Adam menatap lekat wajah sang istri yang sudah terlelap sejak tadi. Tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya saat mengingat cerita Herman tadi bahwa penderitaan istrinya berawal dari sang mama yang memiliki dendam dan kebencian pada bapak mertuanya.Andai saja dulu ia tahu jika mamanya dan Pak Herman pernah memiliki masa lalu, serta sang Mama memiliki dendam, mungkin Adam tidak akan pernah memperkenalkan Tila pada mamanya. Tila tidak akan mengalami kejadian pahit seperti dulu andai saja mamanya tidak memiliki kebencian yang tak masuk akal pada Tila. Adam sendiri merasa bingung mengapa mamanya bisa memiliki kebencian yang mendalam pada keluarga Tila. Meskipun Adam tahu jika mamanya memang egois dan memiliki ambisi besar, tapi Adam tidak pernah menyangka mamanya tega melakukan hal keji.Tangan Adam bergerak mengusap kepala Tila dengan lembut. Sementara tatapan matanya terus menatap wajah sang istri yang begitu damai dalam tidurnya. Adam mendekatkan bibirnya ke kening sang istri ke
Adam mendengar dengan teliti penjelasan kepala kepolisian yang menceritakan kronologi bagaimana Irena bisa tertembak.Irena ternyata tidak melarikan diri ke rumah kedua orang tuanya. Wanita itu justru melarikan diri ke rumah sahabatnya yang masih terletak di negara yang sama dengan kedua orangtuanya. Parahnya lagi, ternyata selama ini Irena memiliki hubungan dengan para mafia yang sudah diincar lama oleh aparat di sana. Meskipun bukan anggota inti, ternyata Irena seringkali berinteraksi dengan mereka dan meminta bantuan mereka.Para mafia ini cukup banyak merugikan negara. Bahkan, mereka berhasil menciptakan sebuah racun yang bisa membunuh secara perlahan ataupun secara cepat dan akurat. Sama halnya yang terjadi pada Eddel, Irena mendapatkan racun tersebut dari salah seorang anggota mafia yang bersahabat dengannya.Aparat kepolisian luar negeri berhasil menyelidikinya. Mereka sudah mengamankan beberapa tersangka. Terakhir, mereka melakukan pengejaran terhadap Irena yang berhasil lol
Adam pulang dengan membawa martabak untuk istrinya. Sesampainya di rumah Adam masuk ke kamar dan langsung memeluk Tila yang baru saja meletakkan baju terakhir di dalam lemari. Rupanya istrinya itu baru saja selesai melipat baju, pikir Adam."Mas, bau, ih." Tila menutup hidungnya saat mencium aroma Adam. Sebenarnya Adam tidak bau karena parfum yang dia kenakan tadi pagi masih melekat sampai sekarang. Mungkin karena Tila sedang hamil, maka agak sensitif indera penciumannya."Mas kangen banget sama kamu, Sayang." Adam dengan gemas mencium kening Tila. Setelah itu ia mengangkat tubuh Tila dan memutarnya beberapa kali hingga akhirnya Tila merasa pusing."Pusing kepala aku, Mas.""Pusing, Sayang? Ugh, sini kepalanya Mas cium biar enggak pusing lagi." Adam dengan gemas mencium kepala Tila bertubi-tubi hingga membuat Tila menepuk pundak Adam."Mas," rajuknya cemberut."Istrinya Mas ini bikin gemas saja." Adam mengangkat tubuh Tila kemudian memangkunya. Saat ini mereka sedang duduk di te
Tila membuka matanya, lalu menoleh ke samping dan melihat sosok Adam yang tertidur lelap di sampingnya. Diam-diam Tila tersenyum merasa bahagia karena pria yang tertidur di sampingnya saat ia membuka mata adalah Adam Tirtando. Terkadang, Tila berpikir jika pernikahannya dan Adam hanya mimpi belaka karena memang Tila tidak pernah menyangka jika laki-laki yang menjadi suaminya adalah cinta pertamanya. Meskipun, mereka sempat berpisah karena kesalahpahaman yang terjadi.Adam mengira jika Tila berselingkuh karena Irena dan Eddel beberapa tahun lalu pernah menunjukkan foto Tila yang tidur dengan Sony. Sementara Tila sendiri mengira jika Adam meninggalkannya karena sudah tak cinta lagi. Tangan Tila terangkat mengusap dengan lembut rahang Adam. Matanya menatap lekat wajah sang suami yang memang tampan meskipun usia sudah tidak remaja lagi."Kalau anak kita laki-laki, semoga menjadi pria bertanggung jawab serta pria yang tampan seperti kamu, Mas," ucap Tila pelan. Tila memang selalu menga
