Bab 1: Tillia Suasana ruang rapat yang di pimpin oleh manajer pemasaran terasa mencengkam karena sang manajer merasa marah dengan karyawannya yang ia anggap tidak bekerja dengan baik. Tidak ada bawahan yang berani membantah apa yang dikatakan oleh sang atasan. Jika itu terjadi maka tidak menutup kemungkinan rentetan omelan akan terus berlanjut hingga jam makan siang berlangsung. Sialnya lagi jam makan yang dimaksudkan masih sekitar dua jam lagi. "Profesional pekerjaan itu nomor satu. Kalian harus ingat dengan visi misi kita. Tapi, bukan berarti kalian khususnya para wanita harus menggadaikan harga diri kalian pada customer!" Kemurkaan wanita yang menjadi pemimpin dalam rapat terlihat sangat jelas dan topik pembahasan kali ini adalah kinerja para wanita yang mengganggu keprofesionalan kerja sebagai tenaga pemasaran. Baru-baru ini wanita bernama lengkap Tillia January mendapat laporan dari beberapa orang jika ada beberapa karyawannya yang menjual tubuh mereka agar properti yang dit
BAB 2: Adam TirtandoMakan malam di kediaman Tirtando berlangsung hangat seperti malam-malam sebelumnya. Keluarga kecil ini selalu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu sejenak sesibuk apa pun mereka di luar sana.Aris Tirtando, sang kepala keluarga baru saja menyelesaikan makan malamnya. Pria paruh baya itu berdeham singkat untuk mengambil alih eksistensinya."Ada apa, Pa?" tanya Winar menatap suaminya."Papa hanya ingin bertanya padamu, Adam. Sudah siap kamu mengambil alih kepemimpinan papa tiga bulan lagi?" Aris menatap putra sulungnya dengan tatapan bertanya. Putra sulung yang sebentar lagi akan memasuki usia 29 tahun.Adam yang mendapat pertanyaan papanya meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang. Adam kemudian mengangguk mantap. "Aku siap, Pa. Bahkan, aku sudah mempersiapkannya sejak dua tahun yang lalu," jawabnya tegas. "Bagus lah kalau begitu. Papa harap dengan kamu yang memimpin perusahaan, kamu bisa membuat perusahaan semakin maju," ucap Aris serius."Iya, Pa. Aku jan
Bab 3: Informasi perjodohanTila baru saja menghempaskan tubuhnya pada sofa yang terletak di ruang tamu rumahnya. Wanita 26 tahun itu baru saja pulang dari kantor setelah menyelesaikan tugasnya agar besok tidak menumpuk. "Sudah pulang, La? Masuk kamar dan mandi gih. Nanti malam kita makan bersama."Seorang wanita paruh baya menegur Tila yang baru ia sadari kedatangannya. Anak bungsunya ini memang jika pulang ke rumah tidak pernah mengucapkan salam atau sapaan. Tahu-tahu saja Tila sudah berada dalam rumah. "Ayah udah pulang?" tanya Tila bersemangat. "Udah, tadi siang. Sekarang beliau masih di kantor. Ikut bosnya."Tila mengangguk mengerti. Ayah Tila memang bekerja pada seorang pria paruh baya sebagai sopir yang mengantarkan bosnya kemana pun bos pergi. Termasuk ke luar kota sekalipun. Meski Tila sendiri sudah memiliki pekerjaan tetap dengan jabatan yang cukup memuaskan, Tila tetap tidak bisa membuat ayahnya berdiam diri di rumah. Ayah Tila yang bernama lengkap Herman Sentosa te
Bab 4: Pertemuan pertama.Tila melirik jam yang melingkar di pergelelangan tangannya. Matanya menatap cemas arah jam yang sebentar lagi akan menunjukkan pukul lima sore. Artinya jam pulang dan bertemu dengan pria yang akan dijodohkan padanya akan segera tiba.Tila meremas pulpen di tangannya berharap waktu akan berputar dengan lambat agar ia tidak perlu bertemu dengan keluarga calon suami yang dijodohkan padanya. Tapi, sepertinya Tuhan tidak mendengarkan apa yang diucapkan dan diharapkan Tila dalam hati.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Tila. Wanita itu mendongak dan meminta si pengetuk untuk masuk."Permisi, Bu. Sudah waktunya pulang." Tantry, sekretaris Tita mengucapkan hal yang sebenarnya tidak ingin Tila dengar, tapi harus ia dengar sekarang. Tila menghela napas berat dan mengangguk sebagai tanggapannya.Setelah sekretarisnya berbalik pergi, Tila dengan tak semangat mulai merapikan mejanya yang berantakan. Setelah itu ia keluar dari ruangan yang baru ia huni satu tahun bel
