Share

Hasil diagnosa

Aku menelan ludah, kemudian mengatur napasku. Aku menautkan alis saat suara itu tidak terdengar lagi. Ku dekatkan telingaku kembali menempel pada pintu. Dan...

KREK!

Pintu terbuka, aku terkejut bukan main.

"M—mbak Winda, ngapain disini?" ujar Firman dengan wajah yang panik.

"Em, a—aku.... Aku...." Aku tak kalah panik dari Firman.

"Mbak ngapain? Ko gugup gitu, jangan bilang mbak mau ngintip aku?" tanya-nya sambil menaik-turunkan alis menyudutkanku. Aneh, harusnya dia malu karena terpergok olehku.

"Tidak, tadi... Aku hanya mengambil air minum untuk Mas Hendra, dan tak sengaja malah mendengar... Mendengar..."

"Oh itu.... Mbak jangan salah paham. Tadi temanku iseng mengirimkan sepenggal video film blue, aku juga kaget, makanya langsung aku matikan dan tak sengaja malah bertemu Mbak Winda."

"Oh begitu." wajahku berubah sendu, ternyata pikiranku salah.

"Kenapa? Kok wajah Mbak Winda murung begitu, kecewa ya, karena ternyata bukan aku? Apa Mbak Winda ingin aku melakukannya? Hem." tanya-nya menelisik wajahku.

Mendadak pipiku terasa memanas, apa wajahku menampakkan kekecewaan ? Kurasa tidak, aku hanya tak enak hati, karena telah menuduhnya secara tidak langsung.

"Mbak! Malah bengong,"

Aku gelagapan, kemudian menggeleng. "Tidak, ma—maaf, aku harus masuk ke kamar, Mas Hendra pasti telah menungguku."

Aku segera masuk ke dalam kamar dengan cepat. Kemudian menghembuskan napas kasar setelah tiba di dalamnya.

Air di dalam gelas yang ku pegang sisa setengah, air itu tumpah sedikit demi sedikit saat aku berjalan dengan tergesa tadi.

"Win, kamu kenapa? Ko wajahmu tegang begitu?"

"Em, tidak Mas. Tadi aku... Aku melihat kecoa. Kamu kan tau, aku takut."

"Oh begitu, yasudah kemarikan airnya."

Aku berjalan menghampiri Mas Hendra kemudian menyerahkan gelas yang ku pegang. Setelah menghabiskan air di dalam gelas yang memang sedikit, Mas Hendra langsung menyerahkannya padaku, dan berbaring kembali.

Setelah menaruh gelas di atas nakas, aku naik ke atas ranjang kemudian merebahkan diri. Aku sungguh merasa lelah dengan kejadian akhir-akhir ini. Karena rasa lelah akhirnya aku tertidur juga.

***

Pagi hari kami sarapan bersama, ada Firman Yang ikut sarapan bersama kami di meja makan. Pagi ini mas Hendra dan juga Firman akan berangkat kerja bersama.

Aku mengoleskan selai pada roti untuk sarapan di atas meja.

"Mas kau mau selai apa? coklat, strawberry, atau kacang?"

"Apa saja, asal jangan kacang. Aku alergi."

"Baiklah." Aku segera mengoleskan selai strawberry pada roti milik Mas Hendra.

"Win, kau tidak menawari Firman?" Aku melirik ke arah Firman, dia berdiam diri sambil memperhatikanku sejak tadi. Aku mengulum bibir kemudian menunduk, menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Aku masih canggung pada Firman semenjak kejadian kemarin dan semalam.

"Kau mau selai apa, Firman? Aku tidak tahu apa yang kau suka dan tidak suka?"

Aku memang tidak tau banyak tentang adiknya Mas Hendra, selama menikah kami hanya bertemu di acara-acara tertentu saja, tidak seperti sekarang yang setiap hari bertemu.

Firman tersenyum, "tidak perlu repot-repot Mbak, aku akan mengoleskannya sendiri nanti. Buatkan saja dulu untuk Mas Hendra."

