Jum'at, 29 Juli 2022
Fisesa adalah salah satu murid kelas X-1 yang langganan datang paling cepat. Ia mendapati Intan telah duduk di tempatnya dengan berbalut jaket abu-abu pagi itu.
"Fisesa, kamu mau makan-makan gratis?" tanya Intan dengan mata berbinar. Cat kuku beningnya berkilauan dari balik lengan jaket, menambah kesan menggemaskan.
"Terima kasih, tapi aku sudah punya." Fisesa menyodorkan buku agenda cokelatnya. Di sana terselip beberapa kupon makan dan struk belanja yang lupa dibuang.
"Tapi ini japanese food lho." Sebuah kupon makan dengan gambar ramen dan sumpit menyembul tiba-tiba dari balik telapak tangan Intan.
Bagaimana ia bisa tahu aku suka itu?
Fisesa mendongak. Samar-samar ia dapat membaca sebuah kata: Ichibento. Nama kafe terkenal yang menyediakan makanan Jepang di daerah Tangerang.
"Aku hanya ingin minta tolong satu hal." Intan menggigit bibir bawahnya perlahan dan menempelkan kedua ujung t
Dear teman-teman pembaca, Halo, aku Pandalica. Terima kasih sudah mengikuti cerita Vice Versa hingga chapter ini ya. Aku mengapresiasi antusiasme teman-teman sekalian. Vice Versa berasal dari kata serapan bahasa Latin yang artinya 'dan sebaliknya.' Kata ini aku pilih sebagai judul novelku untuk mewakili petualangan Tabian dalam memecahkan misteri di sekolahnya. Bagaimana pendapat teman-teman dengan cerita Tabian? Aku tunggu ya masukan dan kritiknya. Karena penulis tidak dapat berkembang tanpa masukan dari para pembaca. Oh iya, outline cerita ini sudah selesai dari setahun yang lalu lho dan penulis sedang meramunya agar menjadi cerita yang menarik. Mohon doa dan dukungannya ya! Salam kasih, Pandalica
Senin, 01 Agustus 2022 Apa yang akan kalian lakukan jika dua perempuan muda dengan gerak-gerik aneh mencegat kalian ketika ingin makan siang? Glen memilih untuk mendengarkan. "Ada apa, Intan? Fisesa?" Intan menyenggol pinggang Fisesa."Glen, boleh minta waktunya sebentar? Ada yang mau Intan sampaikan." Mereka bertiga kemudian melingkari meja Fisesa. Glen berada di tengah-tengah. "Jadi begi--." "Glen? Ayo ke kantin!" Sekonyong-konyong Tabian muncul. Intan mengepalkan tangannya diam-diam. Ia berusaha tersenyum semanis mungkin. "Aku pinjam temanmu sebentar ya, Tabian." "Oh? Oke, aku tunggu," balas Tabian singkat. Ia mendaratkan tubuhnya tanpa beban di bangku miliknya. Fisesa dan Intan beradu pandang secara otomatis. Fisesa mengangguk untuk meyakinkan Intan. "Jadi begi--." "Intan~" panggil seorang laki-laki yang paling tidak diinginkan saat itu. Intan memutar bola matan
Sepotong tubuh berkulit cerah meronta-ronta di atas brankar. Napasnya memburu bukan tanpa sebab. Ratusan detik yang lalu, ia dikejar-kejar oleh dua pria berbadan dua kali lebih besar. Banjir keringat membasahi kaos oblongnya. Ia terlalu lelah, tenggorokannya kering. Teriakan minta tolong hanya sampai di ubun-ubun dan ujung lidahnya. Kacamata hitam membuat wajah para pengejar nampak buram, menambah kesan seram. Mereka menahan dan mengikat tubuh sang remaja—dada, pinggang, dan kakinya—dengan tiga pasang sabuk hitam yang memiliki lebar 5 cm. Hal itu tidak mematikan semangat hidup sang remaja. Ia memusatkan rontaan pada kedua kakinya, berusaha melonggarkan ikatan yang ada. “Duk! Duk! Duk!” Tapi ... mustahil. Ikatannya tidak bergeser sedikit pun. Suara kaki yang beradu dengan bantalan brankar menggema di lorong yang sunyi. Hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya, para pengejar, dan seseorang yang berpakaian serba putih. Wajahnya tidak nampak jelas ak
Senin, 04 Juli 2022 Kiri, kanan. Kiri, kanan. Siswa dan siswi berjaga-jaga dalam menyebrang jalan. Mereka berhamburan hingga berlarian menuju gerbang. Penampang besi menyerupai alfabet terpampang di atas gerbang merangkai tulisan: SMA Yudhis. Tembok pagarnya seputih awan dan menjulang tinggi—bersaing dengan pepohonan. “Mari kita saksikan penampilan dari ekskul karate!” Suara TOA menggaung ke seluruh penjuru halaman dan sayup-sayup terdengar hingga gerbang. Dua hari pertama adalah kesempatan emas bagi setiap anggota ekstrakurikuler—disingkat ekskul—untuk promosi. Halaman depan telah dipadati para murid yang menonton atraksi. Meja berjajar di sisi luar lapangan sebagai tempat mendaftarkan diri. Rayuan para kakak kelas tidak berhasil menggaet dirinya. Laki-laki jangkung dengan rambut hitam berponi. Ia berjalan menerobos kerumunan, tidak berminat dengan setiap taktik yang ada. Tawaran minuman gratis hingga anggota yang memiliki dewi kecantikan, gagal mena
