Share

TERGODA IPAR
TERGODA IPAR
Penulis: Rafasya

Tragedi

BRAK!

"Ah ma—maaf mbak, aku tidak sengaja. Aku pikir tidak ada orang di dalam."

Firman pria berusia 27 tahun itu segera menutup pintunya kembali.

Aku terpaku di tempat, saat adik iparku masuk ke dalam kamar mandi, dimana aku sedang tel*njang bul4t di dalamnya.

Firman adiknya Mas Hendra suamiku. Usianya memang lebih tua di atasku. Sebab aku menikah dengan pria dewasa yang 7 tahun lebih tua dariku. Firman dan Mas Hendra hanya berjarak satu tahun saja. Namun Firman dengan sopan memanggilku dengan sebutan Mbak Winda. Winda—namaku.

Aku menggigit bibir merasa malu, mengapa aku sebodoh ini, seingatku pintunya ku kunci. Ah Firman telah melihat seluruh tubuhku. Apalagi tadi matanya membulat seolah mengagumi tubuhku yang seksi tanpa busana.

Aku bergegas menyelesaikan mandiku, kemudian segera keluar. Berjalan mengendap-endap menuju kamarku.

Ini salahku, aku yang ceroboh sampai lupa mengunci pintu. Semoga saja Firman tidak berpikir aku sengaja ingin menggodanya.

Sudah sebulan Firman tinggal di rumah kami, rumah kecil yang hanya memiliki satu kamar mandi letaknya berada di dekat dapur. Semenjak Firman di mutasi dari pekerjaan lamanya dan pindah di dekat rumahku. Mas Hendra menyarankan adiknya itu untuk tinggal bersama kami.

Awalnya aku menolak, apalagi Mas Hendra sering pulang larut malam. Itu artinya aku akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua bersama adiknya itu di rumah. Aku sedikit merasa risih meskipun Firman tidak pernah macam-macam.

Dan akhirnya semua ini terjadi. Aku merasa canggung dan tak ingin keluar kamar. Namun perutku ini tak bisa di ajak kompromi. Dia terus berbunyi.

Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya aku sudah dua jam berada di dalam kamar.

Krukuk krukuk.

"Ahh... Perutku terasa perih." gumamku sambil menekan perut.

BRUM BRUM! senyum terbit di wajahku saat ku dengar suara mobil mendekat di halaman rumah. Itu adalah suamiku yang pulang dari kantor.

Syukurlah Mas Hendra sudah pulang, itu artinya aku tidak sendiri. Ah maksudku aku tidak harus berduaan dengan adiknya.

Aku bergegas merapihkan pakaianku lalu menyambut kedatangannya.

Mas Hendra tersenyum melihatku, kemudian mengecup sekilas keningku. Ah rasanya sungguh menenangkan. Kami menikah selama 4 tahun dan belum juga di karuniai anak. Kami sudah melakukan berbagai cara, namun tak kunjung membuahkan hasil.

Namun kami tetap bersabar dan berusaha.

"Kamu masak apa Win?" Mas Hendra menatapku saat tiba di kamar. Dia langsung melepaskan kemeja kerjanya.

"Aku masak kesukaanmu, Mas."

"Hem baiklah, tolong hangatkan kembali, aku mau mandi sebentar."

Aku mengangguk.

"Oh iya dimana Firman? Apa dia sudah pulang?" tanya Mas Hendra.

"Fi—firman sudah pulang sejak sore tadi. Dan mu—mungkin saat ini dia sedang berada di kamarnya."

"Apa dia sudah makan?"

"Aku tidak tau, aku belum menawarinya."

"Baiklah, kau siapkan saja semuanya. Lalu panggil dia dan suruh kita makan bersama. Aku akan menyusul setelah mandi." sahut Mas Hendra.

Aku berlalu dari sana, menyiapkan makan malam, setelah itu hendak menemui Firman di kamarnya. Yang bersebelahan dengan kamarku.

Aku berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup, aku sedikit merasa canggung untuk menemuinya. Tapi jika tidak kulakukan Mas Hendra akan marah, dia pasti akan mengira aku tidak perduli dengan adiknya yang menumpang di rumah kami.