Pandanganku kembali pada Mas Hendra, dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Kemudian tak berselang lama ponsel Mas Hendra berdering. Menandakan ada seseorang yang menelponnya. Dia mengangkat telpon itu, kemudian bangun dari duduknya dan menjauh dari meja makan.

Aku masih duduk satu meja dengan Firman, kami makan roti selai dengan dengan canggung. Aku bangun dari kursi dan menuang susu ke dalam gelas. Gerakan tanganku yang terburu-buru membuatku tak sengaja menumpahkan airnya dan mengenai celana Firman.

"Astaga." pekik Firman.

Aku terkejut kemudian mengambil tisu beberapa helai dan mulai membersihkan celana Firman yang terkena tumpahan

"Ah maaf, aku tidak sengaja."

Aku jongkok sambil membersihkan pahanya. Mengelapnya, tumpahan susu itu sedikit mengotori celana Firman.

"Sudah Mbak tidak apa-apa, hanya tumpah sedikit."

"Tidak-tidak, ini salahku biarkan aku membersihkannya."

Aku terus membersihkannya menggunakan tisu, dan tanganku tak sengaja menyentuh benda keras. "Emm, besar sekali." gumamku. Aku menekan benda keras yang ukurannya begitu besar. Kemudian mengukurnya dengan tanganku.

"Shhh, ahh..."

"Maaf Mbak, itu burung saya yang mbak pegang."

Glek!

Mataku membulat sempurna.

"Ah ya ampun!"

"Ma—mqaf Firman, aku... Aku tak bermaksud untuk berbuat m3sum."

Aku segera bangun kemudian mengelap tumpahan susu di meja, wajahku mungkin saat ini telah merah karena menahan malu.

Mas Hendra datang menghampiri kami. " Ada apa ini? Sejak tadi ku dengar kalian sedang memperdebatkan sesuatu."

"Tidak ada Kak, tadi Mbak Winda tak sengaja menumpahkan susu dan mengenai celanaku. Aku tidak apa-apa, tapi Mbak Winda terus meminta maaf."

"Benar begitu?" tanya Mas Hendra menatapku. Aku mengangguk cepat.

"Yasudah aku pergi dulu."

"Baiklah, aku juga akan mengganti celanaku, setelah itu baru pergi juga."

Aku menautkan alis saat mendengar Firman akan mengganti celananya. Lalu untuk apa aku membersihkannya tadi.

Aku menatap punggung Firman yang berjalan menjauh, dan kemudian langkah nya terhenti, dia berbalik. Lalu mengedipkan sebelah matanya padaku. Setelah itu dia masuk ke dalam kamarnya.

Jantungku langsung berdegup kencang. Aku mengatur napasku. Ada apa dengan Firman? Mengapa sikapnya aneh akhir-akhir ini?

***

Hari ini aku pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil pemeriksaan kami tempo lalu. Aku dan Mas Hendra memeriksakan diri kami pada SpOG. Mengapa kami belum juga mendapatkan keturunan.

Aku menunggu di luar ruangan, menunggu dokter memanggilku. Setelah bertemu Dokter dan mendapatkan hasilnya aku pulang ke rumah.

Jantungku berdebar-debar, kiranya siapa diantara kami yang bermasalah. Tidak mungkin jika semuanya baik-baik saja aku tak kunjung hamil.

Aku menutup kamarku, kemudian berjalan ke arah ranjang, aku duduk dan segera mengambil surat dari rumah sakit dalam tasku. Kemudian mulai membukanya perlahan. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Perlahan aku membaca dengan seksama setiap kata. Dan... Hasilnya sangat mengejutkanku. Aku membekap mulut tak percaya. Di keterangan tertulis bahwa Mas Hendra tidak bisa mempunyai keturunan, itu artinya dia.... Mandul.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ida Pariastuti84
Mandull alias infertill
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status