Rabu, 06 Juli 2022 Pagi hingga siang di hari Rabu, waktunya jam khusus. Ke lima kelas angkatan kelas X membentuk kelompok belajar yang sudah ditetapkan. Informasi hanya diberikan melalui papan pengumuman yang ada di tiap lantai. Murid-murid membludak, berlomba-lomba mengecek calon teman barunya. Lorong-lorong kini lebih mirip gorong-gorong yang dipenuhi cicitan tikus. Tidak sedikit yang berlari-lari kecil menuju gedung pelaksanaan jam khusus. Padahal dekat, tinggal guling-guling dari gedung utama. Ruang kelasnya lebih kecil dari gedung sebelah. Hanya 5x5 meter. Saling berhadapan satu sama lain dan berjumlah empat belas. “Sepuluh orang tiap kelas? Pelajaran macam apa yang akan kita terima?” Anya menggerutu pada Intan. “Katanya beragam. Ada pelajaran musik, olahraga, ber—.” “Kata siapa?” potong Anya. “Kakak kelas.” “Siapa?” tandas Anya. Matanya penuh selidik, berusaha menafsir ucapan Intan. Tidak ada jawaban. “Aku
Cor beton. Kasur baruku selama satu dekade ke depan. Kepalaku kini beralaskan botol mineral. Dingin dan sedikit lembab. Kadang-kadang ada yang bergerak-gerak di ujung kakiku saat kegelapan datang. Apa itu? Sudah tiga hari ku cari tahu, tetapi belum ketemu. Teman baruku hanya mengatakan bahwa itu hewan peliharaan. Milik seisi rumah.Esoknya aku sengaja terjaga karena ingin berkenalan dengan peliharaan itu. Dengkuran teman-temanku saling bersahutan satu sama lain. Andai saja ada kamera. Aku ingin mengabadikannya. Suara tetesan air dari keran bocor pun menggema. Aneh, padahal kamar mandi ada di ujung lorong.Mataku menari-nari di bawah remang lampu yang tidak seberapa. Hanya bohlam kuning tergantung di langit-langit yang menjaga kewarasanku dan kawan-kawanku dalam gelap. Dimana kamu, peliharaan? Keluarlah, aku ingin menyapamu kembali. Telapak kakiku merah-merah kamu buat tiap hari.“Cit! Cit! Cit!”Itu dia! Telinganya sangat lebar di antara jenis
Rabu, 06 Juli 2022 Daniarsyah Faldy Yunus. Nama pesaing Kak Juan cukup berlawanan dengan nama Juan Juandi yang mudah diingat. Tabian tidak pernah melihat batang hidung laki-laki bernama Daniarsyah ini termasuk dalam promosi eskul kemarin. Serius nih? Kalau Kak Juan sampai teriak-teriak pakai TOA. “Jangan dipandangin lama-lama. Nanti naksir,” goda seseorang. “Ka Juan?” “Mau pulang?” Tabian mengiyakan. “Ayo bareng.” Gedung utama mulai sepi. Sepanjang jalan dari lorong hingga halaman depan, hanya anggota osis yang terlihat. Mereka lalu lalang untuk mempersiapkan acara pemilihan ketua osis SMA Yudhis ke-10 yang sebentar lagi dilaksanakan. Jumat depan. “Hebat ya, masih semester tiga sudah terpilih jadi ketua osis,” puji Tabian asal. Ia mengamati reaksi Juan dari setiap perubahan pada raut wajahnya. Kening, alis, pupil mata, lekukan bibir, apapun itu. Tabian mencari setitik tanda. Juan tertawa kec
Kamis, 14 Juli 2022 "Tadi sampai dimana?" tanya Tabian dengan wajah tanpa dosa. "Semua fokus!" perintah Glen dari depan kelas. Glen menyampaikan bahwa Ricardo telah terlibat dalam sebuah insiden. Ricardo dituduh telah melukai Tommy, anak kelas X-4. Tommy sekarang dirawat di rumah sakit akibat luka tusukan di perutnya. Satu-satunya saksi mata adalah Ricardo karena ia orang terakhir yang bertemu dengan Tommy. Namun keputusan akhir menyatakan bahwa Ricardo adalah pelakunya. Masalah semakin besar ya? Tabian kini melirik ke kiri dan ke kanan. Hujatan demi hujatan dilontarkan pada Ricardo. Sebagian kelas memperlihatkan kebencian dengan nyata. Semakin parah. Tabian menyimpulkan. “Tolong tenang, teman-teman. Aku belum selesai. Ricardo, silahkan terangkan pada mereka.” Ricardo berdiri dari belakang mejanya. Mulutnya tidak melebar seperti biasanya. Dadanya lapang, siap menerima olokan. “Silahkan kalian i