Aku masih berdiam di tempat, tanganku mengatung di udara, antara mengetuk atau tidak.

Namun saat sedang dalam kebimbangan. Derit pintu malah terbuka menampakkan Firman yang hendak keluar dari sana. Aku menarik kembali tanganku.

"A—a—aku..... Ak-ku...." Aku merasa gugup luar biasa. Apalagi Firman seperti kebingungan melihatku berdiri di luar kamarnya.

"Ada apa Mbak?"

"M-mas Hendra menyuruhku untuk memanggilmu, untuk makan malam bersama."

"Hem, baiklah." Firman tersenyum. Aku bergegas berbalik lalu berjalan dengan cepat meninggalkannya.

Kami bertiga makan malam bersama di meja makan, aku hanya diam sambil menunduk. enggan bersitatap dengan Firman. Sejak tadi aku hanya mengaduk-aduk makananku saja. Padahal sebelumnya sangat lapar.

Firman bersikap biasa saja, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Padahal aku sangat takut dia menjadi salah paham dan mengatakan yang tidak-tidak pada Mas Hendra.

Firman dan Mas Hendra makan dengan tenang sambil sesekali membahas soal pekerjaan mereka. Yang tidak aku mengerti.

Sejenak hening. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Sampai akhirnya....

"Aku sudah kenyang." Mas Hendra melap mulutnya dengan tisu. Kemudian bangkit dari duduk nya meninggalkan aku dan Firman di meja makan.

Aku bergegas berdiri, kemudian merapihkan piring. Dengan gerakan yang terburu-buru.

SET!

Aku tersentak saat Firman menghentikanku dengan memegang tanganku.

"Mbak, aku belum selesai."

"Oh, kau be—belum selesai?"

Firman mengangguk. Kemudian menatapku.

"Mbak, aku minta maaf soal tadi sore. Aku tidak bermaksud untuk mengintipmu mandi. Aku benar-benar tidak tau jika kau ada di dalamnya."

"Lupakan saja, dan jangan pernah membahas itu di depan siapapun, apalagi di depan Mas Hendra!" sarkasku menatap Firman dengan lekat. Dan Firman malah tersenyum. Membuatku langsung mengalihkan pandangan.

Melihat Firman menyelesaikan makan malamnya, aku segera merapihkan piring dan membawanya ke dapur.

Aku masuk ke dalam kamar, kulihat Mas Hendra masih berkutat dengan laptopnya. Dia terlihat sangat serius, jika Mas Hendra di rumah dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama laptop dan pekerjaannya. Padahal sebagai seorang istri aku juga ingin di manja dan di perhatikan.

Aku berjalan mendekat ke arah sisi ranjang, di mana Mas Hendra tengah sibuk mengetik sesuatu. Aku naik dan merebahkan diri. Mas Hendra tak menyapaku sama sekali, dia masih saja sibuk.

Aku memiringkan badan kemudian memejamkan mata. Setengah jam kemudian, aku merasakan sebuah tangan kekar melingkar pada pinggang rampingku.

Mas Hendra mencium tengkukku, bisa ku rasakan napasnya memburu. Aku tau, pasti dia meminta haknya sebagai suami.

Aku berbalik badan menghadapnya. Mas Hendra dengan rakus menciumi wajahku. Melumat bibir merah mudaku, aku membalas ciumannya. Sapuan lidah Mas Hendra turun pada leherku.

"Sshhh...." Aku mendesis merasa panas pada seluruh tubuh.

Aku mulai terhanyut dalam bu4snya ciu-man suamiku. Mas Hendra mulai menanggalkan pakaianku dan pakaian yang dia kenakan.

Mas Hendra menciumku kembali, me lu mat bibirku dengan ganas, meremas dan memilin put*ng sus*ku. Aku blingsatan merasakan kenikmat4n yang suamiku berikan. Erangan dan desahanku lolos dari bibirku. Aku tak bisa menahannya. Padahal ada Firman yang mungkin bisa mendengar.

Pertempuran itu pun terjadi, aku di buat men de sah tak karuan saat Mas Hendra memacu bir4hi di atasku. Sesuatu di dalam diriku seperti hendak meledak. Namun....

