam koper.“Pokoknya tidak boleh pergi!” bentak Mas Sigit mengeluarkannya lagi. Kurebut lagi, ka
Baca selengkapnya
Bab 7. Ancaman Pengacara Calon Maduku
Bab 7. Ancaman Pengacara Calon Maduku “Kau mau menikah, kau telah memberikan hatimu kepada perempuan lain, kau bahkan akan memberikan tubuhmu kepada wanita itu, lalu aku masih harus patuh padamu, begitu?” “Kau tak berhak membantahku, Bening! Kubilang jangan pergi!” “Aku akan tetap pergi!” “Tidak bisa! Kau tidak boleh pergiiiiiii …!” Par! Mas Sigit berteriak sambil memukul pintu kamar. Suara gaduh dan teriakan itu memancing perhatian seluruh keluarganya. Termasuk Yosa yang masih belum pulang juga. Hitungan detik, semua datang ke kamar sempit itu. Mereka berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah yang macam-macam. Sempat kulihat Yosa menelepon seseorang, entah siapa dan untuk apa, aku tak sempat memikirkan. “Apa ini?” tanya Ibu menyapu seluruh pemandangan di dalam kamar. Kamar yang sudah berubah seperti kapal pecah karena ulah anaknya. Pakaian kami berserakan di mana-mana. “Bening mau pergi, Bu! Tolong bujuk dia agar jangan pergi! Mbak Ambar, Mbak Sekar, tolong berj
Baca selengkapnya
Bab 8.  Rencana Minggat
Bab 8. Rencana Minggat“Papa mau ke mana?”Kudengar tangis Rara memanggil Mas Sigit. Nada yang masih sibuk merapikan baju-baju kami yang tadi sempat berhamburan menatapku penuh tanya.“Papa! Papa jangan tinggalin kita! Kata Mama, kita mau pergi! Kak Nada, dan Dek Bima juga ikut. Papa jangan tinggalin kita, Pa!!” Panggilan Rara makin kencang.“Nada liat dek Rara dulu, ya, Ma!” kata Nada segera bangkit lalu berjalan keluar kamar. Namu, belum juga tubuhnya hilang di balik pintu, Mbak Ambar sudah muncul di hadapan kami. Rara terseret di tangannya.“Nih anakmu! Kamu ya, yang ngajari dia berbuat lancang?” ketusnya menatapku dengan tatapan nyalang. “Dia pikir mobil bagus si Yosa itu adalah mobil yang akan kau gunakan untuk minggat! Dasar, ibu sama anak sama to lolnya!” cacinya seraya mencampakkan tubuh mungil Rara ke arahku.“Ma, papa pergi naik mobil bagus. Kita ditinggal! Tadi Mama bilang kita semua mau pergi, kenapa Papa malah ninggalin kita?” tanya Rara mulai sesegukan di dadaku. Kupe
Baca selengkapnya
Bab 9. Minggat Di Tengah Malam
Bab 9. Minggat Di Tengah MalamEmosiku sudah naik ke ubun-ubun rasanya, tetapi aku harus tetap bersabar. “Nad, tadi sore mama sudah masak sayur sama ikan sambal. Kok, enggak ada di meja, ya?” tanyaku menoleh ke arah Nada.“Itu, Ma! Ada, kok. Di dalam lemari piring,” tunjuk Nada ke sudut dapur. Lemari yang terbuat kaca itu memilik rak bertutup di bagian atas. Itu sering kami gunakan untuk menyimpan persediaan makanan.“Kenapa kalian hanya makan garam? Sebentar mama ambilkan,” ucapku gegas berjalan ke sudut dapur. Kutarik pegangan rak, tak bisa bergerak. Kuulang hingga tiga kali, tetap tak bisa.“Dikunci, Ma,” lirih Rara dengan mata berkaca-kaca.“Enggak apa-apa, kok, Ma! Makan pakai garam juga enak, cobain, deh! Iya, kan, Ra, Enak, kan?” kata Nada berdusta. Aku tahu dia hanya berusaha menghibur hatiku. Agar aku tidak sedih dan kecewa.Begini selalu bila ibu dan ipar-iparku marah padaku. Pasti mereka menyembunyikan makanan, meskipun aku yang memasaknya.Kuseka air mata di kedua pipi.“
Baca selengkapnya
Bab 10. Tawaran  Mesum Suami Kakak Ipar
Bab 10. Tawaran Mesum Suami Kakak Ipar“Om?” lirih Nada dan Rara hampir bersamaan. Mereka sama ketakutannya seperti aku. Apalagi selama ini pun, Mas Wisnu memang tak pernah ramah terhadap mereka.“Ya, ini, Om. Ayo masuk mobil, cepat, sebelum satpam komplek menlihat dan menemukan kalian di sini. Cepat, Ning! Sini kopernya!”Pria itu mendekatiku, meraih koper di atas kepalaku, membawanya masuk ke dalam mobil.“Tidak, Om, Kami enggak mau balik ke rumah nenek! Kau mau minggat!” sergah Nada mencoba merebut koper dari tangan Mas Wisnu.“Siapa yang mau mengembalikan kalian ke rumah nenek? Justru Om mau mmebantu kalian minggat, makanya ayo, cepat naik!” Nada melepas koper, lalu menoleh ke arahku.“Coba pikir, apa mungkin kalian bisa melewati pos jaga di depan, ha? Apa kata satpam komplek itu nanti? Dia pasti akan segera menelepon ke rumah nenek, iya, kan? Tapi, kalau kalian smebunyi di dalam mobil Om, mereka enggak akan liat. Ayo cepat, sebelum warga lain ada yang meintas!” bujuk Mas Wisnu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status