Bab 5: Orang-orang dari masa lalu"Pokoknya aku enggak mau, Yah, dijodohkan dengan laki-laki itu. Aku menolak perjodohan ini!"Suara protes Tila terdengar menggema di ruang keluarga sepuluh menit setelah keluarga besar Tirtando pergi dari rumahnya.Iya. Keluarga Tirtando yang dijodohkan dengannya adalah Adam Tirtando. Pria yang teramat sangat dibenci Tila sampai mendarah daging. Pria yang teramat sangat tidak ingin Tila temui bahkan sampai akhir hayat hidupnya. Tapi, nyatanya takdir memaksa mereka untuk bertemu dalam ikatan sebuah perjodohan. Hal yang teramat dibenci Tila."Kamu enggak bisa mengelak, Tila. Nyatanya perjodohan ini sudah pasti dan positif di jalankan. Enggak ada pengelakan. Kamu harus terima itu.""Ayah tahu sendiri 'kan kalau keluarga itu yang sudah buat hidup aku hancur. Apa ayah tega masukin aku ke neraka itu?" teriak Tila penuh emosi."Maka dari itu, siapa yang buat kamu hancur, dia yang akan bertanggungjawab. Kamu enggak bisa menolak perjodohan ini. Kamu--" Herma
Hari ini Tila akan bertemu klien sesuai dengan janjinya. Ini tepat setelah satu minggu pertemuan antara Tila dan Adam. Hubungan keduanya masih jalan di tempat dan tidak ada kemajuan berarti. Tila dengan kesibukkannya, begitu juga dengan Adam.Usai bertemu dengan klien, Tila tidak langsung kembali ke kantor. Wanita itu memutuskan untuk duduk sejenak di restoran sambil menikmati sajian musik dan hidangan yang berada di depannya.Gawai Tila berdering menandakan panggilan telepon masuk. Tila segera mengangkat panggilan telepon yang ternyata berasal dari Samuel, sahabatnya."Kamu di mana, La?""Restoran. Kenapa?" sahut dan tanya Tila."Berarti aku enggak salah lihat."Sambungan telepon langsung dimatikan Sam membuat Tila menatap gawainya bingung. Tidak mau memusingkan tingkah Sam yang memang selalu aneh dan sok misterius, Tila mengangkat bahunya dan meletakkan kembali gawainya di atas meja.Suara lonceng pertanda pintu terbuka tidak membuat Tila yang berada di pojok ruangan menoleh. Bagin
Bab 7: Hari sial tibaTidak terasa waktu yang telah ditentukan akhirnya tiba di mana pernikahan antara Adam dan Tila dipercepat.Semua berjalan lancar dan batin Tila bertanya-tanya mengapa tidak ada halangan sama sekali. Dari tadi malam Tila bahkan hingga kini mereka berdiri di atas pelaminan, Tila tidak berhenti berdoa agar pernikahan yang tengah terlaksana seperti sekarang ini bisa batal dan menemui halangan.Tapi, Tuhan berkehendak lain. Sepertinya Tuhan tidak akan mendatangkan masalah besar yang bisa menggagalkan pernikahannya."Dia di mana?" Tila menatap Sam yang berdiri di pelaminan seorang diri tanpa kehadiran Lula di sisinya. Tentu saja hal itu membuat Tila bertanya-tanya di mana keberadaan wanita cerewet yang menjadi istri sahabatnya ini."Dia masuk rumah sakit kemarin sore. Pendarahan kecil dan dokter menyarankan untuk bedrest total." Sam menjawab lirih. "Sebelum aku datang kesini, dia sempat memaksa untuk ikut, tapi aku menghalanginya. Sekarang, dia tengah merajuk.""Astaga.
Bab 8: Suami istri Tila melangkah keluar dari kamar mandi dengan piyama polos bahan satin warna putih yang ia bawa dari rumahnya. Tidak ada drama membuka sleting gaun yang tersangkut dan tidak ada drama memerah hanya karena melihat seorang pria dewasa keluar kamar mandi hanya mengenakan selembar handuk. Tila mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tak lama, ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. "Mbak Tila, selamat malam pertama." Tila memutar bola matanya ketika mendapat pesan dari istri Sam--Lula--yang kata Sam sedang berada di rumah sakit. Ini sudah jam 11 malam dan wanita cantik itu belum tertidur. Tila kemudian membalas, "anak kecil diam aja." "Aku bukan anak kecil. Aku sudah pernah melahirkan bayi lucu." Balasan terakhir dari Lula tidak lagi Tila tanggapi. Meladeni Lula tidak akan ada akhir yang bagus. "Sibuk mengirim pesan dengan kekasihmu, eh?" Tila segera melirik ke arah tempat tidur dimana sesosok manusia berwujud laki-laki dan memiliki sifat iblis teng