Suasana kediaman Adam tampak tegang karena penghuni rumah saat ini sedang merasakan perasaan panik, cemas, dan khawatir menjadi satu.Tepat pada pukul 2 dini hari Tila mulai merasakan kontraksi pada perutnya. Adam yang panik melihat Tila kesakitan segera membangunkan orang-orang rumah, termasuk dengan dokter serta suster yang bertugas di rumah Adam.Adam memang sengaja ingin istrinya melahirkan di rumah agar tidak ada cerita tentang bayi yang tertukar di rumah sakit. Meskipun, hal seperti itu jarang atau mungkin belum pernah terjadi. Namun, Adam tetap ingin istrinya melahirkan di rumah. Hal tersebut membuat orangtua Tila yang mendengar alasan Adam merasa geli. Mereka mengira jika Adam mungkin pernah menonton sinetron yang memiliki tema tentang bayi yang tertukar.Tepat pada pukul 4 pagi, akhirnya suara tangis bayi mulai terdengar. Hal tersebut membuat orangtua Tila, para asisten rumah tangga, dan Angel tersenyum serta merasa lega sekaligus."Oma, dedek bayinya udah lahir?" Angel yang
Bab 1: Tillia Suasana ruang rapat yang di pimpin oleh manajer pemasaran terasa mencengkam karena sang manajer merasa marah dengan karyawannya yang ia anggap tidak bekerja dengan baik. Tidak ada bawahan yang berani membantah apa yang dikatakan oleh sang atasan. Jika itu terjadi maka tidak menutup kemungkinan rentetan omelan akan terus berlanjut hingga jam makan siang berlangsung. Sialnya lagi jam makan yang dimaksudkan masih sekitar dua jam lagi. "Profesional pekerjaan itu nomor satu. Kalian harus ingat dengan visi misi kita. Tapi, bukan berarti kalian khususnya para wanita harus menggadaikan harga diri kalian pada customer!" Kemurkaan wanita yang menjadi pemimpin dalam rapat terlihat sangat jelas dan topik pembahasan kali ini adalah kinerja para wanita yang mengganggu keprofesionalan kerja sebagai tenaga pemasaran. Baru-baru ini wanita bernama lengkap Tillia January mendapat laporan dari beberapa orang jika ada beberapa karyawannya yang menjual tubuh mereka agar properti yang dit
BAB 2: Adam TirtandoMakan malam di kediaman Tirtando berlangsung hangat seperti malam-malam sebelumnya. Keluarga kecil ini selalu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu sejenak sesibuk apa pun mereka di luar sana.Aris Tirtando, sang kepala keluarga baru saja menyelesaikan makan malamnya. Pria paruh baya itu berdeham singkat untuk mengambil alih eksistensinya."Ada apa, Pa?" tanya Winar menatap suaminya."Papa hanya ingin bertanya padamu, Adam. Sudah siap kamu mengambil alih kepemimpinan papa tiga bulan lagi?" Aris menatap putra sulungnya dengan tatapan bertanya. Putra sulung yang sebentar lagi akan memasuki usia 29 tahun.Adam yang mendapat pertanyaan papanya meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang. Adam kemudian mengangguk mantap. "Aku siap, Pa. Bahkan, aku sudah mempersiapkannya sejak dua tahun yang lalu," jawabnya tegas. "Bagus lah kalau begitu. Papa harap dengan kamu yang memimpin perusahaan, kamu bisa membuat perusahaan semakin maju," ucap Aris serius."Iya, Pa. Aku jan
Bab 3: Informasi perjodohanTila baru saja menghempaskan tubuhnya pada sofa yang terletak di ruang tamu rumahnya. Wanita 26 tahun itu baru saja pulang dari kantor setelah menyelesaikan tugasnya agar besok tidak menumpuk. "Sudah pulang, La? Masuk kamar dan mandi gih. Nanti malam kita makan bersama."Seorang wanita paruh baya menegur Tila yang baru ia sadari kedatangannya. Anak bungsunya ini memang jika pulang ke rumah tidak pernah mengucapkan salam atau sapaan. Tahu-tahu saja Tila sudah berada dalam rumah. "Ayah udah pulang?" tanya Tila bersemangat. "Udah, tadi siang. Sekarang beliau masih di kantor. Ikut bosnya."Tila mengangguk mengerti. Ayah Tila memang bekerja pada seorang pria paruh baya sebagai sopir yang mengantarkan bosnya kemana pun bos pergi. Termasuk ke luar kota sekalipun. Meski Tila sendiri sudah memiliki pekerjaan tetap dengan jabatan yang cukup memuaskan, Tila tetap tidak bisa membuat ayahnya berdiam diri di rumah. Ayah Tila yang bernama lengkap Herman Sentosa te