Tujuh Tahun Yang Suram

Tujuh Tahun Yang Suram

Oleh:  Leend Syahidah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
61Bab
37.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Apa yang ada di hatimu saat berselingkuh dengan perempuan itu, Mas?” Aku tergugu dalam pilu isak tangis. Tujuh tahun aku melayani Mas Sakha dengan sepenuh hati, akan tetapi hatinya tetap mendua. Lepaskanlah aku bila kau tak bahagia denganku, Mas. Berkali-kali aku hamil, namun dengan keguguran yang berkali pula hingga membuat suamiku memutuskan berpaling pada sang mantan. Apakah karena menginginkan keturunan atau hanya sekedar pelampiasan?

Lihat lebih banyak
Tujuh Tahun Yang Suram Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
S.T
bagus certia nya
2024-04-11 20:50:41
0
user avatar
Liz Kusnandar
menguras air mata...
2023-08-18 08:27:14
0
user avatar
Liz Kusnandar
ceritanya bikin termehek mehek... tapi seruu
2023-08-16 16:51:33
0
user avatar
Heni Kusmiati
nyesek banget awal baca
2023-08-03 19:18:06
0
user avatar
It's me Praya
Bagus ceritanya
2023-05-10 00:24:03
1
user avatar
Leend Syahidah
kisah yang mampu menguras emosi dan air mata pembaca
2022-12-04 00:13:49
1
61 Bab
Bab. 1
“Aku melihatnya mas, dia memelukmu di ruang kerjamu dan kamu nggak nolak, beberapa kali kulihat kalian bertukar pesan dengan panggilan sayang namun masih berusaha kuacuhkan. Tapi kemarin aku melihat dengan mata kepalaku sendiri mas.” Seketika pecah tangisku menyibak semua kelakuan suamiku selama ini. Bertahun sudah kabar itu kudengar, namun hatiku berusaha menolak sebelum mata kepalaku sendiri yang melihat. Dan lagi pula kehamilanku yang selalu disertai keguguran membuatku lebih banyak menghabisakan waktuku di kamar. Mengistirahatkan ragaku dan....menangisi takdirku. “Ra...nggak seperti itu,” mas Sakha berusaha menyentuh lenganku namun kutepis. Selama tujuh tahun ini, baru kali ini aku menepis dirinya. “Aku berusaha menepis rasa kecewaku saat keguguran berulang – ulang namun kamu pergi meninggalkanku mas. tak sekalipun mas menghiburku apalagi menemaniku, yang kutahu suamiku meluapkan kesedihannya dengan bekerja dan berhari – hari tak pulang.” Mungkin tangis piluku laksana belati
Baca selengkapnya
Bab. 2
“Maaf Ka, kita nggak bisa terusin hubungan ini.” Ristia tertunduk di samping kekasihnya.Sakha tak menyangka Ristia yang dicintai dan akan dinikahinya bila telah dua tahun bekerja sesuai perjanjian kontrak kerjanya berkata demikian.“kenapa?” dingin suara Sakha menanyakan alasan Ristia meminta putus.Bukankah mereka saling mencintai, perkenalan di awal perkuliahan yang menumbuhkan benih cinta di hati keduanya.Sakha yang tahu batasan dan begitu menjaga wanita ini, berjanji untuk menikahinya.Bila tak ada aturan dalam perjanjian kerja dengan kantor tempat Sakha mencari nafkah, sudah langsung dinikahinya Ristia ini.Ibunya Sakha, ibu Marwiah pun setuju – setuju saja. Wanita manapun yang jadi pilihan anak lelakinya yang penting sopan dan baik.“Mama terserah kamu saja nak, yang penting dia bisa menerima kekurangan yang ada di keluarga kita.”Sakha hanya hidup berdua dengan ibunya, dia telah yatim sejak di bangku Sekolah Menengah Atas.Ibunyalah yang bekerja menghidupi Sakha dengan membuk
Baca selengkapnya
Bab. 3
Pukul sembilan malam lewat dua puluh menit, Sakha barulah akan pulang. Seminggu ini dirinya lembur memaksa raganya bekerja, selain mengurus proyek yang akan diselesaikan akhir tahun ini, dia pun ingin menghalau penat yang mendera akibat perbuatannya sendiri.Seminggu sudah Andira tak lagi menemaninya di kamar besar mereka. istrinya itu memilih tidur di kamar tamu di lantai bawah.Baru kali ini istrinya tak membersamainya di peraduan mereka.Ah baru Sakha teringat, bukankah wanita sederhana ini yang telah membersamainya tujuh tahun lamanya.Menciptakan senyum di wajah lelahnya sepulang kerja, menjadi tempatnya melepas penat dan tempat melepaskan hasranya secara halal.Wanitanya itu tak pernah menolak. Meskipun luka di matanya tampak, namun tetap memenuhi kewajibannya. memjuaskan suaminya di peraduan mereka.“udah mas, aku sudah capek.”“koq minta lagi sih, tadi katanya Cuma sekali.”“ih bentar dulu, masa di depan tivi sih mas.”Kadang jengkel, kadang gemas Andira berusaha mengulur kei
