Share

Bab 3.  Tamparan Manis Untuk Mantan Pacar

Bab 3.  Tamparan Manis Untuk Mantan Pacar

“Bening!”

Kudengar bentakan ibu mertuaku. Dia, Mas Sigit dan kedua  kakak iparku  datang dengan tergopoh-gopoh. Kucari wajah perempuan tadi di antara mereka. Tak ada. Ternyata dia bertahan di ruang tamu.

Perempuan yang datang untuk melamar suamiku. Apa yang mengganjal di benakku sekarang terjawab sudah. Bisik-bisik oleh ibu mertua dengan suamiku tadi pagi, ternyata ini jawabannya. Wanita itu mengatakan sudah sebulan dia menunggu jawaban. Artinya selama itu pula mereka merahasiakan ini dariku.

Ya, Tuhan, betapa bodohnya aku selama ini. Mereka telah menipuku. 

Tapi, kenapa malam ini seolah Mbak Ambar sengaja membongkar hal ini padaku? Dia memerintahkan aku untuk  membuat minum dan mengantarnya ke ruang tamu. Bukankah itu artinya dia ingin memberi tahu segalanya padaku?

“Bening! Kenapa kamu? Kayak engak pernah  kerja aja! Bersihkan semua beling itu!” teriak Ibu lagi sambil berjalan penuh emosi mendekatiku.

“Eh, hati-hati, Bu! Awas kaki ibu terkena  pecahan beling!” pekik Mbak Ambar mengkhawatirkan ibu.

“Bening, kenapa kamu teledor sekali!!? Itu gelas aku yang beli minggu lalu! Sanggup kamu gantiin, ha!? Kau pikir itu harganya murah? Harga Gekas itu jauh lebih mahal daripada daster kumalmu ini, tau!”  maki Mbak Sekar  menarik kasar  ujung dasterku.

“Sudah, dong, Mbak! Bening pasti enggak sengaja! Lagian kenapa  mesti  dia yang membuatkan minum? Kalian benar-benar keterlaluan!” kata Mas Sigit membelaku. Dia lepaskan  ujung dasterku  dari cengkraman tangan Mbak Sekar

“Lho, apa salahnya kalau dia yang buatkan minum buat tamu, biasanya juga dia?” Mbak Ambar langsung membantah.

“Mbak enggak punya perasaan! Sudah! Kalian selesaikan saja sendiri! Malas aku ngelanjutkan ini! Ayo, Ning, kita ke belakang!” kata Mas Sigit menggamit lenganku.

“Ya, enggak bisa, dong! Obrolan kita belum selesai dengan Yosa! Kamu enggak bisa pergi begitu saja!” tegas  Mbak Ambar menahan  Mas Sigit.

“Berhenti membahas itu di depan Bening, Mbak!”seru Mas Sigit menoleh kepada kakak sulungnya itu.

“Lho, kenapa? Bening harus tahu semuanya!  Jangan ditutup-tutupi lagi!” Mbak Ambar bersikeras.

“Tidak! Ayo, Ning!” Kembali Mas Sigit menarik lenganku.

“Oh, jadi ini yang namanya Bening?”

Serempak kami menoleh. Seorang wanita bergaun mewah melangkah anggun menghampiri kami. Aroma parfum mahal menguar dari seluruh tubuhnya. Senyum merekah di bibir bergincu merah jambu itu. Saat dia berjalan, gelang emas yang menghiasi pergelangan tangannya menimbulkan suara  gemerincing. Berlian yang melingkar di leher jenjang, melengkapi penampilannya.

Aku sempat terpana saat dia melangkah ke arahku, mengikis jarak di antara kami, semakin dekat.

Mas Sigit langsung melepas pegangannya di lenganku. Seolah memegangku seperti tadi adalah perbuatan  yang pantang. Sekarang sikapnya berubah total. Kalau tadi dia begitu membelaku di depan ibu dan kakak-kakaknya, sekarang seolah aku bukan siapa-siapa baginya  di depan Yosa. Bahkan bisa kutangkap dari raut wajahnya, kalau dia malu mengakui aku sebagai istrinya.

