Share

Kebas di Lapas

Cor beton. Kasur baruku selama satu dekade ke depan. Kepalaku kini beralaskan botol mineral. Dingin dan sedikit lembab. Kadang-kadang ada yang bergerak-gerak di ujung kakiku saat kegelapan datang. Apa itu? Sudah tiga hari ku cari tahu, tetapi belum ketemu. Teman baruku hanya mengatakan bahwa itu hewan peliharaan. Milik seisi rumah.

Esoknya aku sengaja terjaga karena ingin berkenalan dengan peliharaan itu. Dengkuran teman-temanku saling bersahutan satu sama lain. Andai saja ada kamera. Aku ingin mengabadikannya. Suara tetesan air dari keran bocor pun menggema. Aneh, padahal kamar mandi ada di ujung lorong.

Mataku menari-nari di bawah remang lampu yang tidak seberapa. Hanya bohlam kuning tergantung di langit-langit yang menjaga kewarasanku dan kawan-kawanku dalam gelap. Dimana kamu, peliharaan? Keluarlah, aku ingin menyapamu kembali. Telapak kakiku merah-merah kamu buat tiap hari.

“Cit! Cit! Cit!”

Itu dia! Telinganya sangat lebar di antara jenisnya yang pernah ku temui. Badannya sangat gemuk dan penuh bulu kelabu. Bagaimana bisa kaki kecilmu mengampu? Hei! Kamu pamerkan juga ya gigimu yang tajam itu! Kemari kamu! Aku hadiahkan sebuah tepukan rahasia, tradisi seisi rumah. Tamparan kupu-kupu.

Ah, sial. Dia kabur. Lebih baik aku tidur sekarang. Siapa tahu aku akan seperti dulu. Ceria dan lugu. Ah, sial. Andai saja aku bisa bertemu dengan orangtuaku untuk mengadu. Tapi sudah terlambat. Aku hanya milikku seorang. Tanpa ikatan.

Pagi hari waktunya senam pagi. Bersama-sama, kami berlari. Sedari dulu, aku benci olahraga. Hanya membuat lelah dan gerah. Apa gunanya? Aku tahu! Tanpa itu, aku tidak akan bisa melewati penjaga. Tanpa itu, aku tidak akan bisa bertemu dengan mereka. Orang-orang yang telah mengubahku.

Proyek itu benar-benar iblis. Aku tidak habis pikir mereka akan berbuat bengis. Banyak hutangku pada orang itu. Aku ingin menebusnya segera selepas dari tempat ini. Untungnya, dia bukan orang sembarangan yang akan berbuat sesuatu tanpa perencanaan. Dia pernah bilang padaku sebelum berpisah bahwa ia akan menyelamatkanku. Lagi? Tidak! Nanti hutangku tambah banyak tahu!

Tolong jaga saja orang yang ku sayangi. Tempat yang ku lindungi. Hidupku seutuhnya ada pada orang itu. Dialah yang paling mengubah hidupku. Dulu aku hanya melihatnya sebagai orang aneh dan sulit didekati. Sekarang berbeda. Aku berharap hidupnya menjadi lebih baik meskipun aku tidak berada di sisinya. Mungkin ... aku bukan orang yang tepat untuknya?

Makan siang adalah jadwal terbaik. Aku mendapat lauk tambahan. Gratis. Setengah potong telur asin. Aku tidak akan berbagi. Tidak pernah! Biar saja mereka memelukku sepuasnya, asalkan telur asin bisa ku nikmati seluruhnya. Hanya ini harta berhargaku selama seminggu di rumah ini.

“Kenapa kamu sangat tampan?” tanya mereka berkali-kali.

Apa yang kalian lihat dari rupaku? Aku hanya laki-laki biasa dengan poni yang berantakan. Rambutku tidak cokelat atau kemerahan seperti kalian. Bukankah warna itu yang lebih keren? Setidaknya, satu kali dalam hidupku, aku pernah bertemu dengan laki-laki rupawan. Ia lebih tinggi sedikit dariku. Rambutnya cokelat dan suaranya berat. Aku mungkin akan jatuh cinta padanya jika aku seorang wanita.

Kulitku mungkin lebih cerah dari kalian, tetapi perhatikan! Tikus peliharaan kalian menandaiku dengan sangat jelas. Bekas gigitannya tidak mudah hilang dan tampak mencolok. Aku benar-benar sial karena tanganku pernah diincar.

Baiklah, aku akui kalau bibirku tebal dan kemerahan. Tidak seperti bibir kalian yang lebih jantan—kehitaman. Tetapi, percayalah. Aku juga memiliki kelemahan. Aku masih polos—belum pernah mengecup wanita. Itulah alasanku jarang bergabung dengan kalian jika sedang menggosipkan istri, kekasih, atau selingkuhan kalian. Apa yang dapat ku bagikan?

Seisi rumah menggila di malam hari. Aku sudah bilang pada mereka bahwa aku bukan pahlawan. Aku tidak hebat. Tidak pernah. Tetapi mereka tetap terkesan. Aneh. Benar-benar aneh. Kejahatan bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Setidaknya, jangan sampai di rumah ini.

Aku kadang benci dengan sistem kasta kalian. Hal-hal bodoh itu yang mendorong cara kalian bergaul satu sama lain. Sudah pernah ku bilang ‘kan? Kejahatan bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Semua orang memiliki kesalahan dan ... kesempatan. Hampir segala hal memiliki alasan.  

Terima kasih atas keluasan hati kalian menerimaku di rumah ini. Setidaknya masih ada teman berbagi cerita agar kewarasan terjaga walaupun kamar tidur kita berantakan dan barang-barang berserakan. Bau pesing pun lama-lama menjadi minyak wangi. Kalian yang sudah lama bertahan adalah veteran. Sekali lagi, perkenalkan. Aku, Tabian Putra. Tahanan di Lapas Pemuda Tangerang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status