Baca selengkapnya
Bab. 4
Andira mengambil plastik martabak manis 88 kesukaannya di lantai depan kamar mereka, sepanik itu Sakha tadi hingga tak sadar meletakkan makanan kesukaan mereka berdua di lantai.Biasanya Andira akan membuatkan teh hangat dan menyajikan dengan martabak manis yang dibeli Sakha sepulang kerja. mereka berdua akan duduk sore dan bercerita sambil menikmati teh buatan Andira dan martabak manis kesukaan mereka berdua.Andira tersenyum miris mengingat kenangan itu.Hanya setahun mereka menikmati kebersamaan itu di sore hari, tahun selanjutnya dan selanjutnya Sakha paling cepat pulang di jam sepuluh malam bahkan terkadang tak pulang berhari – hari.Tak ingin berlarut dengan persaan kecewanya, Andira memilih mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas, tadi dirinya sudah merajang bahan untuk dibuat sop lalu di masukkan kembali ke dalam kulkas.Hatinya yang tak tenang membuatnya meninggalkan acara memasak itu dan menggantinya dengan mengepak baju – bajunya yang tak banyak dari dalam lemari kayu
Baca selengkapnya
Bab. 5
Sakha berusaha membuka pintu kamar yang telah dikunci dari dalam.“Dira...buka pintunya sayang, mas bisa jelasin.” Tak ada jawaban.“Ra...tolong jangan giniin mas.” Sakha terduduk di depan pintu kamar mereka, seperti anak kecil yang sedang dihukum.Sementara di dalam kamar, Andira mati – matian menahan diri agar tak membuka pintu.“Ra....” Sakha tak berhenti memanggil.Dengan linangan air mata Andira akhirnya membuka pintu, lalu terhuyung dan hampir terjatuh karna mendapat pelukan yang terburu dari suaminya. Ditatapnya wajah lelaki dihadapannya ini yang penuh dengan penyesalan. Andira membenamkan wajahnya kedalam dekapan suaminya. Menangis berdua dengan ucapan permohonan yang terdengar dari mulut Sakha. Lalu mengurai rindu yang tertunda. Diiringi tangis dan sesekali tertawa miris, mereka berdua saling memagut, melepaskan emosi dari jiwa yang dibelenggu luka. Lalu pakaian keduanya teronggok di lantai. Malam itu mereka terbang dan jatuh bersama berulang kali. Meski dengan luka –
Baca selengkapnya
Bab. 6
Andira masih merapihkan beberapa barang di rumah petak kecil saat terdengar azan maghrib berkumandang. Nasria kawannya memiliki rumah petak kecil yang terasnya di jadikan tempat mengaji anak – anak setelah sholat azhar. Nasria adalah kawan Andira saat masih mengajar di sekolah dulu. Dialah yang memberikan tumpangan pada Andira.“Datanglah Dir aku sama ibu tungguin kamu, kamu udah jadi sodaraku.”Lega hati Andira kemarin sore saat ditelepon oleh Nasria, memintanya tinggal bersama bila memang Andira ingin mengakhiri rumah tangganya.Selain Nafia istri Arga, Nasrialah tempatnya berbagi. Nasria pun telah yatim.Rumah petak kecil ini sebenarnya digunakan ibu Juria untuk menyimpan beberapa karung padi dari sepetak sawah yang mereka punya.Dulu rumah ini digunakan bapak dan ibu Nasria saat awal menikah, ada kamar satu dan kamar mandi. Dapurnya sudah tak ada, sudah di bongkar karna hanya untuk menyimpan padi dan peralatan petani milik bapak Nasria dulu. Terasnya pun telah di rombak ditambah k
Baca selengkapnya
Bab. 7
