Bab 7: Hari sial tibaTidak terasa waktu yang telah ditentukan akhirnya tiba di mana pernikahan antara Adam dan Tila dipercepat.Semua berjalan lancar dan batin Tila bertanya-tanya mengapa tidak ada halangan sama sekali. Dari tadi malam Tila bahkan hingga kini mereka berdiri di atas pelaminan, Tila tidak berhenti berdoa agar pernikahan yang tengah terlaksana seperti sekarang ini bisa batal dan menemui halangan.Tapi, Tuhan berkehendak lain. Sepertinya Tuhan tidak akan mendatangkan masalah besar yang bisa menggagalkan pernikahannya."Dia di mana?" Tila menatap Sam yang berdiri di pelaminan seorang diri tanpa kehadiran Lula di sisinya. Tentu saja hal itu membuat Tila bertanya-tanya di mana keberadaan wanita cerewet yang menjadi istri sahabatnya ini."Dia masuk rumah sakit kemarin sore. Pendarahan kecil dan dokter menyarankan untuk bedrest total." Sam menjawab lirih. "Sebelum aku datang kesini, dia sempat memaksa untuk ikut, tapi aku menghalanginya. Sekarang, dia tengah merajuk.""Astaga.
Bab 8: Suami istri Tila melangkah keluar dari kamar mandi dengan piyama polos bahan satin warna putih yang ia bawa dari rumahnya. Tidak ada drama membuka sleting gaun yang tersangkut dan tidak ada drama memerah hanya karena melihat seorang pria dewasa keluar kamar mandi hanya mengenakan selembar handuk. Tila mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tak lama, ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. "Mbak Tila, selamat malam pertama." Tila memutar bola matanya ketika mendapat pesan dari istri Sam--Lula--yang kata Sam sedang berada di rumah sakit. Ini sudah jam 11 malam dan wanita cantik itu belum tertidur. Tila kemudian membalas, "anak kecil diam aja." "Aku bukan anak kecil. Aku sudah pernah melahirkan bayi lucu." Balasan terakhir dari Lula tidak lagi Tila tanggapi. Meladeni Lula tidak akan ada akhir yang bagus. "Sibuk mengirim pesan dengan kekasihmu, eh?" Tila segera melirik ke arah tempat tidur dimana sesosok manusia berwujud laki-laki dan memiliki sifat iblis teng
Bab 9: Hari pertamaHari pertama pernikahan harusnya adalah hari bahagia untuk pengantin baru. Hari di mana mempelai pengantin menghabiskan waktu berduaan di kamar atau di mana pun mereka berada. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Adam dan Tila. Kedua pasangan suami istri yang baru saja menikah kemarin itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada Adam yang sibuk dengan laptopnya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda karena cuti menikah. Sementara Tila sendiri sibuk mengganti chenel televisi yang sedang ia tonton. Tak lama suara dering ponsel Tila terdengar, membuat wanita itu segera mengangkatnya. "Halo, Sam." "Tila, kamu enggak jadi ke rumah sakit?" Suara Sam terdengar dari seberang sana, membuat Tila menepuk dahinya pelan. Ia lupa memberitahu pada Sam jika ia harus menunda kunjungannya ke rumah sakit. "Maaf, aku enggak bisa datang, Sam. Aku sedang ada urusan. Sepertinya rencanaku harus di tunda." Sambil berkata, Tila melirik sinis ke arah Adam, kemudian ia kembali
Pulang dari kantor Tila tidak langsung pulang ke kediaman Aris Tirtando. Wanita itu langsung menuju bengkel guna mengambil mobilnya yang sudah 1 minggu di sana. Taksi yang ditumpangi Tila akhirnya tiba di bengkel. Saat memasuki bengkel yang sudah menjadi langganannya, Tila bertemu dengan bang Anton yang sudah menjadi montir langganannya juga."Bang!" Anton menoleh kemudian tersenyum lebar. "Wah, pengantin baru." Anton menyapa Tila dengan ramah.Tila tersenyum santai sebagai balasan sapaannya. Wanita itu kemudian menanyakan keadaan mobilnya."Mobil aman, Neng. Tinggal ambil dan bayar. Beres," jelas Anton pada Tila. "Oh, thank you, Bang. Kalau begitu saya masuk buat bayar dulu." Tila kemudian melangkah masuk menuju ruang administrasi untuk membayar biaya perbaikan kendaraannya. Tila tersenyum membalas sapaan gadis administrasi yang Tila ketahui bernama Mona. "Totalnya, tiga juta, empat ratus ribu." Mona menyerahkan kuitansi pada Tila yang langsung dibayar wanita itu secara cas