"Ahhhhhhh!" Lenguhan panjang terdengar dari mulut Mas Hendra, lagi-lagi dia mencapai pelepasan sebelum aku.

Aku sedikit kecewa, padahal aku juga menginginkannya. Mas Hendra egois, hanya memikirkan dirinya saja. Setelah melepaskan nafsunya. Mas Hendra berbaring di sampingku, kemudian memejamkan mata tanpa memperdulikan perasaanku.

"Mas... Aku belum puas." Bisikku.

"Ah sudahlah! Besok malam saja." Lagi, kata itu lagi yang dia ucapkan jika aku bilang tentang yang aku rasakan.

Aku merasa kesal, kemudian turun dari ranjang memunguti pakaianku satu persatu, kemudian memakainya.

Ah... Sebaiknya aku mandi, untuk mengurangi rasa panas dalam diriku karena nafsu yang tak tersalurkan.

Aku masuk ke kamar mandi, ku pastikan berkali-kali jika aku menguncinya. Jangan sampai kejadian tadi sore terulang kembali.

Aku mengguyur tubuh dengan air dingin untuk menenangkan diriku, tak lupa juga menggunakan shampo beraroma strawberry milikku.

Setelah selesai mandi ku lilitkan handuk di kepala, dan juga t u b u h ku. Aku keluar perlahan. Aku terkejut saat berpapasan dengan Firman. Aku menggigit bibir, kemudian menutup dadaku yang terdapat tanda merah.

Ah... Semakin malu saja.

"Fi—Firman, kamu belum tidur?"

Firman tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya.

"Hehe, Aku tidak bisa tidur Mbak, apa Mbak Winda punya mie instan? Aku lapar."

"Ada, sebentar ya mbak ambilkan."Aku sangat gugup, kemudian berbalik berjalan ke arah dapur.

Aku yang masih mengenakan handuk sedikit kesulitan menggapai tempatku menyimpan mie instan.

"Kenapa, Mbak? Susah?"

Aku tersentak, ku pikir Firman kembali ke kamarnya, ternyata dia mengikutiku dan kini berdiri di belakangku.

"I—iya, aku tidak sampai." lirihku.

Firman mendekat ke arahku berdiri sangat dekat di belakangku, tu bu h nya menempel padaku, posisi kami begitu intim. handuk di kepalaku terjatuh membuat rambutku yang basah tergerai. Firman berusaha mengambilnya sesuai instruksiku, Aroma maskulin dari tubuh Firman tercium olehku, membuat darahku berdesir. Sesuatu yang sudah mengeras dapat aku rasakan. Benda keras itu menyentuh pahaku. Mungkinkah Firman?

Setelah mendapatkannya Firman semakin mendekat, membuatku berpegangan pada sisi Rak. Firman mencondongkan wajahnya.

"Terimakasih Mbak Winda. Aroma shampo yang mbak pakai sangat harum. Aku suka." bisiknya.

Glek!

Aku kesulitan menelan ludah. Firman mundur menjauh, aku segera berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kamar.

Setelah selesai berpakaian aku segera berbaring di sebelah Mas Hendra yang sudah terlelap. Aku berguling kesana kemari namun tak kunjung tertidur.

Mas Hendra yang telah lama tertidur menggeliat, kemudian menepuk lenganku.

"Win, aku haus. Tolong ambilkan minum."

Aku menghembuskan napas perlahan. Kemudian turun dari ranjang menuju dapur. Menuangkan air ke dalam gelas dan membawanya ke kamar. Namun saat melewati kamar Firman. Aku menautkan alis mendengar suara seseorang yang sedang men de sah. Aku penasaran, ku dekatkan telingaku pada daun pintu kamar Firman, dan benar saja suara aneh itu berasal dari kamarnya.

Aku menelan ludah, kemudian mengatur napasku. Aku menautkan alis saat suara itu tidak terdengar lagi. Ku dekatkan telingaku kembali menempel pada pintu. Dan...

KREK!

Pintu terbuka, aku terkejut bukan main.

"M—mbak Winda, ngapain disini?" ujar Firman dengan wajah yang panik.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rkborneo Nafarin
menarik untuk dibaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status