Kenapa? Apakah dia takut perempuan ini cemburu bila melihat dia  memegangku?   Kenapa dia malu aku ini istrinya? Atau dia malu karena aku tak ada apa-apanya dibandingkan dengan wanita itu? Karena antara aku dan wanita ini bagaikan langit dengan bumi, dia langitnya aku bumi  yang penuh lumpur?

“Ini istri kamu yang bernama Bening itu, kan, Mas?” tanya suara lembut itu menoleh dengan tatapan manja kepada Mas sigit.

“Eeeeh, i-iya, Sa! Kenalin!” sahut suamiku dengan  agak terbata. Kulihat sikapnya semakin gugup saja.

Aku sangat yakin, dia merasa  terpaksa  saat mengatakan ‘iya’. Astaga, Mas! Kau bahkan merasa tertekan mengakui aku sebagai istrimu di hadapan wanita yang melamarmu ini! Kau malu karena daster lusuhku ini? Kau malu karena wajah kusam tak terawatku ini? Rambut panjang yang asal gelung ini? Kau malu karena bibirku yang pucat, kering dan pecah-pecah karena kekurangan gizi padahal aku sedang menyusui anakmu ini!

Sedangkan wanita ini begitu sempurna. Dia ratu aku babunya. Itu pantasnya. Bagaimana mungkin aku bisa memenangkan hatimu. Andai disuruh memilih, tentu kau akan memilih dia. Pantas ibu dan kakak-kakakmu juga begitu gigih menyatukan kalian. Dari segi penampilan saja, aku kalah telak. Konon lagi masalah harta.

Kini kami sudah saling berhadapan. Wanita cantik itu berdiri tepat di depanku. Tangan gemulai dengan lengan langsing itupun terangkat. Telapak tangan halus yang kuyakin sangat  lembut itupun terulur ke arahku.

Aku tak mau menerimanya. Bukan karena minder sebab telapak tanganku kasar dan kapalan, tetapi karena aku jijik menyentuh kulit murahannya.

“Hay, Bening! Kenalkan, aku Yosa,” ucapnya dengan suara yang begitu lembut. Senyum manis tak lekang dari bibirnya. Mata bagusnya begitu berbinar. Aku melihat ada cinta yang memancar di sana. Cinta kepada Mas Sigit, suamiku. Aku bisa merasakan itu, saat dia melirik manja  kepada ayah dari ketiga anak-anakku itu.

Astaga! Perempuan jenis apa yang sedang  berdiri dihadapanku ini ya, Tuhan. Dia bisa bersikap begitu ramah kepada istri dari lelaki yang ingin dicurinya. Lelaki yang dia lamar tanpa rasa malu. 

“Oh, iya, aku adalah cinta pertamanya Mas Sigit. Jadi, kita dulu pacaran saat SMA.  Tapi, Mas Sigit lanjut kuliah, aku gak sabar nunggu, jadi aku nikah duluan. Yang namanya jodoh emang enggak ke mana. Aku bercerai dengan suamiku enam bulan yang lalu. Rupanya jodoh aku itu memang Mas Sigit.”

Perempuan itu menarik kembali tangannya yang terulur. Sedikitpun tak tersingung meski aku mengabaikan salamnya. Wajahnya tetap semringah.

Maaf, ya, Bening. Aku enggak apa-apa, kok, meski kita berbagi suami. Kamu tetap istri yang sah, aku dinikahi secara siri juga enggak apa-apa. Aku janji,  kita pasti bisa  hidup akur. Bahkan aku mau, kok menanggung hidup kamu dan juga semua anak-anak kamu! Kamu setuju, kan, Bening?” lanjutnya menepuk lembut bahuku.

Plak!

Plak!

“Bening! Apa yang kau lakukan?” teriakan tiga orang perempuan terdengar menggelegar, saat dua tamparan dari tangan kasarku mendarat di  pipi  Yosa yang halus mulus bak pualam itu.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status