Share

Bab. 3

Pukul sembilan malam lewat dua puluh menit, Sakha barulah akan pulang. Seminggu ini dirinya  lembur memaksa raganya bekerja, selain mengurus proyek yang akan diselesaikan akhir tahun ini, dia pun ingin menghalau penat yang mendera akibat perbuatannya sendiri.

Seminggu sudah Andira tak lagi menemaninya di kamar besar mereka. istrinya itu memilih tidur di kamar tamu di lantai bawah.

Baru kali ini istrinya tak membersamainya di peraduan mereka.

Ah baru Sakha teringat, bukankah wanita sederhana ini yang telah membersamainya tujuh tahun lamanya.

Menciptakan senyum di wajah lelahnya sepulang kerja, menjadi tempatnya melepas penat dan tempat melepaskan hasranya secara halal.

Wanitanya itu tak pernah menolak. Meskipun luka di matanya tampak, namun tetap memenuhi kewajibannya. memjuaskan suaminya di peraduan mereka.

“udah mas, aku sudah capek.”

“koq minta lagi sih, tadi katanya Cuma sekali.”

“ih bentar dulu, masa di depan tivi sih mas.”

Kadang jengkel, kadang gemas Andira berusaha mengulur keinginan suaminya itu.

Mengingat semua itu, membuat Sakha rindu dengan celotehan istrinya, rindu pelukan istrinya, rindu rengekan manja istrinya, rindu wangi lembut vanila dari tubuh langsing itu.

Sakha melajukan mobil Rush hitamnya dengan kecepatan sedang. Diaabaikannya ponsel yang berdering sebab dia tahu siapa yang sedang menelpon.

Kali ini dia akan pulang, kembali ke pelukan istrinya, mengabaikan dering telepon yang sahut menyahut.

Kembali pada  ibu calon anak – anaknya yang telah pergi sebelum lahir.

Sakha akan pulang, membalut luka pada hati wanitanya.

Akan pulang dan memperbaiki kepingan mahligai yang diretakkan olehnya.

Sakha merindukan semua.

Dan malam ini Sakha akan pulang membuat proyek yang sudah terbengkalai seminggu.

Proyek membuat bayi bersama Andira.

__

Sakha tercekat saat mendapati Andira sedang memasukkan baju – bajunya yang tak banyak ke dalam koper besar yang tergeletak di lantai.

Semarah dan sekecewa itu istrinya sekarang.

Dilihatnya mata Andira sembab, tentulah tangisan semalam dan hari ini yang menyebabkan.

Dan banyak lagi tangisan Andira di malam – malam yang telah lalu tanpa Sakha tahu seolah dia enggan peduli.

Wanita masa lalu dan kisahnya membelunggunya hingga hari ini, membawanya ke jurang yang nyaris tanpa tepi.

Mengingat itu dan sekarang melihat langsung kesedihan yang dilapisi rasa muak di wajah istrinya, membuat hati Sakha berdenyut pilu. Baru disadarinya bila Setega itu dirinya sebagai suami selama ini

“Ra jangan pergi!” berusaha di dekati istrinya dan memeluk, namun ditepis dengan cepat.

“jangan sentuh mas!” Andira tercekat mengatakannya.

Sakha menyugar rambutnya kasar.

Akan kemana istrinya ini, Sakha tahu Andira seorang yatim piatu, dan hanya bekerja sebagai guru honor dengan penghasilan tak seberapa.

Yatim piatu. Brengsek memang dirinya memperlakukan wanita yatim piatu ini.

Sakha mendekati Andira sekali lagi, memaksa membawa ke dalam pelukannya. Lalu menangis dengan bahu yang terguncang.

“maafin mas, tolong jangan pergi, jangan minta perpisahan Ra, please.” Sakha frutasi.

Andira tergugu.

“aku harus tahu diri mas, bila sudah tak diinginkan.”

“Mas menginginkan dan mencintaimu.” Sakha mengeratkan pelukannya.

“Bila mas mencintaiku, mas takkan menyakitiku sedalam ini dan bermain curang di belakangku selama ini.” Menganak sungai air mata Andira mengucapkan itu.

“Ra...”seolah Sakha ingin meremukkan tulang wanitanya dalam dekapan yang kuat, hingga tak mampu pergi.

Setelah berbuat salah pun Sakha tak ingin ditinggalkan wanitanya ini.

Brengsek memang.

“mandilah dulu mas, kusiapkan makan malam.” Andira berusaha mengurai pelukan dan Sakha melepaskannya dengan enggan.

Lihatlah istrinya ini, dalam keadaan terluka pun masih mengurusnya, menyiapkan segala kebutuhannya, menunggunya pulang ke rumah dengan selamat, mendoakan keselamatan dirinya dan tentu saja mencintai dirinya dengan sangat.

Andira hanya punya Sakha dan dua orang teman wanita.

Andira tak seperi wanita – wanita lain yang suka bergaul dengan terlalu banyak teman yang kadang terlihat baik di depan lalu menusuk dari belakang dan dirinya pun tak suka nongkrong untuk bergibah hal yang tak penting lalu memposting di media sosial.

Wanita ini begitu sederhana, padahal dengan uang yang dimiliki suaminya dia pun bisa melakukan hal yang demikian, namun Andira tak ingin.

Membesar di panti membuatnya tahu diri dan merasakan bagaimana harus berbagi makanan yang tak banyak dengan adik – adik di panti.

Kadang Andira hanya makan sekali dengan alasan diet, padahal jatah makan malamnya kadang diberikan pada adik pantinya yang masih duduk di bangku sekolah Dasar kala itu kala itu, Mirna namanya.

Lalu untuk meringankan beban ibu Endang, ibu yang mengurus mereka di panti, Andira bekerja sebagai tenaga honor di sebuah sekolah Taman Kanak – kanak. Tentu dengan gaji yang tak seberapa namun bisa membantu meringankan beban di panti sedikit.

Setelah menikah setahun Sakha meminta Andira berhenti mengajar dan fokus menjadi ibu rumah tangga.

Namun saat Andira tinggal dan hanya menunggunya di rumah, Sakha lah yang sering pergi meninggalkannya.

Hati pria itu terguris mengingat perjalanan hidup istrinya yang berakhir menjadi tawanan cintanya namun  diaabaikan selama bertahun.

Sakha menyadari semua itu saat Andira sudah akan pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status