Tila baru saja keluar dari ruangannya ketika Randy menghadang jalannya. Tila mengerut kening melihat pria playboy satu ini berdiri di depannya."Mau apa?" Tila bertanya to the point. Tila bukanlah wanita yang suka basa-basi. Randy tersenyum lebar. Pria itu kemudian berkata, "aku mau ajak kamu makan siang bareng. Mau?""Traktir?" Tila menatap Randy dengan sebelah alis terangkat. Tila menduga jika playboy satu ini mengajaknya makan siang bersama bukan hanya untuk makan siang. Pasti ada tujuan lain."Oke." Randy mengembangkan senyumnya. "Kita ke restoran yang dekat dengan gedung Fezah aja," putus Randy. Tila tentu saja mengangguk setuju. Mau makan di mana pun, Tila tidak masalah yang terpenting adalah Randy mau mentraktirnya.Keduanya berjalan menyusuri lobby kantor hingga tiba di parkiran mobil. Mobil hitam milik Randy adalah tumpangan yang akan mereka gunakan menuju restoran yang dimaksud.Hanya membutuhkan waktu 25 menit hingga mereka tiba di restoran. Tila dan Randy duduk disebuah
Siang ini kita makan di restoran FM. Sepupuku ingin bertemu kamu._Adam_Tillia Januari mengerut kening ketika mendapat pesan dari nomor baru yang ternyata dari Adam, pria yang berstatus sebagai suaminya. Tila menghela napas dan meletakkan kembali ponselnya tanpa membalas pesan dari Adam.Tila memfokuskan perhatiannya pada layar laptop yang tengah menampilkan pekerjaannya. Urusan Adam? Tila akan mencoba untuk tidak peduli."Selamat siang, Bu."Tila beralih menatap ke arah pintu di mana sosok Lula berdiri dengan perut buncitnya. Berapa usia kehamilan Lula? Tila tidak ingat. Namun, perutnya yang sudah semakin membesar, Tila yakin usianya sudah memasuki 8 atau 9 bulan. Anehnya, wanita itu masih bisa bergerak lincah dan berkeliaran tanpa memikirkan beban yang dia bawa."Lula, kenapa? Sam bukan berada di lantai ini. Dia di lantai lain."Lula tersenyum kemudian menghampiri meja kerja Tila. Wanita itu duduk tepat di depan Tila dengan kedua tangan bertumpu di atas meja."Nanti malam mau ada
Tila dilarikan ke rumah sakit oleh Adam. Wanita itu sedang diperiksa oleh dokter sementara Adam sendiri menunggu di luar. Tidak peduli dengan pakaiannya yang basah kuyup, Adam tetap berdiri teguh di depan ruangan di mana Tila dirawat.Tidak berselang lama, dokter melangkah keluar dari pintu rawat Tila dan menjelaskan jika kondisi Tila sudah mulai membaik. Hal tersebut membuat Adam diam-diam menghela napas lega mendengarnya."Baiklah kalau begitu, terima kasih." Adam kemudian melangkah masuk untuk melihat kondisi Tila yang masih tak sadarkan diri. Adam menatap sekujur tubuh Tila dan men-scanning untuk melihat apakah ada luka atau tidak. Adam tertegun ketika melihat cakaran di kulit lengan Tila yang Adam duga jika itu adalah bekas cakaran Eddel.Sambil menghela napas, Adam mendudukkan dirinya di kursi yang terletak di samping tempat tidur.Tak berselang lama pintu ruang rawat Tila diketuk dan muncul sosok Sopian yang membawa tas berisi pakaian Adam."Pak, ini pakaian bapak yang terting
Acara reuni berjalan dengan sangat lancar. Ada banyak teman Tila dan Adam yang bergabung dan berbincang dengan mereka. Anehnya tidak tak ada yang tahu jika Adam dan Tila sudah menikah. Mereka menduga putusnya hubungan kedua pasangan tersebut karena masing-masing sudah memiliki pasangan."Kamu mau aku antar pulang nggak?" Randy menatap lekat manik mata Tila. Saat ini mereka sedang berada di parkiran mobil. Ini saatnya mereka pulang karena acara sudah hampir selesai. Tila menatap Randy kemudian menggeleng kepalanya pelan."Nggak usah deh makasih. Aku mau langsung pulang aja." Tila menolak karena memang tidak ingin merepotkan Randy. "Yakin? Tapi ini sudah malam. Takut terjadi apa-apa sama kamu."Tila terkekeh sebagai respons. "Aku nggak akan kenapa-kenapa. Lagi pula aku bawa mobil. Kalau ada begal, tinggal aku tabrak.""Sadis sekali kamu." Randy terkekeh sebagai respon. Tidak percaya jika Tila berani melakukan hal seperti itu."Baiklah kalau begitu aku pulang." Tila tersenyum kemudia