“sayang, kasi tahu mas dimana teman kamu itu, kasian lho suaminya jadi nggak semangat kerja sampe nangis malah.” Bukan hanya bu Marwiah yang mencari Andira, tapi juga Rasyid dan Arga diminta tolong oleh Sakha agar mencari keberadaan istrinya.“aku juga nggak tahu mas, kamu koq maksa aku sih,” Cemberut Nafia menjawab suaminya.Nafia sejak beberapa hari lalu menjadi bulan – bulanan suaminya, di gangguin, diikuti kemana saja pergerakannya di dalam rumah.“jangan kaya anak kecil deh kamu mas, bilangin sama teman kamu itu makanya jangan selingkuh,” Nafia berusaha melepaskan pelukan suaminya saat dirinya sedang masak di dapur.“kasi tahu dulu sama mas, Andira dimana baru mas lepas,”“Ya Allah mas aku beneran nggak tahu, aku juga sedih mas, Dira nggak kabarin aku terakhir ketemu waktu kesini dan bilang kalau udah nyerah dengan pernikahannya.” Air mata Nafia jatuh mengingat sahabatnya itu. Terakhir waktu datang dia mengingat tubuh Andira sedikit kurus dan pucat.Arga menghapus air mata istrin
Baca selengkapnya
Bab. 8
“Mbak stop berbohong kalau mengandung anak mas Sakha!” Fardi adik Ristia menggeram marah pada kakaknya yang telah tega memfitnah dan hendak menghancurkan rumah tangga orang lain. Ristia bergeming. “Apa mbak lupa, dulu mbak lah yang meninggalkan mas Sakha, sekarang dia sudah bahagia dengan istrinya, kenapa mbak tega menyakiti hati wanita lain, bagaimana kalau mbak yang di posisi mbak Andira?,” suara Fardi menggelegar penuh amarah. Di posisi Andira? Jangan ditanya, bahkan Ristia sekarang menjanda karna pernah di posisi itu, suaminya telah kembali ke pelukan mantan istrinya. Meninggalkan Ristia yang hanya butuh materi membantu usaha bapaknya kala itu. Seperti pernikahan kontrak saja. Hati Ristia tercubit sedikit. Namun besarnya rasa cinta pada Sakha membuatnya buta hati. Tak dipikirkan rasa sakit yang pasti menjejas di batin Andira. Bahkan jadi yang kedua pun Ristia tak masalah. Namun siapalah wanita yang ingin berbagi suami, bila pun ada pasti ada kecemburuan di dalamnya. “Aku ak
Baca selengkapnya
Bab. 9
Mobil Avanza veloz milik Rasyid memasuki jalanan yang belum di aspal, di sekitarnya rumah penduduk tampak berdekatan namun tidak berdempetan. Di sebalah jalan tampak beberapa sawah milik penduduk yang menghijau tanaman padinya. Mobil berhenti di depan rumah sangat sederhana bercat putih dengan pagar bambu yang mengelilingi rumah itu, tampak bunga – bunga di tanam di pinggir pagar dan sebuah pohon kersen di sudut pagar sebelah kanan. Saat Nasria, turun tampak dari samping rumah muncul anak – anak kecil berbaju koko dan berbusana muslim sederhana dengan warna yang nyaris pudar. Ada sekitar sepuluh lebih anak – anak. “Bunda Nas...!” anak – anak kecil serempak berebut memeluk Nasria yang tampak kerepotan membawa kantong belanjaan berisi jajanan untuk anak – anak itu. Inilah yang dilakukan Nasria saat gajian tiba, selalu disipkan uangnya sedikit untuk membelikan cemilan anak -anak yang mengaji di rumahnya “Ayo – ayo baris yang rapi!” Perintah Nasria. “Bunda itu mobil siapa?” Seorang a
Baca selengkapnya
Bab. 10
Andira berbalik dan mengerjap sesaat melihat seorang pemuda yang tadi memanggil namanya.Terlihat bingung saat sang pemuda menghampiri dirinya. Coba diingat – ingat pemuda ini pernah bertemu dimana sebelumnya.“Saya, Fardi mbak!” Fardi adik Ristia yang datang menemui Andira, seminggu yang lalu saat pulang kerja dari lokasi proyek baru bosnya, tak sengaja dia melihat Andira berjualan di batas kota ini.Andira, masih coba – coba mengingat.“Saya...adik Ristia mbak, yang dulu di bantu mas Sakha masuk kerja di kontraktor temannya. ucap fardi, yang melihat wajah bingung, Andira.Dada Andira bersebak, mendengar nama perempuan itu disebut, Namun berusaha ditutupinya dengan cara tersenyum ke pemuda di depannya.Adik Ristia, ada apa gerangan menemuinya. Andira tetap menerima keadatangan pemuda ini dengan baik.Diingatnya dulu sempat bertemu sekali saat, Fardi datang ke rumah Andira, untuk menyerahkan data dirinya ke Sakha yang waktu itu memberitahu bila ada lowongan di kantor temannya.“Ada ap
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status